"Kira-kira begitulah. Dia menjelaskan fotografi dan pencahayaan pengambilan video itu seakan dia ahli fotografi  dengan penjelasan secara ilmiah," kata cucu.
  "Dia bukan ahli panci dan fotografi?" tanya kakek.
  "Bukan kek. Menurut penelitian saya dari jejak rekam digitalnya, sebelum menjadi menteri, dia adalah ahli Telematika. Terkenal dulu dia, asal ada yang kurang jelas dari kasus telematika, apakah soal suara atau apapun menyangkut itu, dialah narasumber handalnya," jelas cucu.
  "Mungkin masih berhubungan keahlian itu," kata kakek.
  "Apa hubungan panci dengan Telematika. Ada-ada saja kakek," kata cucu menggerutu.
  "Kalau tidak ada hubungannya, ya dihubung-hubungkanlah," kata kakek lagi.
  "Kalau menghubung-hubungkan bisa saja. Tapi dia kan bilang di komentarnya bahwa kita kan berharap presiden itu perfect, sempurna," kata cucu.
  "Memang presiden ketika dia menteri itu sempurna?" tanya kakek.
  "Mana ada manusia yang sempurna kek. Mau menteri atau presiden, tidak ada yang sempurna. Hanya Tuhan yang sempurna. Jadi pernyataannya ini sungguh di luar akal sehat," kata cucu.
  "Zaman begini sudah sulit kita harapkan ada akal sehat. Apalagi para mantan penguasa dulu. Ketika mereka berkuasa tidak berbuat sebaik mungkin. Sepuluh tahun berkuasa. Sekarang ribut dan seakan penasehat terbaik," kata kakek.
  "Memanglah. Kebanyakan orang sekarang merasa benar sendiri dan pemerintah selalu salah. Padahal mereka tidak bisa menunjukkan yang benar," kata cucu.