Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Memendam Rindu Silaturahmi, Gegara Pandemi

26 Mei 2020   17:24 Diperbarui: 26 Mei 2020   17:21 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Setiap lebaran, saling kunjungan keluarga menjadi sesuatu momen yang indah. Jika dilanda kesibukan masing-masing dalam pekerjaan, maka saat kunjungan seperti ini menjadi pertemuan kangen-kangenan.

Kami mempunyai keluarga yang unik. Abang saya yang paling besar merayakan Idul fitri, kami yang mengunjunginya di kala lebaran. Kami sebagai adiknya merayakan Hari Natal, abang dan isteri serta anaknya yang datang ke rumah kami.

Jadi lebaran di rumah abang saya biasanya hari lebaran kedua. Sebab hari lebaran pertama, mereka masih mengunjungi paman dan keluarga isterinya.

Satu hari sebelum lebaran, abang dan kakak kami ini selalu mengantar makanan lebaran kepada kami para adik-adiknya yang tinggal di Jabodetabek. Hari kedua lebaran kami berkumpul di rumahnya. 

Biasanya kami juga membawa makanan dan minuman ke rumahnya serta memberikan amplop ucapan lebaran kepada abang, isteri anak menantu serta cucunya.

Jadi acara lebaran untuk berkumpul itu sungguh sesuatu yang ditunggu-tunggu. Begitu juga kalau acara Hari Natal di rumah kami. Abang dan seluruh keluarganya biasanya datang, kecuali ada halangan yang penting, seperti kesehatan yang terganggu atau karena ada pekerjaan penting.

Pendek cerita, Lebaran dan Natal adalah seperti pesta keluarga bagi kami untuk berkumpul, sambil makan enak dan ngobrol ngarol ngidul. Kadang ada kluster anak, ada kluster orang tua. Dan biasanya kami juga membuat acara berbicara mengucapkan selamat lebaran atau selamat Natal. Dimulai dari yang paling kecil sampai kepada yang paling tua.

Dan biasanya, kami seakan membuat kontes. Siapa anak-anak yang paling mantap pembicaraannya, kami berikan hadiah amplop. Jadi setiap anak di lingkungan keluarga kami selalu berlomba mempersiapkan apa yang mau disampaikannya pada momen lebaran atau natal.

Hei, sudah hapal pidatomu? Demikian anak saling meledek kalau sudah mau mulai acara. Dan setiap ada yang bicara, yang lain harus mendengar. Tidak boleh berisik.

Karena sudah menjadi kebiasaan yang baik dan sangat berkesan bagi anak-anak khususnya, tahun ini kami sangat sedih. Karena keadaan pandemi ini, acara silaturahmi ini ditunda. Anak-anak protes. Mereka merasa sedih tidak bisa berjumpa keluarga dan juga peluang dapat hadiah kalau pidatonya mantap. Terkadang anak lebih ingat hadiahnya daripada yang lain.

Ketika satu hari sebelum lebaran kemarin abang saya datang sendiri mengantar makanan lebaran yang enak, kami bicara.

   "Tahun ini nggak usah dululah acara lebaran kita ya. Kalau ada waktu setelah  pandemi ini sudah berkurang, kita segera berkumpul," kata abang saya.

   "Lalu bagaimana dengan anak---anak dan cucu?"

   "Mereka protes juga sih. Wah nggak dapat amplop hadiah lomba pidato tahun ini," kata mereka.

   "Terserah abang saja, bagaimana baiknya," jawabku.

   "Para cucu yang paling protes acara ini tidak ada," sambung abangku lagi.

   "Begini saja bang, kalau kita para orang tua bisa maklum, tapi anak-anak ini yang sulit kita beritahu. Kita buat saja lomba pidatonya melalui WA. Jadi setiap anak merekam pidato di HP dan mengirimkankannya ke kami. Nanti kita nilai siapa yang paling baik seperti kita bertemu, kita berikan hadiahnya. Jadi lomba pidatonya tetap berjalan dan hadiah tetap ada," kataku.

   "Wah bagus itu. Diatur sajalah," kata abangku bersemangat.

   "Memang pandemi ini membuat kita susah. Kita harus menyiasatinya," kataku lagi.

Jadilah lebaran tahun ini hanya pidato ucapan selamat hari raya dan mengucapkan permohonan maaf lahir dan batin melalui WA. Yah memang berjalan komunikasi melalui WA dan HP, tapi ternyata berbeda hasilnya. Rindu berkumpul dan silaturahi itu menggelora.

Semoga pandemi ini bisa segera berakhir, tahun depan acara lebaran dan acara silaturahmi tidak terganggu lagi. Ternyata berkumpul keluarga itu penting dan dirindukan. Ketika acara berkumpul tidak ada, rasa kangen seakan membuncah, apalagi anak-anak dan cucu abangku yang berharap menjadi juara lomba pidato lebaran.

Seperti garam ya, kalau dia ada, tak terasa, namun kalau tidak ada hambar rasanya. Demikianlah lebaran tahun ini. Tidak ada acara ngumpul, hambar rasanya. Apalagi karena kita sudah terbiasa berkumpul setiap tahun.

Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir Dan Batin.

Salam dan doa

Aldentua Siringoringo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun