Jika memakai akal sehat dan logika politik serta paham sila keempat Pancasila bahwa apapun hasil keputusan yang diambil harus diterima semua pihak, maka hal itu tidak perlu terjadi. Namun jika baper berperan besar, maka terjadilah seperti tadi, akan segera muncul partai baru. Selamat datang partai baru. Semoga bisa lolos parliament threshold.
Nah dengan contoh dan uraian diatas, ternyata baper politik atau politik, entah apapun itu namanya  bisa merusak logika berpikir dan tatanan politik kita. Sebagai bangsa yang masih harus banyak belajar tentang demokrasi dan berperilaku demokrasi, dibutuhkan politisi dan pemimpin partai politik yang menggunakan logika dan akal sehat untuk menjalankan dan mengelola kehidupan politik bangsa ini secara rasional, terukur dan membawa kebaikan bagi bangsa ini.
Baper politik dan politik baper hanya mengganggu kehidupan politik kita. Memang masalahnya adalah, ketika partai politik dianggap sebagai milik keluarga, ayah dan anak serta cucu, pendiri dan besannya, anak menantu dan kolega dekat membuat pengelolaan partai politik seperti mengelola keluarga yang penuh kekerabatan dan melibatkan perasaan alias baper.
 Dibutuhkan kearifan bagi setiap pemimpin politik untuk bisa memisahkan yang mana kepentingan organisasi partai politik, yang mana kepentingan keluarga atau pribadi. Yang mana harus menggunakan logika politik dan akal sehat, yang mana harus menggunakan dan baper. Jangan disampur-sampur, kata orang Medan. Selamat menggunakan akal sehat dalam politik, bukan baper melulu. Sekian dulu.
Terimakasih. Salam dan doa.
Aldentua Siringoringo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H