Aku tak mengerti kenapa harus begini caramu pergi,
Engkau jauh di kampung halamanmu, aku dan ibu di kota ini,
Kami kaget dengar berita kepergianmu, 'tuk selamanya.
Ayahku,
Aku dan ibu ingin merengkuhmu,
Untuk beri penghormatan terakhir 'tukmu,
Namun Covid-19 dan PSBB tak kompromi, pesawat berhenti, bandara sepi, dan mati,
Kami tak berdaya, pasrah, dan hanya meratapi.
Ayahku,
Seandainya aku punya sayap, ingin terbang,
Biar ikut menguburkanmu, tak hanya saksikan siaran langsung
Aku ingin mencium tanganmu, mengelus pipi dan dahimu
Untuk pengobat rindu sanubari kalbu.
Ayahku,
Aku merindukan pelukanmu, belaian tanganmu di kepalaku,
Jentikan tanganmu di jidatku, mengangkatku terbang lalu menangkapku,
Tak terlukiskan kepedihanku, Â sesak di dada, hati pilu,
Entah sampai kapan duka nestapa ini berlalu, aku tak tahu.
Ayahku,
Aku rindu, Â ingin berjumpa denganmu,
Usiklah aku dalam mimpiku,
Peluklah aku dan belailah kepalaku,
Melepas rindu, walau hanya dalam mimpi.
Untuk seorang puteri kecil yang sedih, ayahnya meninggal tak bisa dilihatnya. Semoga sabar dan Tuhan menghiburmu.
VGI, 6-5-20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H