Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Jeritan Hati Seorang Buruh

1 Mei 2020   07:29 Diperbarui: 1 Mei 2020   07:50 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aneh sekali hari ini, sepi sekali

Tak ada suara, narasi dan aksi

Di mana para pemimpin serikat dan koalisi?

Kenapa tak muncul dan membuat konprensi pers, apakah sakit gigi?

Kok tidak ada pemblokiran jalan tol?

Kok tidak ada pemblokiran kawasan industri?

Kok tidak ada sweeping terhadap buruh yang tidak ikut aksi?

Kok tidak ada orasi dan pidato yang berapi-api?

Ketika suara kami dibutuhkan untuk Pilpres

Para pemimpin serikat kami ambil posisi yang berbeda

Apakah kini sudah berkoalisi?

Mengikut para kandidat Pilpres yang sudah berkoalisi?

Di mana para pemimpin serikat kami

Ketika kami dirumahkan tanpa gaji

Kami di-PHK tanpa pesangon

Disuruh hidup #dirumahaja tanpa kehidupan

Perjuangan hari buruh kami hilang lenyap, senyap

Bukan dibungkam pistol dan pendekatan keamanan

Bukan dengan suapan penjinakan

Hanya karena  virus corona

Kalau dulu kami berteriak hanya satu kata: LAWAN!!!

Duduki Gedung DPR, blokir jalan tol dan kawasan industri

Ringsek ke istana, macetkan jalan

Kini kami lumpuh hanya karena satu kata: Covid-19

Apakah jawabanku nanti

Jika anak minta susu dibeli dan isteri minta uang belanja lagi

Tak ada jawabanku, bahkan menjawabpun tak ada nyali

Yang kumiliki hanya seonggok jeritan hati

Aneh sekali hari ini, hari buruh tahun ini.

Selamat Hari Buruh. Salam hangat selalu.

Aldentua Siringoringo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun