SinopsisÂ
Seindah cinta yang dimiliki oleh Ali dan Fatimah.
Mereka menyimpan cinta mereka dalam diam, hanya doalah yang menjadi jalan agar rasa itu tetap dapat terjaga kesuciannya.
Dapatkah aku mencintaimu seperti Fatimah yang mencintai Ali dalam diam.
Atau dapatkah aku seperti Ali yang dapat mejaga kesucian cintanya pada Fatimah, saking sucinya cinta itu hingga setanpun tak tahu akan perasaan cinta yang Ali simpan untuk Fatimah.
Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan disini, cinta tak pernah meminta untuk dinanti. Seperti Ali, cinta mempersilakan, atau memgambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan dan yang kedua adalah keberanian.
( Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra )
"Masalah adalah problema atau suatu persoalan yang memerlukan pemecahan atau penyelesaian secara benar. Sifat utama masalah adalah bahwa masalah itu memiliki beberapa alternatif pemecahan". (komaruddin, 2009:49) Masalah yang akan ditelaah ini yaitu konflik novel Cinta Dalam Diam Karya Shineeminka.
Dalam novel tersebut, permasalahan kehidupan diceritakan dalam bentuk konflik. Karena novel bercerita tentang kehidupan sosial masyarakat yang tidak bisa terpisah dengan konflik, maka wajarlah konflik dihadirkan pada novel sebagai komponen penting dalam novel. Konflik menjembatani setiap peristiwa menuju klimaks. Konflik dianggap sangat penting dalam novel, karena konflik merupakan salah satu elemen penting yang membangun unsur alur dalam novel. Menurut Stanton (2007: 31), dua elemen yang membangun alur adalah "konflik" dan "klimaks".Â
Konflik juga menjadi bagian yang penting guna membuat pembaca terfokus pada novel.Salah satu karya sastra yang menghidangkan berbagai konflik yang menarik di dalamnya adalah novel Cinta Dalam Diam. Bermula dari Ibu Zahra yang menyuruhnya menggunakan gamis, dan kerudung yang syar'i, saat ingin mendatangi pengajian.Â
Zahra yang tidak ingin durhaka kepada ibunya mengikuti apa yang dikatakan ibunnya, walaupun dengan rasa kesal di dalam hati Zahra sama sekali tidak ingin menggunakan pakaian itu dikarenakan dia merasa belum pantas menggunakannya. Hari demi hari Zahra mulai belajar hijrah karena dukungan dari mamanya dan membaca buku kisah Ali dan Fatimah Azzahra.Â