Lautan hijau, adalah hamparan sawah yang ditanami tanaman padi, begitu menajubkan bagi orang kota atau bagi orang Bule, dan kebetulan ada seorang tetangga yang menikah dengan orang Autralia, bila dia datang ke Indonesia setiap pagi jalan-jalanya di sawah melihat indahnya lautan hijau padi dan segarnya udara pagi dilatar belakangi gunung Ciremai.
Pernah juga di sekitar Jamblang menuju Plumbon Cirebon , disawah beberapa anak muda bermata sipit dan berkulit putih  sedang berfoto-foto dengan background sawah yang ditanami tanaman padi. Tapi tentunya bila padinya tidak rebah dan roboh. Tanaman padi yang rebah dan roboh bisa mengurangi kuantitas dan kualitas hasil padi nantinya.
Nah dalam tulisan ini saya ingin membahas bagaimana caranya supaya padi-padi itu tidak rebah.
Bagaimana caranya supaya padi kita tidak mudah rebah?
Umumnya petani masih beranggapan kalau tanaman padinya bila hijau itu maka subur, dan memberikan pupuk Urea secara berlebihan serta di tambah pupuk organik cair yang mengandung kadar Nnya diatas 30% , dan memang pengalaman dipalangan dan dialam nyata memang padinya itu hijau enak dilihat dan juga cepat pertumbuhannya , tapi saat ada angin kencang padi-padinya pada rebah, apalagi kalau padinya mulai mengisi. Ini diakibatkan oleh teknik pemupukan yang tidak seimbang dan berimbang.
Dan memang ini sudah di buktikan oleh Bapak Iyon , seorang Bapak beranak 2 di daerah Majalengka , begitu juga dengan mertuanya membuktikan untuk kesekian kali kalau padinya itu disamping lebih berbobot dan berisi juga tidak rebah disaat padi-padi yang saat ini banyak yang rebah.
Meski harga padi kering saat ini Rp 4.200,- untuk 1 kg tapi kalau padinya rebah dan kebetulan tergenang air sehingga padinya itu menurun kualitasnya sehingga di hargai oleh penadah cuman Rp.3.600,- per kilogram .
Yang perlu diperhatikan adalah pemupukan inilah yang harus kita kendalikan, kecuali karena bencana alam terus padi kita rebah itu diluar kemampuan kita semua, tapi karena tingkah laku kita yang salah dalam hal pemupukan yang berlebihan ini, yang tidak tepat dan tidak berimbang inilah yang jelas menyebabkan masalah dan ternyata juga lebih banyak mengeluarkan tenaga dan uang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H