Mohon tunggu...
Jejen Al Cireboni
Jejen Al Cireboni Mohon Tunggu... Administrasi - Terus menginspirasi dan berbagi pengalaman

Hidup adalah Perjalanan Cinta, mengisi perjalanan dan menuju perjalanan akan indah jika kita saling berbagi dan dan selalu menjaga hati untuk mengapai Cinta & RidhoNya

Selanjutnya

Tutup

Nature

Supaya Padi Tidak Mudah Rebah

9 Mei 2019   09:47 Diperbarui: 9 Mei 2019   09:50 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
supaya padi tidak mudah rebah

Lautan hijau, adalah hamparan sawah yang ditanami tanaman padi, begitu menajubkan bagi orang kota atau bagi orang Bule, dan kebetulan ada seorang tetangga yang menikah dengan orang Autralia, bila dia datang ke Indonesia setiap pagi jalan-jalanya di sawah melihat indahnya lautan hijau padi dan segarnya udara pagi dilatar belakangi gunung Ciremai.

Pernah juga di sekitar Jamblang menuju Plumbon Cirebon , disawah beberapa anak muda bermata sipit dan berkulit putih  sedang berfoto-foto dengan background sawah yang ditanami tanaman padi. Tapi tentunya bila padinya tidak rebah dan roboh. Tanaman padi yang rebah dan roboh bisa mengurangi kuantitas dan kualitas hasil padi nantinya.

Nah dalam tulisan ini saya ingin membahas bagaimana caranya supaya padi-padi itu tidak rebah.

Bagaimana caranya supaya padi kita tidak mudah rebah?

Foto: Jejen Al Cireboni
Foto: Jejen Al Cireboni
Dan kalau sudah terlanjur rebah ya umumnya petani akan mengikat padi-padinya , dan ini tentu akan menguras waktu, tenaga dan biaya.

Umumnya petani masih beranggapan kalau tanaman padinya bila hijau itu maka subur, dan memberikan pupuk Urea secara berlebihan serta di tambah pupuk organik cair yang mengandung kadar Nnya diatas 30% , dan memang pengalaman dipalangan dan dialam nyata memang padinya itu hijau enak dilihat dan juga cepat pertumbuhannya , tapi saat ada angin kencang padi-padinya pada rebah, apalagi kalau padinya mulai mengisi. Ini diakibatkan oleh teknik pemupukan yang tidak seimbang dan berimbang.

Foto: Jejen Al Cireboni
Foto: Jejen Al Cireboni
Disamping juga petani tidak menggunakan varietas bibit padi yang unggul tahan hama juga lebih kuat terhadap genangan air dan banjir mendadak. Tapi yang umum adalah penggunaan pupuk yang mengandung kadar N yang berlebihan, padahal efek samping bila berlebihan bukan hanya mudah roboh tapi juga lebih rentan terkena kresek dan penyakit lainnya.

Foto: Jejen Al Cireboni
Foto: Jejen Al Cireboni
Pengalaman sahabat juga orang tua sendiri yang menggunaka Teknologi Organik Cair yang di dalam Pupuk Cair Alami BIOGAN formulator Petani Andalan Cirebon yaitu Bapak Ir. Sujadih Kangoloh ini memang bukan cuman tertulis dalam browsurnya saja bahwa tanaman padinya lebih kekar dan tidak mudah rebah. 

Foto: Jejen Al Cireboni
Foto: Jejen Al Cireboni
Dengan pemupukan yang berimbang maka tanaman padi akan lebih subur dan juga cepat serta serempak pertumbuhannya dan juga padi lebih kekas dan tidak mudah rebah dan lebih tahan terhadap hama, disamping juga akan meningkatkan produksi. Kata penemu pupuk cair alami Biogan ini sih bercerita akan bisa meningkatkan produksi 1 ha itu bertambah 1 ton. 

Dan memang ini sudah di buktikan oleh Bapak Iyon , seorang Bapak beranak 2 di daerah Majalengka , begitu juga dengan mertuanya membuktikan untuk kesekian kali kalau padinya itu disamping lebih berbobot dan berisi juga tidak rebah disaat padi-padi yang saat ini banyak yang rebah.

Meski harga padi kering saat ini Rp 4.200,- untuk 1 kg tapi kalau padinya rebah dan kebetulan tergenang air sehingga padinya itu menurun kualitasnya sehingga di hargai oleh penadah cuman Rp.3.600,- per kilogram .

Yang perlu diperhatikan adalah pemupukan inilah yang harus kita kendalikan, kecuali karena bencana alam terus padi kita rebah itu diluar kemampuan kita semua, tapi karena tingkah laku kita yang salah dalam hal pemupukan yang berlebihan ini, yang tidak tepat dan tidak berimbang inilah yang jelas menyebabkan masalah dan ternyata juga lebih banyak mengeluarkan tenaga dan uang.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun