Pendaftaran Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Â ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) tinggal dua hari lagi. Hari Jumat, 10 Agustus 2018 adalah batas waktu penerimaan berkas pendaftaran dan tidak ada perpanjangan, sesuai dengan dengan salinan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2017 tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2019.
Namun hingga hari ini Rabu, 8 Agustus 2018 belum ada tanda-tanda pasangan calon mendaftar ke KPU. Masing-masing kubu yang digadang-gadang bakal bersaing yaitu petahanan Joko Widodo dan penantang Prabowo Subianto belum jelas titik terang cawapres yang akan menjadi pendamping mereka. Sepertinya kedua kubu masih kesulitan menentukan cawapresnya dan masih saling menunggu.Â
Fenomena Ustad Abdul Somad (UAS) Cawapres
Hasil Ijtima atau rapat para ulama mengerucut kepada Ustad Salim Segaf Aljufri atau Ustad Abdul Somad untuk mendampingi Prabowo Subianto. Namun yang perlu kita garis bawahi Ijtima beda jauh dengan Ijma'. Kalo Ijtima artinya rapat, sedang Ijma' merupakan kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum tentang suatu masalah/perkara berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis
 Hanya saja dalam masyarakat awam ijtima dan ijma ini latah "disamakan"  sehingga Prabowo Subianto "diharuskan" memilih antara kedua ustad tersebut untuk cawapresnya karena sudah dari hasil kesepakatan para ulama. Dan yang paling didukung banyak pihak adalah Da'i kondang Ustad Abdul Somad. Padahal Ijtima tersebut hanya rapat biasa, bukan hasil ijma' untuk sesuatu perkara rumit dan mendesak.Â
Ustad Abdul Somad dalam beberapa kali kesempatan sudah sering menyampaikan penolakan dirinya menjadi cawapres, beliau hanya ingin fokus kepada masalah pendidikan dan dakwah. Tapi, banyak masyarakat terus mendesak agar UAS mematuhi Ijtima para ulama, dengan "mengancam" bahwa UAS harus membuktikan dakwahnya yang selalu mementingkan perlunya pemimpin muslim yang taat untuk menegakkan agama Islam.Â
Masyarakat memang tidak bisa disalahkan bahwa memang pemimpin yang hadir ditengah-tengah mereka sekarang ini belum menunjukkan keberpihakan kepada Islam. Maraknya perkusi terhadap Ulama, penolakan terhadap para ulama diberbagai tempat, sebagai salah satu contoh adanya pembiaran dari pemerintah terhadap keberlangsungan dakwah umat Islam.Â
Pengamat mempredisi jika seandainya UAS bersedia mendampingi Prabowo Subianto maka suara umat Islam yang merupakan populasi terbesar akan tergerus memilih Prabowo - UAS dan diperkirakan akan menang diatas 65% suara. Dan tentunya ini tidak diinginkan oleh kubu inkumben. Hanya saja bila UAS terus menolak, lalu siapa lagi yang pantas menggantikan posisi UAS?Â
Galaunya Petahana
Kubu petahana Joko Widodo dan pendukungnya hingga saat ini juga masih galau. Mereka seakan terkesima dengan banyaknya dukunga kepada UAS. Mereka sepertinya masih menunggu-nunggu apakah UAS maju atau tidak. Jika UAS maju maka mereka harus berfikir keras untuk mencari pesaing UAS.
Dari sekian nama yang ada pada saku presiden Jokowi tak ada satupun nama yang bisa disaingkan dengan UAS. Sepertinya kubu ini masih mencari calon alternatif selain dari partai pendukung dan bisa diterima semua pihak. Nama Jend (purn) Moeldoko dan mantan pangab Gatot Nurmantyo digadang sedang dilirik oleh kubu jokowi. Hanya saja partai pendukung belum bulat untuk kedua calon ini.Â
Sepertinya sekarang kuncinya ada pada UAS. Jika UAS maju maka petahanan akan semakin galau. Jika UAS tidak maju maka peta politik terutama pada pendukung Prabowo sepertinya akan pecah. Jika demikian maka tagar ganti presiden bakal menemukan jalan terjal.Â
Siapakah pasangan capres dan cawapres di pemilu 2019 ? masih tanda tanya. Â Namun nama -nama seperti Dahlan Iskan, Abraham Samad, Gatot Nurmantyo dan Ustad Abdullah Gymnastiar, menurut penulis adalah calon alternatif yang perlu dipertimbangkan oleh kedua kubu bila UAS tidak jadi maju dan kubu petahanan masih galau.
Dahlan Iskan populer dikalangan kaum terpelajar dan raja media, Abraham Samad masih punya nama kala jadi ketua KPK, pangab Gatot Nurmantyo namanya harum dikalangan meliter, dan ustad Abdullah Gymanstiar adalah ulama populer selain UAS dan dianggap netral. selamat memilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H