Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fenomena UAS sebagai Cawapres dan Galaunya Petahana

8 Agustus 2018   14:30 Diperbarui: 8 Agustus 2018   14:54 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(nasional.kompas.com)

Pendaftaran Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres)  ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) tinggal dua hari lagi. Hari Jumat, 10 Agustus 2018 adalah batas waktu penerimaan berkas pendaftaran dan tidak ada perpanjangan, sesuai dengan dengan salinan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2017 tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2019.

Namun hingga hari ini Rabu, 8 Agustus 2018 belum ada tanda-tanda pasangan calon mendaftar ke KPU. Masing-masing kubu yang digadang-gadang bakal bersaing yaitu petahanan Joko Widodo dan penantang Prabowo Subianto belum jelas titik terang cawapres yang akan menjadi pendamping mereka. Sepertinya kedua kubu masih kesulitan menentukan cawapresnya dan masih saling menunggu. 

Fenomena Ustad Abdul Somad (UAS) Cawapres

Hasil Ijtima atau rapat para ulama mengerucut kepada Ustad Salim Segaf Aljufri atau Ustad Abdul Somad untuk mendampingi Prabowo Subianto. Namun yang perlu kita garis bawahi Ijtima beda jauh dengan Ijma'. Kalo Ijtima artinya rapat, sedang Ijma' merupakan kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum tentang suatu masalah/perkara berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis

 Hanya saja dalam masyarakat awam ijtima dan ijma ini latah "disamakan"  sehingga Prabowo Subianto "diharuskan" memilih antara kedua ustad tersebut untuk cawapresnya karena sudah dari hasil kesepakatan para ulama. Dan yang paling didukung banyak pihak adalah Da'i kondang Ustad Abdul Somad. Padahal Ijtima tersebut hanya rapat biasa, bukan hasil ijma' untuk sesuatu perkara rumit dan mendesak. 

Ustad Abdul Somad dalam beberapa kali kesempatan sudah sering menyampaikan penolakan dirinya menjadi cawapres, beliau hanya ingin fokus kepada masalah pendidikan dan dakwah. Tapi, banyak masyarakat terus mendesak agar UAS mematuhi Ijtima para ulama, dengan "mengancam" bahwa UAS harus membuktikan dakwahnya yang selalu mementingkan perlunya pemimpin muslim yang taat untuk menegakkan agama Islam. 

Masyarakat memang tidak bisa disalahkan bahwa memang pemimpin yang hadir ditengah-tengah mereka sekarang ini belum menunjukkan keberpihakan kepada Islam. Maraknya perkusi terhadap Ulama, penolakan terhadap para ulama diberbagai tempat, sebagai salah satu contoh adanya pembiaran dari pemerintah terhadap keberlangsungan dakwah umat Islam. 

Pengamat mempredisi jika seandainya UAS bersedia mendampingi Prabowo Subianto maka suara umat Islam yang merupakan populasi terbesar akan tergerus memilih Prabowo - UAS dan diperkirakan akan menang diatas 65% suara. Dan tentunya ini tidak diinginkan oleh kubu inkumben. Hanya saja bila UAS terus menolak, lalu siapa lagi yang pantas menggantikan posisi UAS? 

Galaunya Petahana

Kubu petahana Joko Widodo dan pendukungnya hingga saat ini juga masih galau. Mereka seakan terkesima dengan banyaknya dukunga kepada UAS. Mereka sepertinya masih menunggu-nunggu apakah UAS maju atau tidak. Jika UAS maju maka mereka harus berfikir keras untuk mencari pesaing UAS.

Dari sekian nama yang ada pada saku presiden Jokowi tak ada satupun nama yang bisa disaingkan dengan UAS. Sepertinya kubu ini masih mencari calon alternatif selain dari partai pendukung dan bisa diterima semua pihak. Nama Jend (purn) Moeldoko dan mantan pangab Gatot Nurmantyo digadang sedang dilirik oleh kubu jokowi. Hanya saja partai pendukung belum bulat untuk kedua calon ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun