Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tahapan "Indahnya" Menjadi Guru di Indonesia

27 April 2018   23:38 Diperbarui: 28 April 2018   12:56 3422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS/RIZA FATHONI)

Tapi ada juga yang memang karena kemampuan dan skill yang mumpuni seperti menjadi guru berprestasi tingkat nasional, lulus tes cakep (calon kepala sekolah), punya sertifikat pengawas dari mengikuti diklat pengawas dan sebagainya. 

Apakah di posisi ini guru yang mendapat tugas tambahan jadi kepala sekolah atau pengawas ini sudah mencapai level bahagia? Belum. Jadi kepsek tantangannya jauh lebih mengerikan, bahkan jika khilaf bisa masuk penjara. Penyebabnya antara lain tidak piawai mengelola dana BOS, penyalahgunaan wewenang dan lain sebagainya. 

Pengawas pun begitu, walau godaannya tidak sebesar kepsek, bila tidak cakap, kinerja kurang baik bisa kembali menjadi guru biasa atau pensiun dini. Menjadi pengawas di masa sekarang dituntut punya mobilitas tinggi membenahi sekolah-sekolah dibawah pengawasannya. Lalu bagaimana jika kondisi kesehatan dan usia tidak sanggup lagi? 

6) Pensiun

Sepertinya ini lah masa yang paling enak. O, belum tentu.. apalagi kalau selama mengabdi menjadi PNS asyik berhutang terus ke Bank  untuk berbagai keperluan seperti biya anak kuliah, anak nikah, berobat dan sebagainya. Maka uang pensiun pun ludes untuk cicilan hutang. menikmati apa lagi? 

Inilah fase-fase yang hampir sebagian besar dialami guru di Indonesia. Indah memang! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun