Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tahapan "Indahnya" Menjadi Guru di Indonesia

27 April 2018   23:38 Diperbarui: 28 April 2018   12:56 3422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaji akan naik secara berkala per dua tahun lebih kurang Rp. 100.000/ 2 tahun. Penghasilan ini biasanya ada tambahan dari Tunjangan Daerah yang jumlahnya variatif setiap daerah.

Dimasa ini guru yang tidak tahan ingin cepat merasakan kebahagian punya ini dan itu, menggadaikan SK-nya ke bank. Biasanya langsung mengambil dana Rp. 100.000.000 yang musti dicicil selama 10 - 15 tahun. Sebanyak 2/3 gaji habis untuk bayar cicilan. Dana tersebut biasanya ada yang digunakan untuk menikah, ada yang menggunakan untuk menghajikan orangtua, ada juga untuk memperbaiki rumah orangtua, membeli kendaraan tergantung pilihan masing-masing. 

Dimasa ini banyak sekali guru muda menjadi galau kembali. Karena cicilan utang yang ditanggung. Berharap-haraplah bisa lulus sertifikasi agar dapat tunjangan sertifikasi sebesar satu kali gaji. Hanya saja prosesnya sangat rumit dan panjang serta penuh ujian. Terbaru sekarang ini adalah musti terdaftar dulu dan mengikuti pretes PPG dengan syarat ini itu.

Setelah lulus Pretes, lalu mengikuti PPG lebih kurang 6 bulan, setelah selesai PPG musti ikut tes UTN dulu dengan nilai minimal 80. Untuk lulus dari UTN ini pengalaman dari guru yang ikut program PLPG  sebelumnya bahkan ada yang tidak lulus hingga 4 kali tes UTN.

Akhirnya pasrah tidak bisa sertifikasi, dan bersiap-siap diberhentikan jadi guru dipindahkan ke struktural apakah jadi TU atau lainnya. Padahal diantaranya ada yang merupakan guru kreatif dan inovatif di sekolahnya. Hanya saja kurang mampu dalam menjawab soal-soal tes yang HOTS. 

4) Menjadi Guru Bersertifikasi

Setelah sertifikasi di tangan, penghasilan memang bertambah. Hanya saja proses pencairannya sangat banyak sekali persyaratannya. Jika tidak cukup jam mengajar jangan harap dapat cair. Galau lagi. Kalang kabut cari jam tambahan ke sekolah-sekolah lain.

Bahkan rela menempuh jarak yang jauh walau rasanya badan dan usia sudah minta ampun, tapi disanggup-sanggupin juga demi cair sertifikasi. Guru-guru disibukkan dengan setiap hari mencek Sim PKB atau ingo GTK, untuk melihat valid atau tidak valid, sudah terbit SKTP atau belum, dan lain sebagainya. 

Bagi guru tua yang gaptek, kadang gampang termakan isu hoaks. Lalu stres sendiri. Bahkan ada juga guru yang akhirnya menyerah setelah dengan segala perjuangan mencukupkan jam, atau mencari jam yang linier dengan sertifikat sertifikasi tidak dapat-dapat juga akhirnya pasrah tidak cair tunjangan sertifikasinya. Mengadu kepada siapa? 

5) Menjadi Kepala Sekolah atau Pengawas

Karir terakhir seorang guru adalah menjadi kepala sekolah atau pengawas. Tidak banyak yang bisa sampai ke jenjang karir ini. Kadang untuk bisa sampai ke jenjang ini lebih karena faktor keberuntungan atau karena kedekatan dengan kekuasaan di daerahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun