[caption caption="Sumber:Â VIVAnews/Fernando Randy, Â nbcindonesia.com"][/caption]Jakarta itu bak hutan belantara. Siapa kuat di berjaya. Seperti harimau yang bisa melahap hampir seluruh isi hutan. Nah, sebentar lagi tahun 2017? Siapakah yang akan jadi "harimau" di hutan belantara Jakarta itu? Mendiskusikannya sangat seksi.
Ahok atau di KTP bernama Basuki Tjahaja Purnama adalah incumbent saat ini. Beliau ini dicitrakan sebagai pemimpin yang bersih, keras lagi tegas. Kita bisa melihat di Youtube gaya beliau memimpin rapat, berbicara dan menyelesaikan permasalahan. Kita bisa melacak sepak terjangnya di berbagai media baik televisi, media cetak, media sosial, internet dan sebagainya. Narasi tentangnya dibuat sangat mengagumkan. Bahkan tak tanggung-tanggung, seorang akademisi menyebutnya "Lee Kuan Yew" nya Indonesia.
Bukan hanya warga Jakarta, warga di luar jakarta pun kini terpesona dan menyanjung-nyanjung Koh Ahok ini! Ahok oleh sebagian kalangan dinilai sangat pantas menduduki kursi gubernur DKI Jakarta untuk periode keduanya. Bahkan sekelompok orang dengan nama Teman Ahok siap "bertempur" untuk Ahok di pilkada 2017 nanti.Â
Apakah Ahok tanpa cela? Bagi sebagian orang bisa saja "iya," tapi tentu tidak bagi sebagian yang lain. Berita Tempo misalnya menyebutkan Serapan Anggaran DKI Jakarta tahun 2015 paling rendah dari seluruh daerah di Indonesia yaitu mentok di angka 67% dari total Anggaran DKI 65,7 Trilyun. Artinya ada sekitar 20 trilyun lebih anggaran yang tak termanfaatkan bagi pembangunan dan kesejahteraan warga DKI sepanjang 2015. Itu jelas kerugian besar bagi warga DKI!
Bukan hanya itu, Ahok juga dinilai gagal dalam tata kelola Trasnportasi umum seperti pembelian Bis Transjakarta dari Tiongkok yag sudah rusak sebelum digunakan, pengelolaan sampah dan banjir yang belum ada perubahan, dan lain sebagainya. Ahok juga dinilai gagal membangun koordinasi dengan daerah sekitar seperti Banten dan Jawa Barat bahkan Bekasi untuk bekerjasama dalam mengatasi problem Jakarta. Bila diurai cukup panjang daftar kegagalan Ahok ini.
Ahok di media memang berani mengakui kegagalan itu tapi ngotot bukan salah beliau, bahkan kadang membuat kita tersenyum geli. Misalnya tentang serapan anggaran rendah, Ahok dengan santai menjawab penyebabnya karena para pejabat takut korupsi, lah. Tugas gubernur itu memastikan kegiatan dijalankan, soal mereka korupsi itu tugas penegak hukum. Ini jelas Ahok lemah dalam mengontrol bawahannya. Kemudian tentang banjir Ahok menyalahkan ada oknum yang sabotase, ada-ada saja! Soal aset tanah DKI yang hilang 7,9 trilyun Ahok salahkan Foke gubernur sebelumnya, tentang warga miskin yang ditolak RSCM sampai anaknya yang sakit kemudian meninggal, Ahok salahkan ortunya, dan lain sebagainya.Â
Karenanya, penulis menilai Ahok bukanlah pemimpin yang sempurna. Apalagi gaya yang diperagakan Ahok tidak mencerminkan kebudayaan timur, suka marah-marah, berkata kasar, ala diktator, dan lain-lain. Penulis teringat kata seorang filsuf: orang yang suka mencela/marah-marah itu, sebenarnya tidak memiliki/menguasai apapun. Karenanya DKI Jakarta butuh pemimpin yang kelas nya jauh diatas Pak Ahok. Nah, pertanyannya, apa ada?
Hingga sekarang, ada banyak nama yang diangkat ke permukaan untuk jadi pesaing Ahok, yaitu pengusaha muda Sandiaga Uno, Tokoh Nasional Yusril Ihza Mahendera, Musisi Ahmad Dani, Tokoh Pemuda Adihyaksa Dault, bahkan ada nama pengacara dan artis Farhat Abbas. Yang terakhir ini tak usah ditanggapi karena dinilai hanya mencari "panggung" saja hehe.
Dari sekian nama itu, yang digadang-gadangkan lawan berat Koh Ahok  ini adalah Yusril Ihza Mahendra seorang profesor hukum tata negara, Calon Presiden, mantan menteri tiga Presiden, pengacara, Tokoh Nasional dan sederet sebuta lainnya. Pak Yusril ini tiba-tiba saja muncul ke permukaan menyatakan siap maju di Pilkada DKI 2017. Hanya saja, Yusril memberi syarat dia maju kalau hanya head to head lawan Ahok. Persyaratan Yusril ini menarik, sebab memang seperti itulah cara satu-satunya menurut pengamat politik yang memungkinkan untuk menang melawan incumbent Koh Ahok yang sudah di atas awan tersebut.
Apakah Yusril akan Mampu Membenahi Jakarta?
Walau tidak punya pengalaman sebagai kepala daerah, sebenarnya ini tidaklah begitu penting sebab banyak kepala daerah yang sukses memimpin daerahnya walau sebelumnya tidak punya pengalaman sebagai kepala daerah. Yusril Ihza Mahendra bukan orang baru dalam pemerintahan Indonesia. Pernah menjabat Menteri dari tiga Presiden. Pembuat konsep Otonomi Daerah bersama Riyas Rasyid, berpengalaman dalam penyatuan dan pemisahan kementrian-kementrian dan lain sebagainya. Beliau ini sarat pengalaman baik di organisasi nasional bahkan internasional. Beliau ini bahkan dijuluki "Natsir Muda" karena kepiawaiannya dalam berbagai hal.