Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jiao

6 Februari 2016   01:45 Diperbarui: 6 Februari 2016   02:13 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jiao juga jarang saya jumpai di minimarketnya, mereka sudah punya karyawati sekarang di minimarket tersebut, gembrot dan tak menarik. halah! Ruko itu dan semua isinya mendadak asing bagi saya. Saya stres. wajar. Kuliah saya kacau. saya pun mabuk-mabukan bersama teman kos, ngeganja, minum pil pink, teler, tapi untung tidaklah lama.

Saya dapat kembali berkomunikasi bersama Jiao. Selepas sholat di mesjid kampus, saya melihat Jiao dihalte depan kampus. Saya berlari ke arahnya. Kangen berat. Kami berpelukan. Jiao melepas semua tangisnya. Pertemuan yang sebentar itu menjawab semuanya. Tantenya itu sepupu mamanya. Dia trauma dengan lelaki Melayu. Korban tragedi Mei 1998. Sekarang menetap di Singapura. Keluarga mereka ada konflik, papa jiao ternyata menjalin affair dengan tante ini diam-diam. Tante itu selain mencari papa juga minta izin mamanya agar papanya menikahi dia, karena sedang hamil. sedang Lelaki yang mengantar Jiao kekampus adalah adik tante itu. Jiao stres melihat mamanya yang stres berat. Papanya yang seorang kapten kapal tanker antar negara tak bisa dihubungi, sedang berada di laut pasifik.

Jiao ingin kabur dari rumah, karena adik tantenya itu pernah berusaha untuk memperkosanya. Tapi Jiao khawatir dengan mama dan adiknya Lijuan. Tante dan adik laki-lakinya itu suka berlaku kasar di rumah. Membentak, dan mengungkit-ngungkit masa lalu mama. Mamanya tak bisa melawan karena memang berhutang budi dengan keluarga tantenya. Ceritanya, mamanya sudah ditinggalkan kedua ortunya sejak umur balita, keluarga tante itulah yang memelihara mamanya hingga bersuami.

Entah setan mana yang meracuki, saya dan Jiao merencanakan pembunuhan terhadap tantenya itu. Sebagai mahasiswa kimia saya sedikit banyak tahu tentang tumbuhan mengandung senyawa racun, saya menyarankan untuk meracuni tante itu. Diaminkan oleh Jiao. Persiapanpun sudah matang, ujicoba esktrak senyawa racun yang saya buat di lab kampus pun berhasil diuji coba pada anjing tua lagi kurapan yang sering wara-wiri di jalanan depan ruko. Tibalah saatnya .Kami yakin ini tak beresiko, karena racunnya alami maka polisi tak akan curiga. Motifnya adalah keracunan makanan.

***

Sayangnya, tante itu tidak mati. Nyawanya berhasil diselamatkan, hanya saja belangnya akhirnya ketahuan, dari pemekrisaan dan visum rupanya dia tak hamil. Dengan demikian papanya tak harus menikahi wanita itu. Rupanya papanya hanya dijebak. Rupanya tante itu masih sakit hati karena ternyata papa Jiao dulu lebih memilih mama Jiao dari pada tante itu.

Hanya saja berkat kejelian Polisi Jiao harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, dia dihukum 5 tahun atas percobaan pembunuhan. Saya heran harusnya saya terbawa-bawa karena saya yang meracik racun itu, apakah Jiao menutup-nutupinya. entahlah. Tapi kemudian diketahui rupanya Jiao ternyata tidak menggunakan racun yang saya buat, tapi menggunakan tiner yang dicampur ke minuman tantenya.

Kenapa Jiao tidak melaksanakan rencana yang saya dan dia rencanakan? lama pertanyaan itu saya simpan, sampai akhirnya Jiao dinyatakan bebas lebih cepat dari masa hukumannya. Waktu itu Saya sudah bekerja disebuah perusahaan petrokimia.

Saya melamar Jiao langsung ke orangtuanya pas dihari pembebasannya itu. Kebetulan bertepatan dengan imlek. Orangtuanya tak bisa menolak lagi. Kata papanya, tak ada satupun lelaki di dunia ini yang berani melawar wanita yang baru saja bebas dari penjara, kalau bukan karena cinta tulus dihatinya. Papanya menyerahkan semua pada jiao dan membebaskannya dari apapun.

Kami menikah dengan cara agama yang saya anut. Di malam pertama, Jiao berbisik: Sayang, andai Jiao melaksanakan rencana kita dahulu, pasti kita akan menikah dipenjara...." Saya terbahak. Jiao memeluk saya erat. Saya matikan lampu, saya hdupkan lampu kamar. Kami tak tidur malam itu. Bahkan, malam itupun tidak cukup untuk memuaskan kami, yang sudah lama terpisahkan.

Tak ada satupun yang bisa menghalangi dua cinta yang tulus untuk bersatu. Apapun itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun