Siang tadi kami menggunakan jasa tukang sol sepatu keliling yang lewat di komplek kami. Awalnya cuma ingin menjahit terompah Mbah yang baru dibeli supaya kuat seperti permintaan mbah. Istri tau-taunya malah membongkar sepatu dan sandal lama yang ada digudang, alhasil bukan hanya terompah mbah malah sepatu olahraga lama saya yang lepas jahitannya dan sepatu lama istri yang sudah tipis tapaknya akhirnya menjadi tambahan "proyek" tukang sol tersebut.
Tukang sol sepatu itu asyik mengerjakan proyeknya di garasi mobil kami. Saya menanyakan ke istri" kena berapa itu nanti, ma?"
"Paling mahal Rp. 50.000,-!soalnya di pasar, mama pernah menjahit sandal hanya kena Rp. 10.000,- Jadi kalau satu sandal dan dua sepatu harusnya kan Rp. 30.000-an, karena satunya ganti tapak bisa jadi Rp. 50.000-an! "jelas istri saya. Ya udah, saya jadi tenang, karena risau juga tadi sebelum tukang sol bekerja kami tidak menanyakan berapa upahnya, jadi main langsung-langsung saja, takutnya tukang sol itu nanti setelah selesai minta upah lebih dari harga pasar.Tidak enak nawarnya.
Disaat tukang sol sepatu itu bekerja, saya mengajaknya bercerita dan menanyakan asal-usulnya. Dia menjelaskan kalau dia berasal dari Cibaduyut, daerah yang terkenal dengan sentra produksi sepatunya. Dia juga menjelaskan kalau dia dengan beberapa temannya keliling ke berbagai kota menjadi tukang sol sepatu keliling. Dia juga menjelaskan tentang lem khususnya yang tidak dijual dipasaran yang dinamakan lem press.
Akhirnya 30 menit berlalu pekerjaannya selesai. Saya memeriksa pekerjaannya lumayan rapi. Saya senang sepatu olahraga lama saya bisa dipakai lagi sebab memang masih baru, cuma kesalahan saya bukan sepatu futsal saya pakai main futsal jadi koyak deh..hehe. Istri juga nampak puas dengan sepatunya yang sudah punya tapak baru, begitu juga dengan mbah sandalnya terasa lebih tahan.
"Berapa semua, bang? tanya saya. "Rp. 100.000,- pak! Jawab Tukang sol sepatu itu pelan, sambil membereskan alat-alat pekerjaannya. Istri saya melongo ke arah saya. Istri saya nampaknya seperti mau protes, tapi saya tahan. Sudahlah..!" halang saya, sambil menggamit tangannya.Tukang sol itu sepertinya merasa diapun menjelaskan:" Yang mahal sepatu ibu pak, ganti tapak ini sepasang Rp. 50.000, sedang yang jahit ini sepasangnya Rp. 25.000,- pak.
Saya lalu menyerahkan satu lembar uang Rp. 100.000,-. Tukang sol sepatu keliling itu merunduk mengucapkan terimakasih. Dari raut wajahnya terlihat dia sangat senang sekali. Setelah keluar dari gerbang rumah kami dia bertemu temannya yang juga tokang sol sepatu keliling dengan bahasa sunda dia menceritakan kalau dia baru dapat rezki setelah keliling dari pagi.
Setelah mereka pergi, istri saya mencak-mencak. "Mending mama beli sepatu baru kalau tahu harganya segitu! Papa tahu nggak kalo sepatu mama ini dulu mama beli cuma Rp. 40.000,- Masa ganti tapaknya Rp. 50.000,- Mahal kali dia mengambil upah, melebihi harga sepatu! Sepatu jelek begini!"
Saya hanya senyum-senyum saja. "Sudah, ambil hikmahnya saja! lain kali kalau mau menggunakan jasa seseorang apapun itu tanyakan dulu berapa biayanya. Kalau cocok angkanya baru disuruh mengerjakan. Jangan langsung main suruh saja! Lagian salut juga kita dengan anak-anak muda tadi, pemuda seusia mereka mau bekerja seperti itu. Tidak milih-milih pekerjaan yang penting halal. Daripada mereka maling, merampok dan sebagainya! Ujar saya panjang lebar.Di-amin-kan oleh mbah yang juga senyum-senyum.
Dalam hati sayapun sebenarnya dongkol juga sih! hihihihi....ohya, saat menuliskan artikel ini tak lupa saya mengingatkan istri agar sepatu mahalnya jangan lupa dimasukkan ke rumah. Alhasil, ledekan saya dibalas dengan kecut wajahnya. :-)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H