Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dik, abang mau ML...

30 Agustus 2011   05:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:21 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Biar betul, apa yang mau dia lakukan terhadap Qis?” “Takutlah Qis, kalau khilaf dia bunuh Qis!” terkejut Asraf Mukmin. “Percayalah Qis, Aliyah bukan macam itu orangnya. Abang dah lama hidup dengannya. Abang faham,” Qistina mengalih pandangannya.

Mau apakah calon madunya bertemu dengannya? Dia sering disuguhkan dengan berbagai cerita isteri pertama menganiaya isteri kedua. Heh, ini Qistina lah. Jangan haraplah jika mau menganiaya aku. Desis hati kecil Qistina. Hari ini genap seminggu Qistina bercuti seminggu. Seminggu jugalah dia merindu. Puas dicoba untuk menghubungi Qistina, namun tidak berhasil. Teman serumah bilang mereka sendiri tidak mengetahui ke mana Qistina pergi. Genap seminggu juga peristiwa dia menghantar Qistina untuk dipertemukan oleh Aliyah. Sedangkan dia diminta oleh Aliyah bermunajat di Masjid Putra. Di masjid itu, hatinya benar-benar terusik. Sekian lamanya dia tidak menyibukkan dirinya dengan aktivitas keagamaan di masjid.

Dulu, sebelum dia mengenali Qistina, setiap malam dia akan bersama dengan Aliyah serta anak-anaknya, berjemaah dengan kariah masjid. Kemudian menghadiri majlis kuliah agama. Membaca Al-Quran secara bertaranum itu adalah kesukaannya. Namun, lenggok Qistina melalaikannya. Haruman Qistina memudarkan bacaan taranumnya. Hatinya benar-benar sunyi. Sunyi dengan tasbih, tasmid yang sering dilagukan. Seharian di Masjid, dia coba mencari dirinya, Asraf Mukmin yang dulu. Asraf Mukmin anak Imam Kampung Seputih. Asraf Mukmin yang asyik dengan berjanji. Menitis air matanya. Hatinya masih tertanya-tanya, apakah yang telah terjadi pada hari itu. Aliyah menunaikan tanggungjawabnya seperti biasa. Tiada kurangnya layanan Aliyah. Mulutnya seolah-olah terkunci untuk bertanya hal calon madu Aliyah.

Tiba-tiba… sms berbunyi masuk ke inbox Hpnya. “Qis minta maaf. Qis bukan pilihan terbaik utk Abang jadikan isteri. Qis tidak sehebat kak Aliyah. Qis perlu jadikan diri Qis sehebatnya untuk bersama Abang.”

Dibawah Hpnya, ada secarik sampul besar.

Untuk Asraf Mukmin, Suami yang tersayang…

Asraf Mukmin diburu keheranan. Sampul berwarna cokelat yang hampir sama besarnya dengan A4 itu dibuka perlahan. ————————–

————————————-

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih.

Salam sejahtera buat suami yang tercinta, semoga ridhaNya sentiasa mengiringi jejak langkahmu. Abang yang dikasihi, genap seminggu sesi pertemuan yang Aliyah jalankan pada Qistina. Terima kasih kerana Abang membawakan Aliyah seorang calon madu yang begitu cantik. Di sini Aliyah kemukakan penilaian Aliyah.

1. Dengan ukuran badan ala-ala model, dia memang mengalahkan Aliyah yang sudah tidak nampak bentuk badan. Baju- bajunya memang mengikut peredaran zaman. Tapi, Aliyah sayangkan Abang. Aliyah tak sanggup Abang diseret ke neraka kerana menanggung dosa. Sedangkan dosa Abang sendiri pun, masih belum termampu untuk dijawab di akhirat sana , terutama lagi Abang mau menggalas dosa org lain. Aliyah sayangkan Abang…
2. Aliyah ada mengajak dia memasak. Memang pandai dia masak, terutama lagi western food. Tapi, Aliyah sayangkan Abang. Aliyah tahu selera Abang hanya pada lauk pauk kampung. Tapi tak tahulah pula Aliyah kalau-kalau selera Abang sudah berubah. Tapi, Aliyah masih ingat lagi, sewaktu kita sekeluarga singgah di sebuah restoran western food, Abang muntahkan semua makanan western food itu. Lagi satu, anak-anak kita semuanya ikut selera ayah mereka. Kasihan nanti, tidak makan pula anak-anak kita. Aliyah sayangkan Abang…
3. Aliyah ada mengajak dia sholat berjemaah. Kalang kabut dibuatnya. Aliyah minta dia jadi Imam. iYalah, nanti dia akan menjadi ibu dari anak Abang yang akan lahir, jadinya Aliyah harapkan dia mampu untuk mengajar anak-anak Abang untuk menjadi imam dan imamah yang beriman. Tapi, kalau dia sendiri pun kalang kabut memakai mukena… Aliyah sayangkan Abang…


Abang yang disayangi, cukuplah rasanya penilaian Aliyah. Kalau diungkap satu persatu, Aliyah tak terdaya. Abg lebih memahaminya. Ini penilaian selama 1 hari, Abang mungkin dapat membuat penilaian yang jauh lebih baik memandangkan Abang mengenalinya lebih dari Aliyah mengenalinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun