Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Besar Tidak akan Keluar dari Rahim Ibu Sundal!

8 November 2011   10:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:55 2634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbincangan siang tadi dengan seorang tua kampung yang terkenal di tempat saya tinggal sangat menggelitik, beliau berkomentar tentang kehati-hatian dalam memilih dan mendidik istri, dengan nada sedikit meninggi beliau berkata: " Orang besar tidak akan keluar dari rahim ibu sundal! Nabi Ibrahim,  walau ayahnya seorang pembuat berhala, tetapi dia menjadi seorang nabi yg menurunkan nabi-nabi lainnya karena dia keluar dari rahim ibu yang baik. Kan'an anak dari Nabi Nuh,  dia tetap kafir sampai akhir hayatnya karena dia dilahirkan oleh ibunya yang kafir,meskipun ayahnya seorang Nabi. Maka hati-hatilah dalam memilih istri, karena banyak kejadian dan bukti begitu berperannya seorang perempuan, seorang ibu bagi keturunan kita.....! Lalu beliau bercerita tentang nasibnya yang mempunyai tiga orang anak tapi tak satupun jadi orang, anak pertamanya terlibat narkoba, sekarang berada di rumah sakit rehabilitasi, anak keduanya perempuan hamil duluan, dinikahkan dan putus sekolah, tidak berapa lama ditinggal suaminya dan sekarang menjanda. anak bungsunya laki-laki terlibat gank motor, baru saja dipenjara karena terlibat pencurian motor. Penyebab itu semua katanya adalah istrinya. Dia bercerita ihwal perceraian dengan istrinya. Bapak ini bercerita dia kenal istrinya waktu sama-sama kuliah, istrinya adalah kembang kampusnya yang menjadi rebutan banyak laki-laki, sering gonta ganti pacar  dan akhirnya si bapak inilah yang berhasil mempersunting istrinya ini. Saat-saat awal pernikahan keluarganya baik-baik saja , walau  istrinya adalah perempuan yang konsumtif dan  boros.  Tapi karena sama-sama punya penghasilan jadi tak begitu terasa. Setelah lahir anak-anak mereka si istri mulai berubah jadi cerewet, suka ngatur, apalagi setelah kena PHK di kantornya, keluarga sudah tak nyaman lagi sering cekcok, si itri kebanyakan bergunjing dengan tetangga, memainkan bisnis seperti rentenir berkedok bantuan modal, pernah suatu kali bertengkar dengan ibu bapak ini tentang masalah anak-anak yang terurus , sampai si ibu bapak ini menangis dimaki-maki menantunya,  akhirnya rumahtangga yang berumur 18 tahun itupun bubar. Dan satu lagi dan ia baru percaya sekarang bahwa yang mengambil emas ibunya adalah istrinya itu. Karena "orang pintar" yang ditanyai ibunya menyebutkan yang mencurinya adalah keluarga sendiri. "Itulah, dulu saya terpedaya wajah cantik !" kata bapak itu lagi. "Sekarang usia saya sudah 50 tahun, gaji habis untuk bayar utang yang menjadi tanggungan saya. Anak-anak yang saya miliki "hantu" semua...! " katanya resah. Sekarang saya mencoba menikmati sisa-sisa umur saya ini dengan ikhlas bersama ibu saya yang sudah renta. Ibu bapak ini masih hidup usianya katanya sudah 80 tahun lebih. "Sebenarnya kita ini sedang berjalan menuju kematian, setiap detik jatah umur kita berkurang. Kita tidak tahu kapan perjalanan hidup ini akan berakhir. Namun kita harus ambil tahu untuk kehidupan kita di alam akhirat nanti dengan selalu istigfar dan memperbarui tobat kita!" Kata bapak ini bijak. Pesan Bapak ini sebelum mengakhiri perbincangan adalah pandai-pandailah dalam memilih istri, jika sudah beristri maka didiklah istrimu itu dengan bijak, lemah lembut, agar dia dapat mendidik keturunan kita dengan baik dan benar. Perempuan itu tercipta dari tulang rusuk yang bengkok, jika dikeraskan dia akan patah, maka berlakulah lemah lembut dan sabar. Kewajiban kitalah sebagai suami dalam mendidik istri kita supaya menjadi orang baik, agar kita terhindar dari memiliki keturunan yang tidak baik. Wahai saudariku tersayang... baguskanlah sikap dan lakumu... belajarlah! belajarlah! belajarlah! jadilah perempuan sholehah.... karena engkau adalah calon ibu....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun