Judul artikel ini sedang trend-trendnya. Di facebook (Fb) banyak status yang dibuat dengan diawali cerita dalam kehidupan sehari-hari yang diakhir status ditambahkan kalimat "disitu kadang saya merasa sedih". Belum lagi dipopulerkan lewat meme kemudian diunggah di Fb, twitter, tsu dan lain sebagainya. Hasilnya bagi kita yang tahu, cukup membuat tersenyum.
Kalimat itu awalnya berasal dari ucapan seorang Polwan bernama Brigadir Dewi Sri Mulyani dalam sebuah acara di televisi, beliau mengucapkan itu ketika mengungkapkan kesedihannya jika mengingat waktu bersama tiga anaknya yang sangat minim karena menunaikan tugas sebagai polisi. Ketika mengetahui kalimatnya tersebut kemudian menjadi trens Ibu tiga anak dan juga istri dari polisi yang bertugas di polrestabes Bandung ini mengaku tak menyangka, apalagi meme dengan fotonya kini beredar kemana-mana. "Serasa jadi artis" katanya. Walau begitu dia tidak mempermesalahkan hal tersebut.
Dari sekian status dan meme yang berseliweran di dunia maya tersebut penulis sajikan disini, ada beberap status yang menurut penulis menggelitik dan penting untuk kita ketahui, diantaranya:
Kala pemerintah dan sponsor tertipu dengan proposal kegiatan berlabel internasional dan sudah menggelontorkan banyak dana, nggak tahunya bule yang hadir di koordinasir dari sebuah tempat di Jakarta, bule-bule "rental" tersebut adalah bule sandal jepit yang bermodal pas-pasan yang datang ketanah air kita, banyak diantara mereka adalah penganggur dinegaranya, berpendidikan minim, bahkan ada yang tak sekolah formal. Event Organizer (EO) nya untung besar hingga milyaran karena banyaknya sponsor dan sumbangan pemerintah untuk acara tersebut. Padahal acara seminar sehari di hotel tersebut hanya menghabiskan dana puluhan juta saja. Kadang disitu saya merasa sedih.
Status keprihatinan atas prilaku sebagian anak bangsa ini memang membuat kita ngeri-ngeri sedap. Ada bule yang siap di rental dijadikan pacar, meramaikan acara ulang tahun untuk gagah-gagahan biar dikira banyak temen bule, tipu-tipu rekrutmen tenaga kerja untuk ditempatkan diluar negeri dengan membayar sejumlah uang dengan meminta bule menjadi pewawancara biar target tambah yakin, dan lain sebagainya. Entah kenapa sampai saat ini bangsa kita masih bangga dengan "bule-bule-an dan status internasional tersebut.
Kemudian ada pula status dari teman guru sebagai berikut:
Saya guru yang terus berusaha bekerja dengan jujur, tekun, penuh disiplin dan tanggungjawab. Tapi batin saya kadang teriris kala melihat ada guru yang sudah bersertifikasi, tapi tak disiplin, sering tak mengajar, cuek pada siswa, padahal gaji dan tunjangannya besar. Padahal Amanah yg dipikulkan kepadanya sangat berat, lupakah dia dengan hari pembalasan di akhirat nanti. Disitu kadang saya merasa sedih.
Ya, status ini pun juga tersua di sekolah saya. Ternyata dimana-mana prilaku sebagian guru bersertifikasi kadang sama saja. Merasa sudah hebat dengan sertifikatnya, lalu mengabaikan tanggungjawabnya.Dan semakin menjadi-jadi kalo Dinas terkait tidak pula tegas dengan hal ini.
Lalu masih banyak lagi sebenarnya status yang menggelitik tersebut, misal yang bernada guyon seperti yang satu ini :
"Sudah dibela-belain kasih komentar. Eh dicuekin sama pemilik lapak. Di situ kadang saya merasa sedih... wuakakakakak...".
Tidak saja di FB bahkan di Kompasiana ini pun sering juga kita temukan pemilik artikel yang cuek dengan komentar yang diberikan pembaca diartikelnya, kadang sayapun termasuk. Disitulah saya merasa sedih, kadang tersengaja tidak membalas komen kawan-kawan karena kesibukan.Mafkan ya?
Salam...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H