Mohon tunggu...
Alby Syafie
Alby Syafie Mohon Tunggu... lainnya -

Terus ingin belajar menulis untuk berbagi senyuman

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Untukmu Ibu] Tangan Ajaib Si Kuli Panggul

22 Desember 2013   07:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:38 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1387671507334440710

Emak, tahukah jika saat itu aku sangat membencimu. Aku menganggap Emak tidak sayang padaku, enggan untuk membelaku agar tetap sekolah seperti harapanku. Namun siang itu, di depan tungku perapian saat kita memasak air, aku melihatmu menangis. Emak berdoa agar aku jangan sampai mengais sampah. Tidak ingin melihatku hidup sengsara seperti yang Emak alami. Meskipun pada akhirnya aku harus putus sekolah, Emak ingin melihatku sukses.

Saat itulah aku sadar, Emak sungguh teramat sayang padaku. Ketika melihatmu menangis, aku berjanji dan bertekad untuk membuatmu bangga. Aku tidak akan memberontak atau pun mengeluh setelah berhenti sekolah. Tepat setelah lulus SMP, aku total tinggal di rumah tanpa kegiatan apapun. Sejak itu, aku semakin bisa memahamimu bahwa Emak benar-benar perempuan istimewa di antara beribu perempuan yang ada di bumi ini.

Hingga Bapak pergi meninggalkan dunia, Emak tetap menjadi perempuan yang tegar dan perkasa. Tak kulihat air matamu mengiringi kepergian Bapak saat keranda dibawa ke luar rumah. Kemudian, seorang diri Emak menafkahi keluarga. Bergumul dengan tumpukan sampah setiap hari.

Emak, tahukah kau? Aku menangis karena tidak mampu membantumu. Aku hanya bisa menggerakkan jemariku untuk membuat tulisan kemudian mengirimnya ke media. Aku berharap dari tulisan itu bisa mengubah kehidupan kita. Menghasilkan uang untuk kebutuhan hidup kita.

Emak, ingatkah saat pertama kali aku memintamu memegang amplop coklat serta meminta doa? Itu adalah tulisan yang akan kukirim ke sebuah majalah. Saat Emak berdoa, dalam hati kecilku berbisik, bila naskah itu dimuat dan aku dapat uang akan kubelikan satu karung beras buatmu.

Emak, sentuhan tangan ajaib dan doamu terkabul. Ciuman serta pelukanku mungkin membuatmu bingung, namun itulah luapan bahagia dan rasa syukurku. Tulisanku dimuat salah satu majalah Ibu Kota hingga aku bisa membelikanmu sekarung beras seperti janjiku. Emak tersenyum di balik tetes air mata penuh haru. Senyummu indah mengalahkan bidadari manapun dan tangan ajaibmu mencubit kedua pipiku.

Cubitan itu merupakan pelecut semangat agar aku berkarya sebagai penulis, Emak. Mungkin Emak tidak paham apa itu penulis, terpenting tangan ajaibmu akan menjadi pendorong anak-anakmu mewujudkan cita-citanya. Emak, putra sulungmu berhasil menyelesaikan kuliahnya dan kini telah menjadi seorang guru negeri. Kedua anakmu yang lain pun juga menjadi seorang guru yang hebat. Lalu aku sendiri? Meskipun berbekal ijazah SMP, aku telah menemui jalan takdirku sebagai penulis sekaligus guru les private anak-anak Sekolah Dasar. Semua itu bukan untukku namun demi seyummu yang selalu kunanti. Senyum laksana matahari yang tidak lelah memberi kehangatan pada bumi.

Emak, terimakasih telah melahirkan serta merawatku hingga dewasa. Atas segala limpahan cinta dan sayangmu serta tangan ajaibmu, telah membuat diriku menjadi anak yang tegar dan kuat sepertimu.

Biar pun darah ini digunakan sebagai tinta untuk menunjukkan rasa terima kasihku kepada Emak, maka hal itu tidaklah cukup. Hanya Surga milik Allah Swt. yang akan menjadi hadiah terbaik untuk semua hal yang telah Emak lakukan, demi kami, anak-anakmu tercinta. Terimakasih, Emak. I love you, Emak. I love you.***
NB: Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Hasil Karya Peserta Event Hari Ibu. Ini link-nya: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/12/22/untukmu-ibu-inilah-karya-peserta-fiksi-hari-ibu-bersama-studio-kata-618551.html
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community di http://www.facebook.com/groups/175201439229892/!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun