Mohon tunggu...
Sutisna Sutisna
Sutisna Sutisna Mohon Tunggu... -

Asal dari bumi Galuh bagian selatan, sekarang kerja sebagai penjual tempe eceran di Swedia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berapa Sih Gajihmu, Saya Mau Beri Kamu Uang?

12 Maret 2011   03:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:51 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berapa sih gajihmu, saya mau beri kamu uang? Tanya nenek tua itu setelah turun dari kursi roda dan pindah ke bangku ruang tunggu di lobi rumah sakit sambil menunggu taksi yang akan mengantarnya pulang. Tak banyak yang saya katakan, gajihku cukup untuk makan sehari-hari dan bayar kontrakan apartement serta kebutuhan sehari-hari.

Sehari sebelumnya memang saya bagian tugas kerja sore hingga larut malam. Pasien-pasien di tempat kerja saya adalah pasien yang akan dan sudah di oprasi serta menerima pasien dari UGD. Malam itu kami dapat telepon dari UGD bahwa satu pasien akan datang ke avdelning ( ruang rawat inap ) satu jam setelah mendapatkan informasi dari dokter jaga yang melaporkan keadaan pasien mulai dari  umur,diagnos,status dll datanglah dia dengan di antara vaktmästare ( petugas yang mengantar) terbaring dengan wajah berlumuran darah serta warna biru di bagian sebelah muka karena telah jatuh di depan rumahnya, memang kalau kita lihat umurnya dia bukan muda lagi atau bukan tua lagi, orang kelahiran 1910, ayo coba tebak berapa umur dia?

Sudah biasa dan menjadikan kebiasaan apabila datang seorang pasien selalu kami menyapanya dengan mengucapkan selamat datang di tempat kami dan menanyakan kalau ada yang sakit dan kalau butuh bantauan untuk pindah tempat tidur. Apa dia bilang?" Oh tidak terima kasih saya tidak apa-apa kok,saya bisa bangun sendiri cuma satu saya minta tolong pinjam telepon mau membatalkan wartawan yang mau mewawancarai saya besok.

Saya bekerja memang sudah bagai di rumah sendiri, teman kerja dan pasien-pasien yang kami rawat bagaikan keluarga sendiri, dengan bermodalkan bahasa yang sangat terbatas dan pengetahuan yang terbatas pula saya berjuang sekuat tenaga supaya tidak ada bedanya dengan teman2 pribumi serta para pasien percaya atas kwalitet saya bekerja. kami bekerja bersama dan saling bertukar pengalaman, bertukar pengetahuan , kami bekerja sejajar hanya tingkat dan propesi yang memisahkan antara dokter dan kami sebagai perawat.

Kembali kecerita pasienku yang ku antar menelepon taksi," amat baik banget  nenek ini apa dia orang kaya atau barang kali bisa hidup lama karena punya hati dan budi yang sangat baik?" pikirku dalam hati sambil menemenin hingga taksi datang. Dia bertanya lagi,"Kenapa kamu tidak mau terima uang dari saya padahal saya tidak akan bicara sama siapa-siapa, ini karena saya sanyat berterima kasih kepadamu dan kamu telah berbuat baik sama saya sejak saya datang hingga pulang, dengan keramahanmu saya terasa lebih sehat." dalam pikirku terasa " oh iyah yah barang kali orang bisa sembuh bukan karena obat saja dengan rasa bahagia dan senang bisa juga terasa sembuh.

Terima kasih, kami tidak biasa dan tidak di biasakan menerima uang dari pasien secara pribadi dan andai ada pasien yang ingin berterima kasih dia ngasih uang untuk beli sesuatu temen kopi di waktu istirahat. kami bekerja tidak berurusan dengan uang, kami bekerja tidak berurusan dengan status itu orang yang kaya atau miskin, kami bekerja untuk menyelamatkan nyawa selagi masih kami bisa. Di Swedia kalau kita datang ke UGD bukan uang atau siapa yang bertanggung jawab atas pembayan pasien tapi apa masalahnya dan katagori penyakit, penyakit gawat itu lebih dulu karena ini menyangkut nyawa.

Kami tim medis adalah yang sangat ketergantungan satu sama lain mulai dokter, perawat, yang bertugas di UGD, avdelning serta ruang oprasi dan saling menghormati dari atasan hingga bagian kebersihan.

Salam hangat dari Stockholm, sambil jaga malam iseng buat tulisan nenek ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun