Mohon tunggu...
Alboin Samosir
Alboin Samosir Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Belajar dan Berjuang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Orang-orang Biasa"

20 Juni 2019   21:44 Diperbarui: 20 Juni 2019   22:40 1547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul tulisan ini persis sama dengan judul novel salah satu penulis ternama negeri ini. Laskar pelangi, salah satu novelnya laris manis di pasaran baik di tingkat Nasional maupun Internasional, tercatat novel ini telah diterjemahkan  ke 30 bahasa, dan sudah dinikmati oleh anak-anak dari berbagai penjuru dunia diantaranya Afrika Selatan, Mali, Kenya dan masih banyak lagi. Tapi tunggu dulu tulisan ini bukan membahas novel "Laskar Pelangi" melainkan novel ke-11 yang baru saja diterbitkan pada Februari tahun ini yakni, " Orang-Orang Biasa (Ordinary People). Apakah tulisan ini adalah review novel tersebut, sinopsis, atau resensi atau apalah itu namanya? saya serahkan kepada pembaca menilainya.

Diantara banyaknya buku-buku yang berjajar rapi di rak buku, perhatian saya dialihkan oleh sebuah buku dengan cover berwarna kuning cerah dan foto seseorang yang memakai topeng monyet. Setelah melihat-lihat dan membaca sedikit ceritanya, saya putuskan untuk merental novel ini. Tak sabar rasanya untuk segara menyantap habis novel ini.

Selang 2 hari novel ini akhirnya selesai saya baca,bukan untuk menunjukkan saya adalah orang yang rajin-rajin amat baca buku melainkan alur cerita yang menarik dan terkadang menggelitik membuat kita untuk segera menuntaskannya. 

Orang-Orang Biasa sebuah Novel yang dipersembahkan oleh Andrea Hirata untuk Putri Belianti, anak miskin yang cerdas , dan kegagalan yang getir masuk Fakultas Kedokteran, Universitas Bengkulu. Sebuah kalimat sederhana , penuh makna, sekaligus kritikan kepada pemerintah tampil sebagai kritik untuk kita semua yakni, "Mereka yang ingin belajar, tak bisa diusir.  Novel ini bisa jadi merupakan antitesa dari novel Andrea Hirata, "Laskar Pelangi"." jika dalam novel laskar pelangi diceritkan Sosok Ikal dan teman-temannya yang berasal dari keluarga miskin namun berhasil mengenyam pendidikan tinggi dan sukses. Tampak berbanding terbalik di novel Orang-Orang Biasa.

Dalam novel ini kita dihadapkan kepada sebuah realita bahwa ada yang terjebak dalam belenggu kemiskinan hingga turun temurun, dinamika ekonomi,sosial, politik yang sulit, dan sekelumit permasalahan hidup lainnya. 

Kota Belantik menjadi saksi dari perjalanan hidup para tokoh. nama kota ini pernah muncul dalam Novel ke-9 Andrea Hirata yang berjudul, "Ayah",  yang rilis perdana pada Mei 2015, dimana novel tersebut menceritakan seorang pemuda yang bernama Sabari yang berasal dari  Desa Belantik, Belitong. apakah ada kesamaan tempat antara kedua novel ini hanya sang penulis yang tahu pasti jawabannya. Kota Belantik menjadi saksi dimulainya petualangan manusia yang begitu beragam.  Hal tersebut bisa kita saksikan di setiap lembar novel ini. 

Melalui Novel ini kita selaku pembaca tidak hanya berdecak kagum karena narasi-narasi yang begitu apik terkemas melainkan banyaknya pelajaran-pelajaran penting yang bisa kita kutip.

Selain mampu memetik pelajaran penting, kita juga dibuat sadar akan situasi Indonesia saat ini mulai dari wajah pendidikannya, manusia-manusia yang senantiasa terjebak dalam lingkar kemiskinan. Ketidakadilan menjadi aspek utama yang disorot oleh Andrea Hirata. 

Hal ini dapat kita saksikan melalui lakon dari para tokoh. Misalnya Dinah, yang masa sekolahnya terkenal karena kebodohannya terutama mata pelajaran Matematika, salah satu ciri khas Dinah yaitu selalu mules perutnya tiap pelajaran dimulai. Ia  yang harus kehilangan suaminya karena ketidakmampuannya mengobati si suami yang kata perawat setempat harus ditangani oleh dokter ahli di ibu kota.

Pada akhirnya ia harus rela berjualan mainan anak-anak demi menghidupi  anak-anaknya. Nasib pedagang seperti Dinah dan pedagang lainnya sama seperti yang di kehidupan nyata dimana sering sekali lapak dagangan mereka diusir oleh Satpol PP, drama kejar-kejaran sulit dihindarkan. 

Situasi real bangsa Indonesia saat ini benar-benar mampu digambarkan Andrea Hirata secara utuh bagaimana misalnya Tokoh Debut Awaludin yang memilih mendirikan Toko Buku di Kota Belantik.

Namun, toko bukunya setiap harinya sepi sampai-sampai teman semasa SMA nya mengatakan," menjual buku di negeri yang tidak suka membaca buku adalah tindakan heroik", sontak saja Debut menamakan tokonya, Toko Buku Heroik dengan harapan masyarakat turgugah untuk membeli bukunya.   

Faktanya hal tersebut berbanding lurus dengan situasi Indonesia Saat ini, Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).  

Tidak hanya menyoroti minat baca, melalui novel ini juga kita akan diperkenalkan oleh karakter-karakter manusia Indonesia.  bagaiamana sifat suka membully dan menindas yang mampu diperankan dengan  baik oleh Trio Bastardin dan Duo Boron. Handai, si pengahayal, Junilah dan Nihe yang hobby sekali selfie bahkan tak peduli pada pekerjaannya, Sobri dan Honurun si IQ jongkok, yang masa sekolahnya menjadi penghuni bangku belakang karena dianggap menggangu siswa lainnya. 

Kita juga akan dibuat terkesima oleh Inspektur Abdul Rojali yang teruji integritas dan idealismenya, dia orang yang sangat lurus, sampai-sampai masyarakat di kota tersebut mengatakan," kelurusannya mengalahkan marka jalan.

Hal tersebut memang dibuktikannya misalnya saat dia menolak sogokan dari geng bestardin, menolak anaknya diluluskan sekolah perawat dengan alasan nepotisme. Masih adakah polisi selurus beliau di kehidupan nyata?

Mahalnya biaya pendidikan dialami Aini anak Dinah. Sesaat setalah Aini dinyatakan lulus di Fakultas Kedokteran di salah satu perguruan tinggi, Dinah harus menyediakan 80 juta untuk biaya pendaftaran anaknya. bermodalkan jualan mainan anak-anak mustahil rasasnya Dinah mampu membiayai kuliah anaknya.

Skenario mencuri di Bank digagas oleh teman semasa SMA, sesama penghuni bangku belakang. Debut sang idealis,"Aku sudah tahu dari dulu, Nah! kita belum merdeka dalam pendidikan! kita sekolah masih macam orang terjajah!" (Halaman 78).

hal inilah yang menjadi alasan mengapa penulis menyebut novel ini sebagai antitesa dari novel Laskar Pelangi karena apa yang dialami Ikal dan Aini berbanding terbalik.

Jika Ikal mampu melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, beda hal dengan Aini yang terseok-seok untuk membayar uang pendaftarannya. from zero to hero yang dialami ikal sepertinya sulit berlaku bagi Aini.

Demikianlah sedikit pandangan dan analisis saya setelah membaca novel ini. sebuah mahakarya yang mampu mewakili perasaaan kita masing-masing saat membacanya.

Saran saya, buat teman-teman yang belum baca segera miliki novelnya, kita akan dibawa melihat wajah Indonesia kini. SALAM LITERASI!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun