Mohon tunggu...
Alboin Samosir
Alboin Samosir Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Belajar dan Berjuang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merajut Kembali Tenun Kebangsaan

23 Mei 2019   14:26 Diperbarui: 23 Mei 2019   14:49 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri" 

-Ir. soekarno-.

proses panjang telah dilalui, jalan terjal telah dilewati, ribuan bahkan jutaan nyawa telah dikorbankan, semua itu dilakukan demi kemerdekaan Indonesia. Para founding fathers telah bersusah payah meletakkan fondasi kebangsaan kita, hingga lahirlah, Pancasila.  Perdebatan adalah hal yang wajar, semua itu mereka tempatkan demi kesatuan dan persatuan Indonesia. Terlihat dari bagaimana perdebatan antara Soekarno dan M. Hatta saat ingin merumuskan bentuk negara ini. M.Hatta dengan legowo menerima pendapat Soerkarno tentang bentuk negara ini yakni, negara kesatuan. 

Dalam perjalanan bangsa ini hingga seusia sekarang banyak dinamika, pasang surut senantiasa ada.  Awal kemerdekaan dilalui dengan adanya gerakan-gerakan separatis diberbagai daerah diantaranya PRRI, Permesta, DII/TII, dan lain sebagainya.  setelah itu, kita dibuat piluh dengan konflik G30SPKI, konflik ditubuh penguasa yang berakibat hilangnya ratusan ribu nyawa tak berdosa,  peristiwa MELARI (malapetaka limabelas januari)
 akibat dibukanya investasi seluas-luasnya oleh Soeharto, dan yang mungkin masih senantiasa kita kenang yakni tragedi reformasi. 

Namun, semua konflik dan pertikaian ini tak mampu melunturkan semangat kebangsaan kita, pancasila masih menjadi tameng utama untuk meredam hal-hal tersebut.  Semangat nasionalisme senantiasa menggaung di sanubari bangsa ini. 

Hari ini, kita dibuat lelah oleh serangkain aksi yang yang dilakukan oleh orang-orang yang mengatasnamakan rakyat. para demonstran menolak hasil rekapitulasi KPU terkait dengan pengumuman presiden terpilih.  22 mei menjadi indikasi telah terjadi polarisasi di masyarakat.  Rakyat dibuat terbagi dua oleh elit politik. Penulis beranggapan, aksi 22 mei tidaklah murni gerakan rakyat, tidak murni berangkat dari  kesadaran rakyat akan hasil pemilu yang dianggap curang. Ada indikasi gerakan ini disetir oleh pihak-pihak yang haus dengan kekuasaan. 

Hari ini apa yang disampaikan oleh Soekarno semakin benar adanya, kita sesama anak bangsa sedang berkelahi satu sama lain, kekuasaan menjadi pemicu utama dihalalkannya segala cara., aksi massa 22 Mei adalah salah satunya. tenun kebangsaan yang susah payah dirajut oleh pendiri bangsa ini kita robek begitu saja. Bangsa macam apa kita ini, yang tidak mampu menghargai jasa-jasa para pahlawan kita?

Mari Sepakat Bersatu

di alam demokrasi berbeda pandangan adalah hal yang biasa, adalah hal yang lumrah, yang menjadi tidak biasa yakni ketika kita memaksakan pilihan kita, ketika kita merasa paling benar sendiri, dan yang lebih para lagi ketika kita mendelegitimasi negara.  Hal ini semakin diperparah oleh elit politik yang belum mampu berpikir matang, yang belum mampu menyingkirkan ego berkuasanya yangmana itulah yang menjadi sumbuh utama penyebab kekisruhan ini. seharusnya elit poliitk bangsa ini mampu menjadi rule, mampu menjadi tauladan akan berbangsa dan bernegara. 

merajut tenun kebangasaan yang sudah tercabik belum terlambat adanya, hal tersebut dapat dimulai dari sikap dewasa elit politik kita, menyebarkan pesan-pesan persatuan bukan pertengkeran, menyebarkan semangat nasionalisme bukan barbarianisme, dan menyebarkan pesan damai. dengan demikian perlahan sobekan-sobekan kebangsaan kita, bisa dirajut perlahan-lahan, sedikit demi sedikit sehingga kembali utuh adanya. 

Atas nama kesatuan dan persatuan Indonesia mari sejenak melihat Indonesia  secara utuh, mari sejenak merenungkan akan apa yang terjadi setelah rentetan aksi ini, mari sejenak melihat dampak dari semua ini.  energi bangsa ini telah terbuang sia-sia untuk hak-hal yang destruktif.  Bangsa ini membutuhkan energi kita untuk membangun bangsa ini.

Perjalanan bangsa ini masih begitu jauh cita-cita proklamasi belum juga kita tuntaskan, mimpi indah para pendiri bangsa ini masih setia mereka nantikan, mari satukan energi untuk indonesia yang merdeka 100 persen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun