Akhirnya, cita-citanya telah tecapai, melalui tangan hamba Tuhannya Yang Maha Kuasa.
***
"Pak ... Pak! Bangun, Pak!"
Suara cempreng istrinya membuat Kang Munir tergeragap dari tidurnya. Hampir saja dia teguling jatuh dari lincak bambu di teras rumah.
"Sore sore jangan tidur, Pak. Bisa bikin bodoh."
Setelah beberapa saat mengumpulkan nyawanya, Kang Munir baru sadar, ternyata semua hanya mimpi. Seharian bekerja di kebun melon bapaknya Sunari membuat Kang Munir lelah selelah-lelahnya, sehingga tanpa sengaja terlelap di teras rumah.
Dan bermimpi.
Namun, meskipun itu hanya sebuah mimpi, hatinya merasa sedikit terobati dan terhibur. Tak masalah jika dia belum benar-benar menunaikan rukun islam yang kelima, hatinya sudah sangat senang, bagai benar-benar menaiki Arabian Airlines dan menunaikan rukun-rukun haji.
Kang Munir semakin yakin akan kekuasaan Allah. Jika Gusti Allah saja sanggup mengabulkan harapannya melalui mimpi, lalu apa susahnya bagi Dia untuk benar-benar mengabulkannya melalui dunia nyata.
Kang Munir hanya perlu berdoa, dan berusaha semampunya.
Atau mungkin dia bisa memilih opsi selanjutnya, mengikuti saran Hari dalam mimpinya tadi, 'Haji itu wajib bagi yang mampu. Kalau nggak mampu berarti ya nggak wajib.'