"Assalamualaikum ...," sebuah suara dari pintu warung memaksa Kang Munir dan kedua kawannya memutar kepala.
Seorang lelaki paruh baya, memakai setelan jas dan celana, juga berkemeja dan berdasi rapi, memasuki warung Mak Bro dengan senyum terkembang.
"Permisi, apakah di sini ada yang bapak yang bernama Pak Misbahul Munir?"
Kang Munir dan kedua kawannya saling pandang. Ada apa ini? Lalu dengan mimik penasaran, Kang Munir menjawab, "Saya, Misbahul Munir. Ada apa, ya?"
"Alhamdulillah ...." Orang itu meraih pundak Kang Munir. Kegembiraan terpancar pada raut wajahnya.
"Pak Misbahul Munir," ujar orang itu, "Saya adalah hamba Allah yang kebetulan memiliki rezeki berlebih. Dan entah kenapa hati saya tergerak untuk menemui Pak Misbahul Munir. Saya ingin membiayai Bapak untuk pergi haji! Bapak hanya perlu menyiapkan tubuh yang sehat. Untuk biaya dan lain-lain biar saya yang urus."
Seketika tubuh Kang Munir tergetar. Melorot ke tanah dan menempelkan dahinya pada lantai warung. Kang Munir sujud syukur.
"Alhamdulillah, Ya Allah .... Akhirnya kau dengarkan seluruh doa-doa hambamu ini."
Sementara itu Hari dan Sunari---khususnya Hari---melongo, tak percaya dengan apa yang mereka lihat.
Ternyata tak perlu mengeluarkan sepeser rupiah pun, bisa pergi ke Baitullah.
Kang Munir benar-benar pergi ke Makkah, tak hanya sendiri, anak dan istrinya turut serta juga dalam perjalanan sucinya itu. sungguh nikmat Allah yang tak henti disyukuri oleh Kang Munir.