Mohon tunggu...
albirra fahmiansyah
albirra fahmiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - PhotoGrapher, VideoGrapher at Broadcasting SMK Negeri 1 Cikarang Seletan, Computer Network Engineering

PhotoGraphy

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Perkembangan Teknologi Kecerdasan Buatan (AI)

21 Desember 2024   17:10 Diperbarui: 21 Desember 2024   17:13 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image edit by Albirra Fahmiansyah : bit.ly/49NXFAI 

Artificial Intelligence (AI), atau yang biasa kita kenal sebagai kecerdasan buatan, merupakan salah satu bidang ilmu komputer yang bertujuan untuk mempelajari dan meniru cara berpikir manusia, kemudian menerapkannya pada mesin (komputer). John McCarthy (1956) mengatakan bahwa kecerdasan buatan merupakan upaya untuk meniru cara orang berpikir dan bertindak, serta membuat mesin yang dapat meniru perilaku manusia. Tujuan dari kecerdasan buatan (AI) adalah untuk membuat komputer yang memiliki kemampuan untuk berpikir lebih cerdas dan menjadikan mesin lebih bermanfaat.

Ada dua jenis kategori kecerdasan buatan yaitu General AI (AGI - Kecerdasan Buatan Umum) dan Narrow AI (AI Terbatas). Narrow AI juga disebut sebagai Weak AI, itu pada umumnya berfungsi untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah diambil oleh pemprograman sebelumnya, contohnya seperti pada sistem rekomendasi dan pengenalan suara (misalnya Siri dan Alexa), tetapi tidak mempunyai kapasitas untuk melakukan tugas-tugas lainnya (Binns, 2018). AGI ini masih dalam penelitian dan tidak diimplementasikan sepenuhnya tetapi memiliki kapasitas untuk mengerjakan banyak tugas yang sebelumnya tidak ada pemrograman dan dapat belajar dari pengalaman untuk beradaptasi dengan kondisi baru.

John von Neumann dan Alan Turing mengembangkan teori komputasi pada awal abad ke-20, sejarah kecerdasan buatan (AI) dimulai dengan Turing Test, yang dibuat pada tahun 1950 untuk mengukur kecerdasan mesin. Konferensi Dartmouth tahun 1956 menjadi momen penting dalam perkembangan kecerdasan buatan ketika John McCarthy, Marvin Minsky, dan Claude Shannon pertama kali menggunakan istilah "kecerdasan buatan". Kemajuan AI terhambat pada tahun 1970-an karena kekurangan teknologi dan harapan yang tidak terpenuhi, yang dikenal sebagai "Musim Dingin AI". Namun, dengan munculnya machine learning di 1990-an, yang memungkinkan komputer belajar dari data, AI kembali berkembang. Kemudian, di akhir 2000-an, deep learning membawa kemajuan besar dalam aplikasi seperti pengenalan wajah dan asisten virtual seperti Siri dan Alexa.

AI menawarkan banyak manfaat di berbagai bidang, termasuk kesehatan, yang dapat membantu mendiagnosis penyakit, mempercepat pengembangan obat, dan menggerakkan robot medis yang mendukung prosedur medis. Di sektor pendidikan, AI mendukung pembelajaran adaptif, menyediakan asisten virtual, dan menggunakan analisis pendidikan untuk meningkatkan pembelajaran. Dalam bisnis, AI mengotomatiskan proses, memungkinkan personalisasi layanan, dan melakukan analisis data besar untuk pengambilan keputusan. Di bidang manufaktur, AI digunakan untuk robotika cerdas, pemeliharaan prediktif, dan optimalisasi rantai pasokan. Selain itu, AI hadir dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti asisten virtual seperti Siri dan Alexa, rekomendasi berbasis AI pada platform streaming seperti Netflix dan Amazon, dan mobil self-driving yang bergerak tanpa pengemudi, sehingga meningkatkan efisiensi dan kenyamanan. AI akan semakin meresap dalam kehidupan kita sehari-hari, menjadikan hidup kita lebih efisien dan mudah.

Perkembangan kecerdasan buatan (AI) hadir dengan berbagai tantangan etika yang perlu dipertimbangkan. Salah satunya adalah bias algoritmik, yang dapat meningkatkan ketidakadilan dalam pengambilan keputusan seperti perekrutan dan penegakan hukum. Selain itu, penggunaan data pribadi dalam jumlah besar oleh AI menimbulkan masalah privasi dan memerlukan perlindungan yang ketat untuk mencegah penyalahgunaan data. Isu lain yang tak kalah pentingnya adalah dampak AI terhadap dunia kerja. Otomatisasi dapat menyebabkan hilangnya pekerjaan, melebarnya kesenjangan sosial, dan berdampak pada kesejahteraan ekonomi. Terdapat juga risiko bahwa AI dapat digunakan untuk tujuan yang merugikan, seperti serangan siber atau pembuatan deepfake, yang memerlukan perhatian tingkat tinggi terhadap keamanan dan pencegahan penyalahgunaan. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan pedoman dan pendekatan yang jelas yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pengembang, pembuat kebijakan, dan masyarakat.

Perkembangan kecerdasan buatan (AI) telah melalui berbagai tahapan penting, dimulai dengan teori komputasi pada abad ke-20 dan diakhiri dengan munculnya pembelajaran mesin dan pembelajaran mendalam yang membawa kemajuan besar pada akhir tahun 2000-an. AI terhambat pada tahun 1970an, namun pembelajaran mesin membuat kemajuan baru pada tahun 1990an. AI saat ini digunakan di berbagai bidang, termasuk kesehatan, pendidikan, dan bisnis, dan mempunyai dampak besar pada kehidupan sehari-hari melalui hal-hal seperti asisten virtual dan mobil tanpa pengemudi. Namun, seiring dengan kemajuan ini, muncul pula tantangan etika, seperti bias algoritmik dan masalah privasi, yang perlu diatasi melalui regulasi dan kolaborasi antara pihak-pihak terkait

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun