Pagi itu di teras ruang tunggu praktik dokter, tangan saya memegang sekaleng kopi yang baru saya beli di minimarket di dekat situ. Cuaca pagi itu sangat cerah. Matahari yang mulai naik bersinar lumayan terik, langit yang sangat biru dihiasi oleh awan cerah yang bergerak perlahan. Menikmati kopi memang salah satu cara yang menyenangkan untuk menunggu. Namun pagi itu, saya belajar menikmati kopi saya dengan cara yang berbeda. Cara yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.
Sekitar 1 minggu sebelumnya, saya membaca sebuah artikel yang berjudul "The Heart Sutra: the Fullness of Emptiness" dari situs lionroar.com. Artikel yang ditulis oleh Thich Nhat Hanh tersebut, intinya menjelaskan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini pada hakikatnya kosong terhadap dirinya sendiri, tetapi penuh terhadap segala hal lainnya.Â
Sebagai contoh adalah selembar kertas. Jika kita memperhatikan secara sungguh-sungguh, sebenarnya kertas itu kosong terhadap dirinya sendiri, tetapi penuh akan semua elemen lain di alam semesta yang bukan kertas. Tanpa semua elemen lain di alam semesta, tidak akan ada selembar kertas itu.
Jika kita memperhatikan dengan teliti, kita bisa melihat ada awan di selembar kertas itu. Awan? Ya, awan. Tanpa awan yang turun menjadi hujan dan menyirami pohon untuk tumbuh, tidak akan ada kertas karena kertas berasal dari pohon. Lalu ada apa lagi dalam selembar kertas tersebut? Jika kita perhatikan sungguh-sungguh, kita bisa melihat ada penebang pohon di kertas tersebut. Tanpa penebang pohon tidak akan ada kertas. Kita juga bisa melihat ayah dan ibu dari penebang pohon di dalam selembar kertas tersebut. Kita bisa melihat leluhur dari penebang pohon tersebut, yang tanpa mereka tidak akan ada si penebang pohon dan tidak akan ada selembar kertas.
Kita juga bisa melihat ada padi, sayur, dan binatang di dalam selembar kertas. Padi, sayur dan hewan yang menjadi sumber makanan dari si penebang pohon, supir truk yang mengangkut pohon ke pabrik untuk diolah, penjual kertas, dan semua orang yang terlibat dalam pembuatan kertas tersebut. Padi, sayur, dan hewan yang dimakan oleh orang-orang tersebut telah menjadi bagian dari mereka. Tanpa makanan tersebut, tidak akan ada selembar kertas.
Jika kita memperhatikan dengan lebih sungguh-sungguh lagi kita akan menyadari bahwa ada seluruh elemen alam semesta di dalam kertas itu. Kertas itu kosong terhadap dirinya sendiri, tetapi ia penuh akan kosmos. Dalam bahasa dari Thich Nhat Hanh, konsep ini disebut "inter-being". Semua hal di alam semesta terkait satu sama lain. Semua hal kosong terhadap dirinya sendiri, tetapi penuh akan semua hal lainnya. Sebuah paradoks sederhana mengagumkan yang mungkin kita sudah tahu tapi jarang kita pikirkan.
Kembali ke teras ruang tunggu dokter, sembari menyesap kopi saya mengamati awan yang bergerak lembut di langit yang biru. Saya menyadari bahwa di dalam kopi yang saya minum terdapat awan di dalamnya. Awan yang akhirnya menjadi hujan yang membuat tanaman kopi dapat tumbuh. Saya menyadari ada petani kopi juga di dalam kopi ini, ada leluhur dari petani kopi, ada padi, sayur, hewan yang dikonsumsi oleh petani kopi tersebut, ada petani padi, ada petani dari padi yang dimakan oleh petani kopi tersebut, ada peternak hewan yang akhirnya menghasilkan daging untuk dimakan oleh petani kopi dan petani padi.
Bahkan di dalam kopi saya ada hewan-hewan yang telah mati jutaan tahun lalu. Fosil hewan-hewan purba yang akhirnya diolah menjadi minyak bumi dan menjadi bahan bakar dari kendaraan untuk mengangkut tanaman kopi ke tempat produksi sampai ke minimarket. Saat perhatikan dan renungkan dengan lebih mendalam, saya mendapati bahwa ada seluruh kosmos di dalam kopi saya.
Pagi itu kopi yang saya minum terasa berbeda karena saya diliputi dengan kekaguman bahwa ada seluruh alam semesta di dalam kopi saya. Seluruh alam semesta di dalam tiap sesapan kopi yang masuk ke mulut saya. Ada seluruh elemen alam semesta di dalam mulut saya. Â