Mohon tunggu...
Albertus Sindoro
Albertus Sindoro Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula

Seseorang yang mengisi waktu luang dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Media Sosial dan Ledakan Popularitas Didi Kempot

12 Mei 2020   22:13 Diperbarui: 12 Mei 2020   22:35 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Didi Kempot (sumber: suaramerdeka.com)

Siapa yang tidak kenal Didi Kempot? Musisi pop-campursari ini sukses memikat hati masyarakat luas dengan lirik lagunya yang berbahasa Jawa. Apa yang sesungguhnya terjadi sehingga lagu Didi Kempot dikenal di semua kalangan masyarakat yang memiliki heterogenitas budaya?

Selasa, 5 Mei 2020. Indonesia kembali kehilangan salah satu musisi senior. Didi Prasetyo atau yang lebih dikenal sebagai Didi Kempot meninggal di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta, Jawa Tengah.

Didi Kempot merupakan salah satu musisi yang mengusung aliran pop-campursari. Selama kurang lebih tiga puluh tahun berkarya, musisi berambut gondrong ini telah mendapat perhatian di tengah masyarakat, khususnya masyarakat berbahasa Jawa. Lihat saja pada penampilan Didi Kempot di wilayah Jawa bagian tengah dan timur. Pemandangan penonton yang ramai sudah menjadi hal yang biasa dan lagu-lagunya diputar di beberapa tempat, seperti di warung makan.

Kepopuleran Didi Kempot di dunia musik nasional mengalami perubahan sejak pertengahan 2019. Nama Didi Kempot seolah melejit kembali ke panggung musik nasional. Hingga akhir hidupnya, Didi sering diundang untuk mengisi acara-acara musik, tidak hanya di Pulau Jawa, bahkan hingga di Provinsi Kalimantan Timur. Event-event musik ibukota seperti Synchronize Fest-pun dilanda ke-'ambyar'-an lagu-lagu Didi Kempot.

Apa yang terjadi?

Fenomena kepopuleran Didi Kempot setahun belakangan bisa kita kaitkan dengan teknologi komunikasi, yakni media sosial. Mengapa demikian? Dari pengamatan penulis, media sosial terutama Youtube berperan mengenalkan Didi Kempot ke masyarakat secara luas. Melalui Youtube, kita bisa mencari dan memutar lagu-lagu Didi Kempot.

Meski sesungguhnya Didi Kempot sudah mendapatkan perhatian di masyarakat khususnya mereka yang berbahasa Jawa tanpa bantuan media sosial, namun kita tidak bisa memisahkan antara kesuksesan skala besar yang diperoleh Didi Kempot setahun belakangan dengan kehadiran media sosial yang menyebarkan lagu-lagu miliknya. Melalui media sosial, musik karya Didi Kempot berhasil menembus 'dinding' budaya Indonesia yang heterogen.

Akibatnya, siapa saja mengetahui musik Didi Kempot dan di pertengahan 2019, mulai muncul istilah 'ambyar' setelah mendengar lagu Didi Kempot. Penikmat Didi Kempot sendiri tidak hanya dari mereka yang berbahasa Jawa. Dalam kesempatan tertentu, Didi Kempot sendiri bahkan sering mengajak pemuda dari Papua bernama Ayub Antoh untuk ikut menyanyikan lagu 'Pamer Bojo' di atas panggung.

Selain itu, mungkin juga kita tidak pernah membayangkan bagaimana masyarakat Jakarta dengan kebudayaan yang beragam menyanyikan lirik lagu patah hati Didi Kempot yang berbahasa Jawa. Namun, hal tersebut terjadi dan Didi Kempot telah beberapa kali tampil di Jakarta dan selalu dipenuhi penonton.

Dua hal di atas dapat terjadi berkat media sosial yang kini dapat diakses dengan mudah melalui perangkat teknologi komunikasi. Didi sendiri terkesan serta heran dengan keadaan ini dan dalam beberapa kesempatan konser di Jakarta, ia mengapresiasi penonton yang baginya masih mau menghargai musisi tradisional di tengah modernitas kehidupan.

Dari fenomena ini, kita dapat melihat bagaimana media sosial memiliki peran dan fungsi seperti media massa konvensional seperti televisi, media cetak dan radio. Dengan jangkauan yang luas dan sifatnya yang dapat menyebarkan informasi dengan cepat, media sosial bisa mengambil peran media massa sebagai penyebar informasi kepada khalayak, bahkan menjadi acuan media massa konvensional dalam memproduksi konten.

Hal tersebut dapat dilihat ketika televisi dan media cetak dipenuhi oleh penampilan dan wawancara Didi Kempot setelah ia terkenal di jagad maya. Apalagi, saat informasi Didi Kempot berpulang, tiga stasiun televisi berita, yakni TVOne, Kompas TV dan Metro TV langsung menyiarkan tayangan breaking news.

Bahkan, informasi mengenai wabah COVID-19 sedikit tergeser dengan informasi berpulangnya Didi Kempot Selasa kemarin (5/5).

Media Sosial beberapa tahun ke depan

Bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, media sosial benar-benar menggeser dan mengubur eksistensi media massa. Kemajuan teknologi dan tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap internet bisa menjadi salah satu faktor yang menguntungkan peran media sosial di masyarakat.

Jangankan beberapa tahun ke depan, saat ini saja kita bisa melihat bagaimana masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan untuk mengakses informasi lewat media sosial ketimbang media massa. Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa media sosial merupakan alat yang benar-benar dapat menggantikan peran media massa sebagai agregator atau pengumpul informasi bagi khalayak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun