Mohon tunggu...
Albertus Lokman
Albertus Lokman Mohon Tunggu... -

Sebenarnya dari Bengkulu, tapi lagi kuliah di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kerinduan dan Rasa Bersalah pada Sahabat yang Hilang

30 Oktober 2014   10:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:11 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kisah ini untuk sahabatku yang hilang, sahabat yang sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri, dia hilang karena kebodohan dan keegoisanku sendiri, dan cerita ini takkan pernah bisa menghapus rasa bersalah dihatiku.

Aku seorang mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta, saat itu adalah semester pertamaku, seperti hitam dan putih, selalu ada hal-hal yang menyenangkan sebagai mahasiswa baru, namun juga ada hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hari-hari ku, khususnya untuk hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti dimasukkan orang tua ke asrama kampus, tidak bebas, untung masih boleh merokok dan satu hal lagi yang tidak menyenangkan itu adalah pacaran jarak jauh atau yang biasa disingkat LDR, ya, sebelum pergi kuliah di Yogyakarta, aku jadian dengan seorang wanita yang lebih tua 4 tahun dariku, sebulan sebelum aku pergi, hubungan kami baik-baik saja, namun beberapa bulan setelah aku di Yogyakarta, hubungan kami menjadi rumit, tidak ada kontak sampai tibalah bulan Oktober.

11 Oktober 2011, itu adalah hari ulang tahun kekasihku, walaupun sudah ada kontak, tapi ia berubah menjadi cuek, tidak seperti saat masa-masa berpacaran sebelum aku pergi ke Yogyakarta, tanggal itu adalah hari ulang tahunnya, baru saja aku bangun dari tempat tidur, aku tidak sabar melihat tanggapannya atas ucapan selamat ulang tahun yang kuberikan padanya, ketika aku login facebook ku, aku melihat ada 1 pesan, dan tentu saja itu pesan darinya, tentu saja isinya mengejutkanku sekaligus membuatku tertawa kecil karena cukup senang, isi pesan itu adalah “Aku pengen anak anjing….. hiksss….hiksss”. Pesan yang membuatku senang, karena aku merasa dia masih ingin perhatian dari diriku, walaupun ada seorang pria lain yang membuatku kesal, iri dan marah, karena beraninya menggoda kekasihku dengan mengirim foto kue ulang tahun yang bertuliskan nama kekasihku, tapi tentu saja, kekasihku tak menghiraukannya. Walaupun aku senang, tapi ada hal lain yang membuatku sedih, yaitu, keuanganku, mau makan saja kadang kurang, bagaimana mau beli anak anjing, apa lagi dia maunya anjing jenis peking, ditambah lagi biaya kirim ke Sumatera, pasti semuanya jutaan. Kami berdebat, dan dia terus merengek, ya pacar yang manja, inilah awal-awal kebodohanku, apa karena aku sudah terlalu sayang padanya? Jadi suatu saat aku turuti saja permintaannya, walaupun aku tidak janji memberikan anjing peking, tapi aku janji akan memberikan anjing yang bagus.

Dua hari kemudian, seorang teman memberikanku informasi, katanya ada pasar yang menjual hewan-hewan yang murah, termasuk anjing dan kucing, jadi aku kesana, melihat-lihat apakah ada anjing yang bagus, tapi murah, aku berkeliling, sampai mataku tertuju pada seekor anak anjing yang imut, bukan peking, tapi lucu seperti boneka, kata penjualnya dia ada campuran peking, walau aku tak begitu yakin, aku tetap tertarik, jadi aku foto dan kukirim pada pacarku, pacarku menyukainya. Aku berkata pada penjualnya, aku mau anjing itu, dan memberikan uang DP, kemudian esok lusa aku lunasi sekalian mengambilnya. Sorenya aku menghubungi orang tua ku, aku bilang aku butuh uang lima ratus ribu, karena punya banyak keperluan tambahan, tentu saja orang tuaku mengirimnya, karena bertepatan pada tanggal uang sakuku memang habis dan harus dikirim lagi, jadi dua ratus ribu untuk melunasi dan tiga ratus ribu untuk keperluanku sehari-hari, tidak, maksudnya untuk keperluanku dan anjing itu.

Pada hari yang telah ditentukan, aku mengambil anjing itu, untungnya pengurus asrama tidak mempermasalahkan adanya hewan peliharaan, selama tidak mengganggu, maka diperbolehkan, ketika anjing kecil yang imut ini aku bawa ke asrama, seisi asrama langsung menghampirinya, mengajaknya bermain, menggendongnya, bahkan ada yang berbaik hati membelikan makanan untuknya, suasana tidak seperti biasanya, sedikit lebih ceria karena terasa ada teman baru yang lucu pikirku, namun ada yang mengganggu pikiranku, yaitu, bagaimana memberikan anjing ini pada kekasihku, kirim lewat pesawat? Tentu saja aku tak ada uang, aku sangat bingung. Keesokan harinya di kampus, aku bercerita pada teman-temanku, soal apa yang menjadi masalahku, seorang teman bercerita padaku dia pernah pulang ke Sumatera naik bus, katanya ada yang membawa kucing, jadi dia menyarankanku untuk mencoba sarana transportasi itu, jadi aku pun merencanakan untuk pulang ke Sumatera naik bus pada saat bulan desember nanti.

Tak terasa sudah bulan November, sudah banyak hari yang kulalui bersamanya, anak anjing itu sudah sedikit besar saat itu umurnya kira-kira umurnya sudah 7 bulan saat itu, namun tubuhnya hanya bertumbuh sedikit saja, bukan karena tidak sehat, tapi memang seperti itulah tahap pertumbuhannya, lama kelamaan aku semakin sayang, aku sering bermain dengannya, suatu hari ia menggonggong kepadaku, ekornya bergoyang-goyang, mengajakku untuk bermain, momen yang sangat indah bagiku, aku menggendongnya, dan oh iya, aku memberikannya nama Alkhan, nama yang cukup bagus untuk seekor anjing jantan bagiku, ketika malam aku sering menemaninya hingga tidur, maklum dia seperti anak kecil yang manja, jika tidak ditemani, dia akan berisik, terkadang dia tidak mau tidur, jadi aku duduk disampingnya semalaman, pernah sekali aku dibuatnya tidak tidur sampai jam 3 subuh, padahal paginya aku harus kuliah. Aku harus bertahan pikirku, hanya tinggal 1 bulan dan aku akan membawanya pulang dan memberikannya pada kekasihku.

Tibalah bulan desember, tanggal libur sudah dekat, waktunya libur panjang bagiku dan mahasiswa lain, ujian pun juga sudah hampir selesai. Pada hari yang senggang, aku menyempatkan untuk mencari tiket pulang, dan aku pergi ke agen penjualan tiket, aku juga bertanya soal membawa hewan seperti anjing, namun jawabannya membuatku cukup was-was, mereka bilang tidak tahu pasti boleh atau tidak, dikarenakan pihak travel juga mengutamakan kenyamanan penumpang. Agen travel berkata padaku akan menanyakan hal ini pada pihak bus. Keesokan harinya aku kembali untuk mengambil tiket, entah seperti kabar gembira bagiku, katanya diperbolehkan hanya saja harus membayar biaya ekstra sebesar dua ratus ribu, yah baiklah, tidak masalah bagiku. Ujian pun selesai dan keesokan lusanya aku pulang, malam sebelum pulang aku mengabari kekasihku, ia sangat senang mendengarnya bahwa sebentar lagi ia akan menerima seekor anak anjing, tapi kabar buruk bagiku, setelah aku mengatakan itu semua, gantian dia yang berkata, “Viko, kita sampai sini saja ya, kamu tahu kan kita berbeda, aku rasa kayaknya gak ada harapan buat kita lanjut, aku capek backstreet, makasih udah sayang sama aku.” Aku terdiam air mataku ingin jatuh rasanya, aku pun berkata, “jadi seperti itu ya…. Ya, terserahlah, tapi sampai saat ini, aku tetap sayang sama kamu”, itu yang kubilang padanya, sempat terpikir aku menyesal membeli anjing ini, untuk apa aku lakukan ini jika semua berakhir seperti ini, namun yang aku tahu dalam hati kecilku, aku lakukan ini karena cinta, cinta buta?

Tapi ia bertanya lagi kepadaku, “tapi kamu bakal tetap kasih Alkhan ke aku kan?” Beberapa waktu yang lalu aku sering mengirimi foto Alkhan padanya, dan memberi tahu bahwa namanya adalah Alkhan dan aku sudah janji, jadi ya, aku menjawab, bahwa aku akan tetap memberikan Alkhan padanya, tiba-tiba ia mengajakku berbicara, perhatiannya seperti meningkat, menjadi sangat baik setelah semua rasa sakit yang ia berikan padaku, namun aku cepat-cepat mengakhiri percakapan itu karena perasaanku sedang sangat tidak enak. Aku mencari Alkhan, dan menemukannya sedang santai di teras asrama, aku menggendongnya, lalu berbicara padanya,”Alkhan, sebentar lagi kamu akan punya tuan yang baru, yang bisa mengurus kamu dengan baik, kamu jangan nakal ya…”kataku padanya, aku tak peduli jika saat itu dibilang gila, tapi Alkhan sudah seperti sahabat bagiku.

Keesokan harinya, aku berangkat, Alkhan aku taruh didalam kardus yang kulubangi, seorang teman dekat menghantarku ke terminal bus, disana aku dan Alkhan menunggu bus dari jam 2 siang sampai jam 7 malam hingga bus itu tiba, namun apa daya, kabar buruk yang aku dapat, bus tidak mau menerima ada anjing, walau sudah ku tawari uang tambahan, mereka tak mau menerima, kini ada dua pilihan, tinggalkan anjing, atau aku tidak boleh naik. Aku langsung menghubungi temanku, memintanya menjemput Alkhan kembali dan membawanya pulang ke asrama besok pagi, karena aku harus berangkat sekarang, aku menitipkan Alkhan di terminal bus itu. Tentunya kesedihan meliputi hatiku selama perjalanan, mantanku juga kecewa setelah aku mengabarinya bahwa aku tidak bisa membawa Alkhan pulang.

Singkat Cerita

Liburan pun berlalu, aku memasuki semester dua, ketika aku kembali ke asrama di Yogya, aku melihat Alkhan, ia seperti tak terawat, aku sedih melihatnya, ketika ia melihatku, ia berlari dengan kencang ke arahku, menjilatiku, aku pun mengelusnya, menggendong tubuhnya yang ringan, aku tak bisa menyalahkan penghuni asrama lain, karena sebenarnya, kewajiban mengurus Alkhan adalah tanggung jawabku, jadi aku mulai kembali mengurusnya, berusaha membuat keadaannnya kembali terlihat baik. Setiap hari, aku mengajaknya bermain, memberikannya makan, sesekali aku memandikannya. Setiap sore aku selalu mengajaknya bermain, terkadang ia menemaniku duduk santai dihalaman belakang, dia duduk bersandar di dekatku, tapi terkadang aku sering memarahinya karena berisik pada malam hari, terkadang aku memukulnya, hingga ia terkaing, walau sebenarnya aku tidak tega, tapi itu agar dia menurut. Alkhan, terkadang nakal, tapi sebenarnya dia anjing yang baik, dia selalu menyambutku ketika aku pulang kuliah, selalu menemaniku mengerjakan tugasku hingga larut malam di teras asrama, terkadang aku duduk dihalaman belakang asrama ketika malam, dan Alkhan, ia sering menghampiriku, kemudian duduk disampingku. Percaya atau tidak, banyak penghuni asrama yang bilang aku suka menyendiri, sebenarnya mereka ada benarnya, tapi tidak sepenuhnya, aku tidak sendiri, Alkhan menemaniku, dia sahabatku, bahkan aku menganggapnya saudara ku, adik baruku yang masih kecil. Banyak yang bertanya-tanya kenapa aku sering duduk sendiri di halaman belakang, ya, aku sedang menikmati setiap kegalauanku, tapi aku sering bercerita pada Alkhan, karena dia yang aku percaya meskipun ia seekor anjing, dia seolah-olah mengerti apa yang ku katakan, setelah berbicara padanya, hatiku sedikit tenang. Seperti itu hampir setiap hari, sampai suatu hari ada temanku yang berkata, “Kalian seperti punya ikatan ya..” katanya.

Singkat cerita, semester 2 berlalu, aku keluar dari asrama pada semester 3, aku titip Alkhan pada pengurus asrama, sebenarnya aku berpikir untuk memberikannya pada orang lain, tapi aku hanya tidak sempat aku mencari orang yang mau menerimanya, lama aku tidak bertemu Alkhan, aku adalah sahabat yang buruk baginya, aku hampir lupa padanya, hingga ada suatu kejadian yang membuatku teringat padanya, aku mendapat kabar mantanku menikah, itu membuat aku sedih karena aku masih sayang padanya, aku galau selama beberapa hari, hingga aku suatu saat aku terpikir untuk mengunjungi asrama, aku teringat Alkhan, dan ketika aku datang, asrama sedang ramai, beberapa teman lama menyapaku, kemudian salah satu teman nyeletuk, “Vik, cari Alkhan ya, tu dia…” sambil menunjuk ke arah Alkhan yang diam sejenak memperhatikanku, kemudian berlari sekencang mungkin ke arahku, ia mengendus-endusku, memanjatku, ia terlihat sangat bahagia, seolah berkata “yeaaaa,,,,, tuan kembali !”, hampir semua mata tertuju kagum padaku, aku mau nangis rasanya, Alkhan masih ingat padaku walau sudah kutinggal hampir 6 bulan. Seorang teman menyarankan kepadaku untuk membawanya pergi karena dia tak terurus disini, jadi sementara aku menitipkannya dikontrakan seorang teman, sampai aku menemukan orang yang mau mengurusnya. Sebenarnya kalau bisa, aku ingin membawa Alkhan pulang ke kampung halaman, tapi masalahnya biaya, orang tua ku ternyata mengetahui aku memelihara Alkhan, namun mereka juga bingung, bagaimana caranya aku bisa membawa pulang Alkhan pulang, karena biayanya sangat mahal. Akhirnya dengan berat hati aku memutuskan untuk memberikannya pada orang lain, segera aku menemukan satu keluarga yang mau menerimanya, aku pun membawa Alkhan ke keluarga itu, sangat berat rasanya dalam hatiku, dan ditempat keluarga itu, Alkhan hanya diam, dia ketakutan, aku merasakan kesedihannya, sesekali ia menangis, keluarga tersebut juga terharu melihat ini, mereka menyuruhku berpikir ulang, tapi keputusan ini sudah bulat walau berat, aku cuma ingin Alkhan terurus. Aku pun segera pamit dan pergi, terdengar tangisan seekor anjing yang sedih, aku ingin meneteskan air mata, tapi tak bisa, seperti tertahan.

Keesokan Pagi, aku menerima pesan singkat yang membuat hatiku benar-benar sakit dan kehilangan semangat untuk kuliah, pesan dari ibu yang keluarganya mau merawat Alkhan, pesannya adalah, “Nak Viko, maafin ibu, ibu gak bisa menjaga Alkhan dengan baik, dia kabur subuh tadi, ibu yang salah, ibu lalai, dia gak mau pisah sama nak Viko, sekali lagi maafin ibu nak.” Aku pun membalas pesan singkat itu, “iya bu, gak apa-apa, ibu gak salah, terima kasih ya bu.” Semua ini salahku, aku dulu bodoh, aku dulu egois, kini Alkhan hilang, bagaimana mau mencarinya di kota sebesar ini, dia pasti pergi mencariku, tapi bagaimana, tempatku jauh dari keluarga itu dia takkan bisa menemukan aku, kini hanya rasa bersalah dan kerinduan pada dirinya yang ada dihatiku.

Sudah satu tahun lebih sejak perpisahanku dengan Alkhan, terkadang aku merindukannya, aku sering bertanya-tanya dalam hatiku, dimana dia? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia ditampung oleh suatu keluarga? Atau mungkinkah dia sudah tiada?

Aku sadar, bahkan hewan peliharaan bisa peduli terhadap tuannya, begitu pula dengan sesama kita manusia, namun apakah kita ingat kebaikan satu sama lain? Apakah kita ingat untuk berterima kasih? Malah kita sering menyia-nyiakan sesama dan lingkungan kita, egois dan mudah lupa.

Aku berharap, semoga tidak ada orang yang memiliki kisah buruk sama sepertiku.

By Albertus Lokman

30 Oktober 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun