Mohon tunggu...
Albertus Handy
Albertus Handy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Content Creator, Editor

Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Film

Perbedaan Mengenai Film Drama Indonesia, Dulu dan Sekarang

15 September 2022   20:03 Diperbarui: 15 September 2022   20:06 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Liputan6.com

Setelah mengetahui alur cerita dari masing-masing film, saya akan mengajak untuk membedah perbedaan paradigma dari kedua film tersebut.

Perbandingan Paradigma Film

Paradigma sendiri memiliki definisi tersendiri, menurut Anderson dalam (AL Qowwi 2019) bahwa ideologi serta praktik didalamnya dalam suatu kelompok ilmuwan yang menganut pandangan yang sama atas realitas, dan dapat dikatakan bahwa paradigma sebenarnya sebagai sudut pandang yang digunakkan oleh para peneliti untuk memahami suatu masalah.

Di film juga terdapat paradigma, paradigma dalam film ini pada dasarnya adalah sama dengan paradigma pada umumnya namun lebih spesifik pada narasi dalam film. Paradigma film juga memiliki fungsi untuk melihat pesan yang ada dalam film, analisisnya dari sebuah film, serta aturan yang digunakan dalam mengintegrasikan film. (Astuti, 2022 : 20).

Pada film Dongkrak Antik (1982) menggunakan paradigma Empiris, paradigma ini memuat pengetahuan dari pengalaman seseorang, dan terdapat bukti empirisnya, serta fakta yang ada di lapangan.

Bisa dijelaskan dalam salah satu adegan, Mat Solar ingin menjenguk pamannya yang sedang sakit, namun karena Mat Solar mempunyai masalah pendengaran sehingga dia takut tidak bisa mendengar apa yang pamannya katakan dan dia takut tidak bisa menjawabnya.

Akhirnya karena pengalaman nya Indro sering menjenguk orang sakit, dia memberikan pertanyaan template seperti menanyakan kondisi, makanan di rumah sakit bagaimana, dokternya bagaimana, dan dari pengalaman Indro lah jawaban dari pertanyaan tersebut juga baik.

Namun ketika dipraktekan pada Paman Mat Solar malahan jawaban nya tidak sesuai harapan, sehingga Mat Solar kena marah karena tidak mendengar apa yang dikatakan pamannya.

Sedangkan dalam film Cek Toko Sebelah (2016) menggunakan paradigma fenomenologi, dimana paradigma ini menggali pengalaman seseorang agar dapat melihat persepsi, kemauan, keyakinan, serta pemikiran dan juga menjelaskan pengalaman hidupnya.

Dapat dilihat dalam film tersebut yang menceritakan keluarga Tionghoa yang mempunyai toko dan ingin anak kesayangannya meneruskan apa yang sudah dimulai oleh orang tuanya, biasanya keluarga tionghoa juga menyuruh anaknya untuk meneruskan usaha yang sudah dibangunnya.

Genre Masing-Masing Film

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun