Siapa yang tak kenal Fadli Zon? dengan puisi yang sering dilontarkan lewat media-entah ditujukan sama siapa gampang ditebak. Fadli Zon dalam Sebuah wawacara yang berbentuk TALK SHOW muncul di salah satu televisi yang dipandu oleh seorang bernama Najwa Sihab.
Dalam kesempatan itu beliau mengagung-agungkan jaman Orde Baru - Kepemimpinan Soeharto, dan mengatakan bahwa 60% rakyat Indonesia merindukan kepemimpinannya.
Sebagai orang awam atau yang tidak mengerti arti dari sebuah Reformasi tentu akan membenarkan pendapat tersebut, bahwa era Soeharto yang disebut dengan POLITIK TIGA WARNA itu adalah sebuah Rezim yang terasa nyaman, tentu nyaman dengan keadaan Politik dan Ekonomi dunia Saat itu secara Umum, tanpa mengetahui bahwa Indonesia telah menanam Utang Luar Negeri yang menggunung lebih dari Puncak Evrest.
Perlu diketahui, bahwa Fadli Zon sebenarnya lebih cocok menjadi seorang Sastrawan daripada menjadi seorang Politikus. Mungkin akan sama tenarnya dengan seorang Andrea Hirata - Penulis Novel-novel best seller Indonesia.
Fadli Zon yang memuja-muja dengan lantang era Orde Baru seharusnya bergabung dengan Partai GOLKAR, yang tercatat sebagai Partai Tunggal di jamannya, sementara 2 (dua) Partai lainnya hanyalah sebagai "BONEKA" yang menunjukkan kepada dunia bahwa INDONESIA adalah negara Demokrasi, dan bukan bergabung Partai GERINDRA pimpinan Prabowo Subianto.
Bagi Generasi yang ingat dengan Era - Orde Baru, tentu tau bahwa ketika Anda menentang sedikit saja kebijakan Politik atau kebijakan pemerintah, mungkin Besoknya sudah menjadi Mayat ditawan, diculik, atau di tembak oleh kelompok PETRUS (Penembak Misterius).
Dalam era tersebut, bahwa seluruh jajaran pemerintah (PNS) termasuk ABRI (Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Polri) tidak pernah "Netral" dalam bidang Politik. Dan Masih saya ingat waktu Sekolah dari SD sampai SMA, bahwa di sekolah selalu diajarkan dalam bentuk DOKTRINÂ bahwa GOLKAR lah Pahlawan Sesungguhnya dari Negeri Ini. Kita bisa sekolah karena Golkar, kita punya Jalan karena Golkar (meski jalan ke kampungku sampai sekarang belum terjangkau Transportasi, apalagi Listrik), dan Kemerdekaan dan Keutuhan Negeri ini adalah semata-mata adalah Jasa seorang bernama SOEHARTO. Dari SMP sampai Kuliah, kita selalu di benahi dengan sebuah Penataran yang disebut dengan P4, dimana didalamnya hampir 70% tentang Soeharto. Dan Sekali waktu SMA tahun 1997 saya sudah terdaftar sebagai pemilih, dan di sebuah TPS yang saya lihat adalah tumpukan Surat Suara yang disatukan rapi dengan jumlah 50 lembaran/ tumpukan, dan pekerja KPPS membolongi bagian tengah dengan sebuah Paku 6 inci dengan menggunakan martil. Bagian tengah? itu adalah Partai Nomor 2 pada saat itu, yaitu Golkar.
Kita kembali ke Fadli Zon,
Dia benar-benar menikmati Era Reformasi dengan Leluasa dapat menciptakan PARTAI BARU, bisa menjadi Politisi, sementara jaman Orde Baru, Persatuan Buruh Indonesia sekalipun terbentuk yang pemimpinnya Mochtar Pakpahan dan Sri Bintang Pamungkas, keduanya langsung menjadi Narapidana Politik dan Tahanan Politik dan di adili di Mahkamah Militer ( NAPOL, TAPOLÂ diadili di Mahkamah Militer Luar Biasa).
Yang Jadi pertanyaa, apakah GERINDRA mungkin dibentuk di Jaman Orde Baru? sesuatu yang mustahil dan mungkin besoknya Fadli Zon hanya punya 2 (dua) pilihan, yaitu jadi NAPOL di Nusakambangan, atau Jadi Mayat. Sekarang sang Fadli Zon bebas menikmatinya, termasuk menyerang Politisi lain dengan Puisi-puisi Konyol nya., yang dilontarkan lewat media, bebas berkampanye dengan dikawal polisi yang sekarang sudah berada di posisi NETRAL.
Seharusnya Fadli Zon sadar, bahwa Jaman Orde baru bahwa setiap media, berita apapun harus melalui SENSOR Departemen Penerangan yang di Pimpin oleh HARMOKO (Ketua Umum Partai Golkar Masa itu), bukan tak ada Kasus Korupsi, Kolusi, Nepotisme saat itu, tapi bila dilakukan oleh pejabat negara, tak bisa diberitakan kemanapun, Bahkan sampai sekarang misteri pembebasan sang Koruptor 2.1 Triliyun Eddy Tanjil (masa itu harga rupiah/ dollar = 1500). Atau Pemerintah yang menciptakan SDSB berhadiah yang membuat ribuan warga indonesia menjadi Gangguan Jiwa.
Seharusnya Fadli Zon sadar, bahwa yang dinikmati-nya sekarang Ini adalah buah dari Reformasi, yang tak seharusnya dicemoohnya seakan dia adalah seorang yang tumbuh dan dibesarkan oleh sebatang Pohon, menjadi besar dengan makan buah tumbuhan liar, atau mengerat akar-akar yang tumbuh bebas di mana-mana.
Jika Fadli Zon masih sehat jiwa-nya, mungkin dia tidak akan mencemooh reformasi, reformasi yang memakan korban jiwa, yang diperjuangkan oleh kaum-kaum terpelajar, dan bukan orang konyol sepertinya.
Fadli Zon, Argumentasinya bagus soal Orde Baru, tapi maaf, Orde baru hanya menciptakan kami menjadi Mahluk Bodoh, atau seperti binatang Piaraan yang taat pada Tuan, yang di kekang kaki, yang dirantai leher, dan dirampas haknya. Fadli Zon Puisinya bagus.. tapi lebih bagus gak usah, karena Lebay kayak masa pertumbuhan yang sedang Labil.
Fadli Zon, kalau mau berkarya, berkaryalah untuk rakyat, bukan berkarya untuk menciptakan Provokasi perpecahan untuk Negeri... Makasih ya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H