Semakin sering kita membaca atau mendalami tentang perang, semakin sedikit yang akan dimengerti. Perang datang dengan semangat nasionalisme yang tinggi diakhiri dengan penderitaan dari seluruh peserta didalamnya.
Ketika kita melihat sejarah atau perkembangan dari peperangan yang sedang berlangsung dari perspektif humanistik, rasa bingung akan terus bermunculan tanpa henti karena yang dilihat bukanlah menang-kalah dari suatu pertempuran, alustista yang dijagokan, dan sebagainya, namun perasaan bangga, rugi, derita, gila, menyimpang, dan duka dari yang terlibat didalam suatu peperangan.
Contoh terdekat adalah perang yang saat ini sedang berlangsung antara Ukraina dan Russia. Saat ini, berbagai laporan, dugaan, dan bukti nyata dari pelanggaran hukum perang terus bermunculan dari penyerangan terhadap pemukiman, eksekusi mati tahanan perang, sampai pembantaian sipil yang dilakukan dengan sengaja.
Seperti prajurit wajib militer dari Russia yang dikabarkan merasa "dipaksa" untuk bertempur di negara lain tanpa sepengetahuan mereka atau masyarakat sipil Ukraina yang ikut mendaftar kedalam militer untuk mempertahankan negaranya yang sebenarnya tidak berencana untuk bergabung dalam militer semasa hidupnya atau, berbagai video amatir yang beredar semenjak awal perang terjadi seperti masyarakat sipil yang kehilangan rumah, tentara yang tidak ingin berperang, dsb.
Kebencian dan dendam pada akhirnya muncul dari kedua pihak dengan saling berlomba-lomba membunuh satu sama lain dengan membabi-buta untuk membalas temannya yang mati dipertempuran sebelumnya yang justru akan terus memutar siklus dendam. Sampai kapan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H