Namun, solidaritas ini tidak selalu mudah untuk diwujudkan. Perbedaan kondisi ekonomi, budaya, dan prioritas pastoral sering kali menjadi tantangan. Gereja harus terus mengupayakan dialog yang terbuka dan kolaborasi yang nyata antara umat kota dan desa. Dalam ensiklik Fratelli Tutti (2020), Paus Fransiskus menegaskan bahwa persaudaraan sejati hanya dapat dibangun melalui dialog dan kerja sama yang tulus. Pesan ini sangat relevan untuk Gereja di Indonesia, di mana kesenjangan antara kota dan desa sering kali menjadi isu yang mencolok.
Pada akhirnya, baik gereja megah di kota maupun gereja sederhana di desa adalah tanda kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Perbedaan ini tidak mengurangi misi universal Gereja untuk membawa umat kepada Allah dan membangun solidaritas di antara mereka. Sebagai umat Katolik, kita dipanggil untuk melihat melampaui perbedaan ini dan fokus pada misi bersama, yaitu mewujudkan Kerajaan Allah di bumi.
Melalui kesaksian hidup, kerja sama pastoral, dan cinta kasih yang nyata, Gereja dapat menjadi tanda harapan di tengah dunia yang sering kali terpecah-belah. Dengan demikian, baik gereja megah di kota maupun gereja sederhana di desa dapat bersama-sama mewujudkan iman yang hidup, dinamis, dan menyatukan. Gereja, dalam segala wujudnya, adalah rumah Allah, tempat umat-Nya bersatu dalam kasih dan iman. Kita semua, sebagai anggota tubuh Kristus, dipanggil untuk menjaga persatuan ini dan menjadikannya saksi nyata dari kasih Allah bagi dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H