Mohon tunggu...
Hosea
Hosea Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa Akuntansi | Peniqmat Sepakbola | Disela Semester

Hidup bisa memberi segala, bagi semua yang mau mencari tau dan pandai menerima - Bumi Manusia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Emas Beruntun dan Para Youngstars Selecao

8 Agustus 2021   18:30 Diperbarui: 9 Agustus 2021   00:19 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pepatah "kesempatan tidak datang dua kali" tak berlaku bagi Brasil di Olimpiade Tokyo 2020 ini. Setelah berhasil meraih medali emas di Rio 2016, kesempatan yang sama kembali datang di Olimpiade Tokyo 2020. Dan mereka berhasil menaklukan Spanyol di partai puncak sekaligus meraih emas yang kedua kalinya secara beruntun.

Brasil sukses menaklukkan pasukan La Furia Roja dengan skor 2-1 lewat babak tambahan waktu. Total tiga gol yang dicetak dalam pertandingan tersebut dicatatkan oleh Matheus Cunha dan Malcom untuk Brasil dan Oyarzabal untuk Spanyol.

Pasukan Andre Jardine tak langsung tancap gas diawal laga. Paham Spanyol akan menekan dari menit awal, mereka lebih mengandalkan umpan-umpan horizontal yang bisa memecah shape bertahan dari Spanyol.

Laga berjalan cukup keras karena masing-masing tim bermain agresif. Bahkan, sudah 31 menit laga berjalan, wasit Chris Beath telah mengeluarkan tiga kartu kuning, dua untuk Brasil dan satu untuk Spanyol.

Kesempatan mencetak gol datang bagi Brasil di menit ke-38 lewat titik putih. Berniat menghalau bola hasil dari sepak pojok, Unai Simon malah dianggap melanggar Douglas Luiz yang ingin meraih bola lewat sundulan. Naas, tendangan duabelas pas Richarlison melambung tinggi sehingga ia gagal menjebol gawang Unai Simon.

Tak patah arang, Brasil kembali berusaha menyerang pertahanan Spanyol. Alhasil gawang Spanyol jebol di menit ke-47. 

Skema serangan lewat flank kiri oleh Guilherma Arana yang memberi umpan ke tiang jauh berhasil dicapai oleh Dani Alves yang kembali mengirimkan bola ke depan gawang Unai Simon. Matheus Cunha yang cerdik melepaskan diri dari tiga pemain yang menempelnya, sukses merobek gawang Spanyol.

Mengerti bahwa keadaan mereka tertekan karena kecolongan satu gol, membuat Merino dkk tampil lebih agresif sejak memulai babak kedua. Alhasil di menit ke-61, Carlos Soler yang terbebas di sisi kiri pertahanan Brasil sukses memberikan umpan ke tiang jauh yang dapat dimanfaatkan dengan sangat baik oleh Oyarzabal.

Pasca kecolongan, Brasil tetap mengandalkan permainannya yang mengandalkan bola-bola cepat progresif. Sementara Spanyol tetap pada bola pendek dan kesabarannya mencari celah.

Sayangnya, pertahanan kuat kedua tim membuat keduanya tak bisa menambah gol lagi di babak normal. Laga pun berlanjut ke babak tambahan waktu.

Brasil memulai babak extra time dengan lebih agresif. Terlebih mereka baru saja memasukkan Malcom yang bertipe pelari. Namun, lini pertahanan mereka juga tetap berhasil di jaga dengan rapat.

Di menit ke-104 Spanyol merespon dengan memasukkan Rafa Mir untuk menggantikan sang pencetak gol bagi pasuka de La Fuente. Rafa diharapkan bisa menjadi pembeda seperti saat melawan Pantai Gading.

Namun, hingga menit ke-105, babak pertama pada tambahan waktu tidak menghasilkan gol apapun. 

Mulai pada babak kedua tambahan waktu, Spanyol tampak lebih mengincar adu penalti. Inisiatif mereka dalam menguasai bola sangat tinggi hingga pada angka 68%. Hal tersebut salah satunya agar Brasil tak bisa menguasai bola lebih lama dan memiliki peluang mencetak gol.

Ingin mencegah terjadinya gol, Spanyol justru ketiban petaka. Menit ke-108 jadi saksi kegemilangan Brasil membangun skema counter attack yang menghasilkan gol lewat Malcom. 

Sebenarnya, terciptanya gol ini ada sedikit porsi kesalahan juga pada de La Fuente yang memasang Jesus Vallejo sebagai bek kanan. Ketidakmampuan Vallejo dalam adu lari dimanfaatkan dengan baik oleh Malcom yang sebaliknya justru menjadikan kecepatan sebagai senjata utama. 

Inisiatif serangan beruntun dari Spanyol pun tak berujung gol hingga laga sepenuhnya berakhir. Brasil pun berhasil meraih medali emas untuk kedua kali secara beruntun. Dan Spanyol harus puas dengan raihan medali perak. Sementara, dalam raihan medali perunggu dimenangkan oleh Meksiko setelah mengalahkan sang tuan rumah.

Terlepas dari keberhasilan membawa Brasil membawa pulang medali emas, Andre Jardine juga sukses mencuatkan nama-nama di usia muda hingga matang yang cukup memiliki kans tampil di tim-tim top eropa. Walau sebenarnya, beberapa nama memang sudah memperkuat tim-tim mentereng di eropa.

Ada nama Antony asal klub Ajax Amsterdam yang selalu menjadi andalan Jardine di sisi kanan menyuplai bola-bola untuk Richarlison maupun Cunha. Terdapat juga nama Bruno Guimaraes yang sukses menjaga keseimbangan antar lini di posisi gelandang tengah.

Selain mereka, mencuat juga dua nama lain yang bermain gemilang namun tidak tampil di eropa, seperti Marcilio Filho atau yang acap disapa Nino serta Guilherme Arana. 

Foto: @FluminenseFC
Foto: @FluminenseFC

Nino yang tampil sebagai bek tengah dan diduetkan bersama seniornya, Diego Carlos, tampil sangat impresif. Beberapa catatannya pun cukup membanggakan. Sebagai penjaga jantung pertahanan, bek asal klub Fluminense tersebut berhasil mencatatkan 1,2 intersep per laga, 0,8 tekel per laga, dan 3,0 sapuan per laga. 

Bila sapuan per laga itu anda rasa tak menunjukkan angka yang "banyak", tetapi catatan tersebut melampaui para bek tengah Spanyol seperti Pau Torres, Eric Garcia, bahkan sama dengan rekannya, Diego Carlos sepanjang turnamen berlangsung. Hal ini yang menjadi bukti kuatnya lini pertahanan Brasil selama olimpiade.

Foto: @jvnmarques
Foto: @jvnmarques

Nama kedua ada Guilherme Arana. Penampilan impresifnya mengingatkan kita bahwa Brasil memang tidak pernah kehabisan pemain di posisi bek kiri. Setelah ada nama-nama seperti Marcelo, Alex Sandro, hingga Roberto Carlos kini ada Arana yang berpotensi menjadi langganan bek kiri tim nasional.

Kemampuannya dalam posisi bertahan maupun membantu serangan cukup membantu Brasil yang kerap menyerang lewat sayap. Meski hanya memberikan satu asis, pemain asal Atletico Mineiro ini cukup cerdik dalam menjaga lebar lapangan. 

Bila Arana bisa segera mentas di liga top eropa lagi setelah sebelumnya tidak berhasil bersama Atalanta dan Sevilla, bukan tidak mungkin dirinya bisa terus mengasah diri hingga menjadi bek kiri terbaik dunia yang kesekian kalinya berasal Brasil.

SOURCE:

- Sofascore

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun