Mereka menemukan saya dari alam dan dibantu teknologi, sejak itu saya menjadi bagian dari tubuh mereka. Saya menyingkirkan popularitas bagian tubuh mereka sebelumnya yang cukup terkenal, saya unggul karena lebaran h praktis dan harga serta tersedia dengan berbagai ukuran serta variannya. Memakai saya begitu gampang, nyaman dan aman tapi  tidak menjamin saat memakai saya, kamu akan bisa diterima di berbagai tempat, karena sebagian dari mereka mengatakan saya tidak sopan dan formal tapi saya tidak pernah protes.
Sangat banyak yang menyukai saya, apalagi saat mereka akan beribadah, apakah saya membawa sifat religi ke pemakainya ?. Sampai-sampai ada yang bicara bahwasannya saya harus diberi label halal tapi saya tidak peduli hal itu.Jika saya sudah habis masa pakainya atau rusak, mereka dengan gampangnya saya dibuang begitu saja, seakan saya tidak pernah merupakan bagian kehidupan mereka, apa karena saya begitu mudah dibeli dan terjangkau ?.
Seakan memakai saya seperti merupakan bagian tubuhnya, ke mana saja memakai saya di rumah, pasar, bermain, bertamu, kamar mandi , mall bahkan di kantor. Kenapa mereka selalu membawa saya apakah saya membuat mereka nyaman ?, atau karena begitu praktis ?, atau karena saya tidak pernah protes terhadap mereka ?.Â
Kendaraannya, diberi sebutan sejuta umat karena begitu banyak pemakainya tapi tidak pernah menyebut saya seperti itu. Padahal dihitung secara statistik, saya lebih banyak dipakai dibanding jumlah kendaraan mereka pakai, entah apa sebabnya ?, tapi peduli apa saya dengan sebutan itu.
Terkadang fungsi saya begitu banyak, anak kecil memakai saya untuk melempar mangga di halaman tetangganya, ada juga orang tua yang memakai melemparkan saya kepada anaknya atau lawan bicaranya untuk menegaskan bahwa kalimat yang terucap dari mulutnya itu tidak layak didengar pihak lain. Â dan ada juga ibu-ibu memakai saya untuk memukul pantat anaknya yang cukup nakal atau bandel.Â
Saya tidak tahu, apa karena fungsi saya selalu dibawah ? sampai mereka menunjukkan bahwa melanggar etika atau bandel cukup layak mendapatkan pelajaran melalui saya ?. Apakah saya beretika seperti mereka ?, atau karena mereka sendiri tidak tahu apa itu etika, formal atau kelayakan ? Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H