Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Silaturahmi: Adalah Perekat Persaudaraan Terbaik

31 Januari 2025   21:38 Diperbarui: 31 Januari 2025   21:38 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Silaturahmi, senyuman, pemberian penuh Arti  hingga doa tulus Hati

Entahlah, sayang rasanya tidak mengabadikan pengalaman silaturahmi di Jumat kali ini. Menemukan senyum bahagia hingga doa setulus hati. 

Selamat menikmati! Sajian tulisan di goresan pena nan sederhana. 

1. Silaturahmi: Lebih Dari Sekadar Bertamu

Pernahkah kita merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidup, padahal semua kebutuhan dasar terpenuhi? Bisa jadi, yang kurang adalah silaturahmi. 

Bukan sekadar bertamu atau basa-basi, silaturahmi itu perekat yang menjaga persaudaraan tetap utuh. Bahkan ketika perbedaan mulai menyelinap di antara kita.

Pagi ini, saya berbincang dengan seorang imam di desa tempat saya tinggal. Ia curhat tentang ketidakcocokannya dengan salah satu tokoh setempat. Bukan perkara besar, tapi cukup membuat hubungan mereka renggang. 

Sebagai orang luar yang kini bermukim di sini, saya merasa perlu menjembatani. Dua orang baik tak seharusnya terpisah oleh ego. Dan dari perbincangan ini saya kembali mengingat satu hal: silaturahmi bukan soal siapa yang benar atau salah, tapi bagaimana menyatukan hati dalam keberagaman.

2. Kebahagiaan Itu Sederhana: Sekadar Mampir Ke Mertua

Silaturahmi juga punya efek ajaib: membuat orang-orang tersenyum tanpa sebab yang rumit. Waktu duha, saya menyempatkan diri berkunjung ke rumah mertua. 

Tak ada pembicaraan berat, hanya obrolan ringan dan disuruh makan hehehe. Tapi, kebahagiaan di wajah mereka tak bisa dibeli dengan uang berapa pun jumlahnya.

Mertua saya bukan orang yang banyak bicara, tapi dari sorot matanya saya tahu, kedatangan anak menantu itu membawa kehangatan tersendiri. Saya teringat nasihat seorang bijak, "Anak yang baik bukan yang membawa banyak harta, tapi yang membawa banyak waktu." 

Dan benar. Kadang kebahagiaan itu sesederhana mengetuk pintu rumah mereka dan berkata, "Pak, Bu, gimana kabarnya?"

3. Nasihat Abah Kayangan: Ketika Dunia Kacau, Jadilah Tenang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun