Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seni Mengendalikan Emosi

1 Oktober 2024   14:14 Diperbarui: 1 Oktober 2024   14:18 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Emosional pada hal-hal yang tidak benar dihadapan adalah sesuatu kebaikan. Misal, dikarenakan membela aspek hak atau kebenaran maka emosi dalam hal ini dan kadar tertentu diperlukan. 

Tindakan ini kadang diperlukan. Namun akan menjadi momok jika selalu dituruti dalam setiap aspek kehidupan. Lama-lama kita akan menjadi manusia emosianal. Tentu ini tidaklah baik. 

Kita tak mampu mengubah garis takdir 

Seperti halnya kejadian alam yang alami, sifat dan keadaan orang terdekat kita adalah sopntanitas kejadian yang telah terjadi. Tak ada kuas untuk menghindari dan mengubahnya seketika. 

Lalu apa hal yang bisa kita lakukan selain menerima dan mengambil sikap tenang dibubukan "toping" bodo amat sedikit saja. Sebuah ungkapan menarik pernah saya dengarkan, "kita tidak akan pernah mampu mengubah orang lain, yang bisa kita lakukan adalah mengubah diri sendiri lebih baik secara terus menerus". 

Kita hanya mampu mengubah diri kita menjadi lebih baik. Menyadari hingga mengakui kelemahan diri bukanlah hal yang mudah. 

3 langkah sebagai seni pengendalian emosi

Faktanya sebagian besar orang yang memiliki kekayaan wawasan. Mereka memiliki kestabilan emosi yang baik. 

Pertama, memakai "topeng" bodo amat. 

Ini penting dikarenakan emosi kita selalu tidak stabil akibat topeng kita terlalu menangkap realitas terlalu dalam. 

Padahal tidak semua hal harus ditanggapi maka peran bodo amat di sini sangatlah penting. Orang yang bodo amat dalam hal-hal tak penting, maka dialah pemenangnya untuk hal-hal penting. 

Kedua, menggunakan jurus "salam" pikiran. 

Terinsipirasi dari definisi salam bisa diartikan selamat dan bisa juga berarti salaman alias jabatan. Pikirin butuh salaman, tukar pikiran. 

Setidaknya dengan tukaran pikiran, apapun mediumnya baik diskusi, ngobrol dan melahap pikiran dari buku ini juga bagian dari pukirian yang bersamalaman. Menyulam pikiran lain dan diolah lalu dianalisis oleh pikiran sendiri. 

Ini berkaitan dengan emosi yang terkendali. Semakin bangak perspektif yang masuk, maka emosi kita terkendali. 

Ketiga, tertawakan pikiran sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun