Di kala runtuhan masalah yang bertubi-tubi dan bisingnya suara di kepala betapa realitas menghantam kuat. Begitulah kiranya menjadi dewasa dan hidup mulai tak menentu.Â
Namun kepulan asap malam itu ditemani mac yang terbuka lalu sinar layarnya kian hangat menyapa. Jemari pun menuliskan kata demi kata.Â
Ya, menulislah! Setidaknya menulis membawa kita ke dimenasi hidup alias alam berbeda. Hobi satu ini terbilang unik seolah bersamanya keheningan tercipta lalu kata menjadi 'nyawa' paling berarti.
Menulis adalah sesuatu menyenangkan, terapi bahkan mampu menjadi obat mujarab bagi mereka dengan tingkat depresi berat sekalipun. fakta ini nyata di hadapan dan aku rasakan sendiri.Â
Hari berat dan mulai menulis lagi
Suatu hari teramat berat melewati hal di mana kita tidak bisa lagi mengekspresikan diri karena jebakan keadaan. Harus bekerja dengan kondisi tidak kita inginkan. Menggadaikan cita-cita dan keinginan karena benturan kenyataan.Â
Hal di atas bisa jadi membuat seseorang mengalami depresi teramat berat. Bahkan kehilangan arah adalah kehampaan diri tiada ujungnya. Sukurnya Tuhan menciptakan satu "nyawa" yaitu menulis.Â
Menulis bagiku secara pribadi adalah nyawa paling berharga. Aku bisa menuliskan apapun tentang cita-cita, kegelisahan, ide hingga gagasan bahkan curahan hati kala tak bisa diungkapkan oleh lisan ucapan maka lisan tulisan pun bisa mengungkapkannya.Â
Si Pengangguran itu Menulis di Pojok Kamarnya
Berbicara dedikit tentang dunia dan angka pengangguran di Indonesia sangatlah tinggi. Data terkait ini kita serahkan ke instansi terkait aja. Sama juga halnya tentang isu tingginya angka stunting di negri tercinta ini.Â
Yang paling berbahaya dari angka pengguran kita adalah pengangguran terdidik. Adalah banyak mereka yang terdidik dari bangku kuliah harus mengalami fenomena pengangguran tersebut.Â
Bayangkan saja di Indonesia ketika dibandingkan Amerika dan negara bagiannya digabung ternyata jumlah kampus kita lebiha banyak 2.000 kampus atau perguruan tinggi. Jumlah kampus kita mencapai 4.000 kampus dengan jumlah luaran pengangguran menapai 70%.Â
Aku tesadar bagian dari 70% pengangguran terdidik itu. Saban hari pun aku di pojokan kamar dan jika bosan di pojokan ruang tamu mengisi hari dengan menulis.Â
Karena gejala depresi itu mulai muncul aku segera bertindak dan memulai lagi dengan joy full kegiatan menulis. Berenang dan menyelami 'nyawa' menulis lagi. Syukurlah dunia tulis-menulis sudah menyelamatkanku dari depresi.Â
Bekerja di Kesenian "Kata"
Menulis adalah bagian dari mengelola kata. Bisa juga menulis diartikan sebagai bagian dari kesenian kata.Â
Ya, bekerja di alam kata akan membawa banyak hal. Dampaknya kemana-mana dan bisa digunkan untuk apa saja. Khusus di dunia kepenulisan kata-kata adalah kunci.Â
Minimal ada 3 keterampilan dalam kesenian kata untuk dunia kepenulisan. Mari kita urai satu persatu secara sederhana. Â
Melek kata alias membaca
Perintah pertama dalam Quran ketika awal diturunkannya adalah ajuran kuat bahkan "wajib" akan peringatan betapa pentingnya membaca. Peristiwa ini menyadarkan kita bahwa membaca adalah segalanya serta begitu pentingnya.Â
Telaah kataÂ
Memahami lalu mempelajari sebuah ilmu adalah telaah kata. Hatta pernah berujar bahwa pembaca yang baik ialah mereka yang membaca dengan pengyatan. Bung Hatta menganjurkan untuk membaca dengan daya kritis dan penuh pemaknaan lebih dalam.Â
Tindak kataÂ
Ya, tentu tidak kata yang aku maksud adalah, menulis. Dengan menulis rangkaian kata yang ada di alam pikiran menjadi nyata dan menjelma jadi sesuatu. Tentu ini sesuatu bisa diwariskan bagi generasi berikutnya.Â
"Jangan pernah remehkan kata-kata" kata politisi saat itu...
Berkesenian kata tentu memiliki banyak out pu diantaranya lahirnya lirik musik yang baik, dialog dari naskah drama, filem dan lain sebagainya.Â
Bahkan kesenian kata bisa lahir di panggung politik di mana para politisi merangkai kata untuk janji politiknya. Jangan remehkan kata-kata, sahut salah satu politisi kawakan negri ini. Ya, jangan remehkan karena "senjata" politisi selain uang adalah kata.
Tentang terkabulkan janji politik lewat kata-kata tentu hal yang berbeda. Tapi kebanyakan politisi hanya meninggalkan janji, padahal meninggalkan legacy adalah sebuah hal berharga.Â
Menuliskan kata-kata bukan hanya tentang hobi
Satu hal yang pasti menulis bukan hanya sekedar hobi. Sejarah mencatat, penulis melahirkan peradaban baru bahkan menginspirasi hal yang lebih besar.Â
Akar sejarah lahirnya kemerdakaan Indonesia hingga menginspirasi negara asia bahkan dataran afrika itu melalui gugatan tulisan Bung Karno. Tulisan beliau, Indonesia Menggugat sejak tahun 1926 kemudian lahirlah Indonesia merdeka di tahun 1945. Berkat narasi persatuan dan banyak tokoh bangsa lainnya juga menginginkan kemerdekaan.Â
Tulisan Bung Karno ini pada akhirnya menginspirasi banyak negara lainnya untuk merdeka. Dari satu kasus ini kita belajar bahwa tulisan ternyata membawa dampak besar bahkan bagi kemerdekaan sebuah bangsa.Â
Semoga tulisan sederhana ini memberi arti bagi pembaca. Salam hangat dan hormat dari penggores tinta kali ini. Sampai jumpa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H