Utas kesedihan yang mendalam terucap dari bibir lisan tulisan kali ini. Tentang perasaan duka mendalam akan perginya salah satu tokoh bangsa.Â
Kepergian Faisal Basri sebgai tokoh yang lantang bersuara tentang kebijakan ekonomi negri ini pun telah pergi dengan usianya memang terbilang senior. Baru saja beliau pergi dan tak terduga.Â
Faisal Basri adalah salah satu nama besar tokoh milik bangsa ini. Ia hadir dan tampil dengan legacy besar menjadi seorang pengamat ekonomi dan konsistensi mengawal kebijakan ekonomi sejak beberapa era kepresidenan hingga era Joko Widodo.Â
Beliau tidak hanya dikenal sebagai ekonom melainkan juga seorang politisi dengan banyak kiprah dalam kancah eskalasi dunia politik negeri ini sejak tumbuh uforianya di era reformasi. Catatan penting dan kritis sebagai politisi kemudian menghantarkan sang ekonom ini menjadi pengamat kebijakan begitu kritis hingga akhir hanyatnya.Â
Akhir-akhir ini menjelang wafatnya beliau selalu saja mengenakan baju berwarna hitam diikuti dengat topi patino yang khas dengan warna gelap juga. Wartaman dan insan media menayakan hal ini dan beliau menimpali tegas, saat ini bangsa kita sedang tidak baik-baik saja alias dalam kondisi muram. Tegas beliau bangsa kita sendang mengalami sakit berat saat ini.Â
Selamat jalanÂ
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepda-Nya akan kembali"
Menggambarkan kepergian sang ekonom senior kecintaan kita bersama ada baiknya, karena beliau seorang muslim maka bersama kita renungi satu pesan dalam Al-Quran tentang kepergian jiwa.Â
Langit ibu pertiwi sedang temaram, berkabut mendung dan mengundang kabut duka. Ya, ibu pertiwi kehilangan anak bangsanya dengan jiwa kesatria nan mencintai negeri ini sedemikian rupa. Selamat jalan Faisal Basri.
Politisi negeri itu telah pergiÂ
Faisal Basri telah pergi. Sosok politisi juga aktivis yang ikut dalam kancah lahirnya era reformasi. Terjun di peristiwa 1998 dimana pemimpin telalu kuat berkuasa diturunkan demi lahirnya demokrasi. Beliau adalah politisi sekaligus akitivis kian aktif turut serta berjuang.Â
Tidak hanya itu, mendirikan forum demokrasi bersam Gus Dur dan tokoh lainnya. Beliau dikenal sebagai politisi ulung juga kala itu. Terbukti, dengan kiprahnya mendirikan Partai Amanat Nasional bersama Amien Rais dan tokoh lainnya. Walau nantinya beliau mengambil jarak dan berpisah bahkan berjarak amat jauh dengan kekuasaan hingga wafatnya.Â
Beliau adalah politisi sangat kritis. Latar belakangnya sebagai dosen dengan bidang rumpun ekonomi dan politik, kajian dan pengamatan beliau tentang kebijakan pemerintah tidak pernah mentah. Datanya kuat hingga menghantam kebijakan yang ada dengan keras.Â
Politisi negeri itu telah pergi. Kekuatan analisis di dunia ekonomi-politik mulai detik ini tak lagi bergeming. Berani berhadapan langsung dengan pemangku kebijakan tertinggi yakni presiden sekalipun kini tiada lagi.Â
Sang Ekonom Bangsa telah meninggalkan kita
Tepat 5 Sepetember 2024 beliau pergi dan wafat untuk selamanya. Sang ekonom bangsa saya menuliskannya. Tentu ini tidak tampak berlebihan. Pandangan beliau selalu jitu menganalisis beragam kebijakan ekonomi negerinya dengan cara amburadul.Â
Selain mengkritisi kebijakan ekonomi di dunia pertambangan dengan detail dengan pengelolaan ngawur tanpa kebijakan sehat. Beliau juga sering berkoar tentang angka stunting negeri kita yang mulai mengkawatirkan.Â
Lantang bersuara sang ekonom bangsa. Ia tak takut dengan apapun selain dia takut generasi kita tak menjadi genarasi emas melainkan menjadi generasi (c)emas.Â
Untuk menutup goresan sederhana ini akan kepergian salah satu tokoh bahkan pahlawan bangsa ini. Ada baiknya kita renungi bersama satu pesan beliau dalam suatu wawancara media tentang kecintaanya pada negeri akan terwujudnya generasi emas.Â
Salah satu kunci membuat generasi emas kita tangguh adalah menghindarkan mereka dari stunting
Pesan sederhana ini dari sang ekonom bangsa amatlah dalam. Tidak hanya pemerintah, tapi semua elemen bangsa sebaiknya mengambil peran nyata untuk lahirnya generasi emas.Â
Selamat Jalan Sang Ekonom Bangsa
ar, 6/9/2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H