Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Gus Dur hingga Paus Fransiskus, Arti Persaudaraan

5 September 2024   21:42 Diperbarui: 5 September 2024   21:52 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia dan beberapa negara lainnya diantaranya Timor Leste, Papua Nugini hingga Singapura bahkan. Kunjungan pimpinan tertinggi bagi umat Katolik ini tentu memberi dampak dan arti penting tersendiri. 

Sosok Paus Frnasiskus sejatinya tidak hanya sebagai pimpinan tertinggi di Vatikan atau bagi umat katolik saja. Beliau juga dikenal sebagai tokoh perdamainan. Banyak pesan-pesan perdamaian berasakan nilai-nilai kemanusia yang beliau hasung. 

Ditengah gejolak isu politik global yang kian memanas salah satu juru damai dunia ini mengingatkan semua. Agar setiap umat beragama bahkan manusia secara umum untuk menjaga asa perdamaian. 

Mengenang sosok perdamaian dari Indonesia 

Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan

Celetuk sigkat Gus Dur kala diturunkan kala diturunkan alias dimakzul dari kursi keprsidenan. Takut perpecahan terjadi dan pertumpahan dara maka beliau turun dari jabatan tetinggi politiknya. 

Dengan celana pendeknya dan kaosan saja. Santai tanpa beban politik Gus Dur secara berani menyatakan turun dan tidak lagi menjadi presiden Republik Indonesia. 

Banyak diantara kita memaknai fenomena di atas adalah peristiwa politik. Luput dibenak kita bahwa ini adalah peristiwa kemanusiaan, beban perdamaian yang begitu besar dipikul oleh juru damai milik dan kebanggan kita bersama. Gus Dur layak kita nobatkan sebagai bapak perdamaian tidak hanya tokoh politik yang pernah berkancah di negri tercinta. 

Dari Paus Fransiskus hingga Gus Dur

Mendengar berita datangnya tokoh perdamaian dunia dari Vatikan. Saya teringat dengan sosok hebat dari negeri kita sendiri. Ya, diantara kita sangat familiar dengan Gus Dur alias Abdurrahman Wahid. 

Gus Dur sebagai presiden ke tiga Indonesia juga dengan sosoknya seperti Paus Fransiskus yaitu tokoh agama. Namun keduanya memiliki kesamaan yaitu dikenal sebagai tokoh perdamaian dunia. 

Gus Dur lebih dulu pergi sejak 2009 lalu, simbol perdamain bahkan persaudaraan dari sosok satu ini masih membekas hingga kini. Jika Paus Fransiskus mendapatkan ribuan kunjungan begitupun Gus Dur hingga hari ini walau sudah wafat makamnya mendapatkan ribuan kunjungan tiap harinya. 

Fenomena ramainya kunjungan terhadap makam Gus Dur bisa diartikan sebagai simbol perdamain. Pengunjung makam beliau lintas agama, suku dan ras. 

Baca juga: Kotbah Socrates

Unik , dan kita bisa menyaksikan langsung fenomena ini di Pesantren Tebuireng, Jombang dimana tiap hari makam Gus Dur selalu ramai dikunjungi. Legasi yang ditinggalkan beliau adalah arti perdamaian dan persaudaraan. 

Makna perdamaian dan persaudaraan

Tidak seorang pun mampu menjadi dewasa dengan mengasingkan diri (menutup diri dari persaudaraan)

Ungkapan Paus Fransiskus di atas menjadi cerminan arti sebuah persaudaraan. Damai hanya tercipta karena kuatnya tali persaudaraan. 

Islam juga mengatur hal demikian secara sempurna. Bahwa tali persaudaraan alias silaturahmi sangatlah penting tidak hanya sebagai anjuran melainkan tuntunan yang begitu dititik beratkan. 

Dari Paus Fransiskus hingga Gus Dur. Kita semua tidak hanya menemukan arti menjadi "sesama" melainkan adanya makna yang menyatu tentang "perdamaian-persaudaraan". 

Selamat datang dan selamat memijakan kaki di bumi pertiwi bagi Paus Fransiskus di tahun ini. Semoga pesan perdamaian selalu membumi di mana saja. 

Salam hangat,  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun