Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Editor, Writer and Founder of Books For Santri (Khujjatul Islam Boarding School)

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kepulan Asap dan Terbakarnya Sang Saka Merah Putih

15 Agustus 2024   18:06 Diperbarui: 15 Agustus 2024   18:09 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.vectorstock.com

Sudah lama tidak menulis rasanya ada yang hilang. Kali ini saya ingin menulis dengan bebas dan dengan cara sendiri. Ya, seperti di dunia pertunjukan nikmati saja tulisan ini semacam sebuah monolog. Rasanya ingin saya sebut dengan istilah monolg wiriting. 

Menuliskan semua keresahan dengan bebas datang dari diri sendiri. Jadi kapan pun bisa coret-coret di Mac atau Laptop tentang apapun yang ingin dituliskan. 

Bersama kepulan asap dan nikmatnya kopi pahit pagi hari. Coretan keresahan akan kemerdekaan pun saya tuliskan. 

Prahara 'Menghantui' Kemerdekaan

Momen menyambut hari kemerdekaan bangsa ini yang kesekian kalinya. Ada satu keresahan mendalam keluar dari alam pikiran saya. Ada banyak praha yang menghantui. Usia kemerdekaan terbilang sudah tua dan permasalahan kita sebagai bangsa banyak yang belum dewasa atau cukup matang disebut dengan usia tua. 

Prahara ancaman matinya demokrasi dengan hantu yang kita sebut politik dinasti. Mau setuju atau tidak saya hanya ingin mengambil sikap bahwa  dinasti yang indikasinya nepotisme ini hal yang mengganggu nurani politik. Setidaknya saya sebagai penulis. 

Banyak lagi masalah lain di dunia kesehatan angka stunting yang terus tak terkendali. Hantu menakutkan di dunia ekonomi misal angka pengangguran yang kian naik hingga kejahatan bisa saja terjadi di mana-mana. Ini kita belum bica AI yang kian berdampak ke angka pengangguran terdidik. Menarik jika ini jadi sebuah pembahasan karena memang sebuah tantangan sekaligus kutukan bukan? 

Baru-baru saja beredar sebuah berita mencengangkan yang menurut saya menghabiskan energi apabila kita harus terpecah bela karenanya. Tidak ingin membahasnya lebih jauh tapi ini juga sebuah benalu yang menodai pringatan kemerdekaan. Masalah penggerek sang saka merah putih alias paskibraka wanita yang mulanya berhijab kala di kirim dari daerah asal dan melepas hijbanya kala harus tampil di istana negara baru IKN (Ibu Kota Nusantara). 

Fenomena hijab ini mengundang banyak opini tentunya baik pro dan kontra, habis energi rasanya untuk menilik isu yang tidak produktif sebenarnya. Yang saya herankan kenapa ini harus terjadi? Biarkanlah saja seperti biasanya tanpa prahara ricuh ini. Lupa kalau bangsa kita sangat reaksional apalagi menyangkut hal identitas dengan jumlah mayoritas. Ayolah jangan buat gaduh yang buat keterpecahan semakin membakar bendera sang saka kita sendiri. 

Jangan nyalakan api untuk membakar Sang Saka Merah Putih

"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."

Ungkapan di atas sangatlah familiar datang dari bapak revolusi di zaman perjuangan melawan penjajah sekaligus tokoh kemerdekaan Bangsa. Bung Karno mengingatkan kita semua bahwa sebagai bangsa kita bisa saja terpecah bukan karena dari negara lain. Justru dikarenakan kita saling menjatuhkan satu sama lain alias saling berbenturan dalam satu tubuh sebagai bangsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun