Menurut hemat saya sebagai penulis sebuah isu yang sebaiknya tidak ada dan mengganggu kita semua. Tapi karena keresahan meluap di hati dan pikiran saya maka tulisan ini saya goreskan.Â
Pada saatnya nanti kita semua akan sadar bahwa sang saka merah putih telah terbakar oleh ulang kita sesama. Kita terpecah belah barulah menyadari arti penting sebuah persatuan. Perbedaan sebaiknya dirawat bukan saling mengidentifikasi idnetitas lalu lahirlah cap kampret dan kardun misal, lahirlah tuduhan radikal akibat protes prihal hijab misal. Padahal kita sesama anak bangsa yang membuat perpecahan itu sendiri terjadi.Â
Untuknya rawat lagi tali utuh persatuan dan janganlah terpecah oleh nurani dan ambisi hati yang tak berkesudahan saling memusuhi antar sesama. Kemerdekaan kali ini perlu dirayakan dengan terobosan dan pemecahan masalah bangsa yang bertumpuk-tumpuk tak ada habisnya.Â
Ironi Kemerdekaan Hari ini
Per tahun ini kita merayakan kemerdekaan yang ke 79 tahun Indonesia dinyatakan sebagai negara merdeka. Tapi ironinya republik kita menyisakan catatan pahit segudang permasalahan. Jika di atas kita membahas kegaduhan dan banyak PR besar lainnya. Di akhir tulisan ini sayang mencatat satu ironi dari aspek lingkungan. Semoga jadi renungan bersama di hari kemerdekaan.Â
Mari kita perhatikan bersama akhibat konsesi lahan tambang keutuhan NKRI terancam. Sebuta saja sejak 2011 kira2 hampir 15 tahun lalu data kementrian kelautan dan perikanan menyebutkan 28 pulau kecil di Indonesia telah tenggelam dan 24 pulau terancam hilang. Hal ini diakibatkan terbitnya 164 izin tambang di tahun itu.Â
Sebuah ironi dan catatn penting di hari kemerdekaan. Sebagai refleksi dan salam kemerdekaan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H