Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Editor, Writer and Founder of Books For Santri (Khujjatul Islam Boarding School)

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan "Membaca" Buku!

24 November 2023   15:08 Diperbarui: 20 Desember 2023   14:29 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesekali ingin menulis dengan judul sedik klik bit. Ya, yang saya rasakan dan gelisahkan di dunia literasi adalah ketertarikan kita semakin hari pada membaca buku semakin berkurang.


Rendahnya minat baca ini akan berdampak panjang bagi peradaban dan nasib kita sebagai bangsa. Bangsa yang buta adalah bangsa yang tidak membaca. Manusia paling kerdil adalah manusia yang tidak membaca.


Harus kita akui bahwa di negara kita hanya ada 1 dari 1000 orang yang membaca buku. Indeks Menuju 380 juta penduduk Indonesia ada berapa ratus juta manusia 'terkerdilkan' karena tidak membaca?

Tak heran jika Kemenkominfo merilis laporan terbaru sekaligus jadi perhatian serius bahwa minat baca yang rendah ini adalah pekerjaan rumah kita bersama. Dirilis oleh kementrian terkait bahwa minat baca Indonesia hanya bertengger dari dulu hingga saat ini di angka 0,001 persen. Artinya yang membaca hanya segelintir orang di Indonesia. 

Judul tulisan ini Jangan "Membaca" Buku hanyalah kekesalan personal sebagai penulis. Saya marah iya karena kondisi kita yang tak peduli pada membaca. Sangat subjektif memang karena tidak semua orang bisa dipaksa untuk membaca, padahal orang-orang itu tidak paham bau buku cetak yang kalian baca ditambah aroma kopi dan bau tanah setelah hujan adalah surgawi mengalahkan nikmatnya daun surgawi sekalipun.

Apa itu daun surgawi? Ya kita akan cerita sedikit. Saya memiliki teman yang kecanduan daun surgawi dan sedikit saran untuknya bahwa baca buku dengan menghirup udara hujan perlahan iya nikmati ini dan tidak lagi kecanduan. Buku pun jadi terapi dan penyembuhnya. Tak perlu saya jelaskan apa itu daun surgawi!

Bagaimana? Masih ragu untuk membaca sebuah buku. Jika masih yasudah, anggap saja ini tulisan sampah. Tak perlu dibaca tuntas. Ajakan membaca ini sebuah bualan belaka.

Tapi jika pembaca tergerak untuk membaca. Itu bukan karena tulisan ini tapi memang Ilham Ilahi alias inspirasi dari Tuhan langsung. Perintah pertama dalam Qur'an yang turun memang perintah membaca. Perintah Iqro artinya membaca adalah fakta.

Jika membaca adalah fakta perintah dari Tuhan. Lantas masih ragukah kita semua untuk tergerak membaca buku? Sejatinya membaca adalah sebuah tindakan berharga untuk kita senantiasa bertumbuh sebagai manusia berpikir ada baiknya jadi renungan mendalam untuk kitas semua.

Silahkan memberikan pandangan dan gagasannya tentang jangan "membaca" buku. Tulis dan komentari ya. Salam.

Selengkapnya sobat pena bisa akses bacaan lengkapnya di laman berikut: Sudahi “Membaca” Buku!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun