Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menilik Kopi dalam Kacamata Sejarah: Pernah Dianggap Minuman Setan?

25 Mei 2023   17:30 Diperbarui: 25 Mei 2023   17:34 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah kopi dimulai pada abad ke-9 di Ethiopia, Afrika. Legenda mengatakan bahwa seorang gembala menemukan kambingnya yang bersemangat setelah memakan buah kopi dan memperkenalkannya kepada seorang biksu. Dari sana, kebiasaan menumbuk biji kopi dan mencampurnya dengan air panas pun dimulai. Praktik ini kemudian menyebar ke Semenanjung Arab dan menjelang abad ke-15, kopi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Arab.

Dari Ethiopia, kopi menyebar ke berbagai negara melalui perdagangan. Pada abad ke-16, kopi tiba di Turki dan menjadi minuman populer di istana. Tradisi minum kopi pun berkembang pesat di dunia Islam, dan pusat-pusat kopi (qahwa) mulai bermunculan di Mekah, Baghdad, dan Kairo.

Literatur mengenai sejarah kopi menjadi sumber penting untuk memahami perkembangannya. Salah satu buku yang dapat dikutip adalah "The History of Coffee" oleh Jonathan Morris. Buku ini mengungkapkan perjalanan panjang kopi mulai dari asal-usulnya di Ethiopia hingga pengaruhnya yang meluas ke seluruh dunia. Morris membahas bagaimana kopi mempengaruhi perdagangan internasional, peran budaya dalam menghidupkan kembali minuman ini, dan dampak sosial ekonomi dari industri kopi modern.

Salah satu fakta menarik yang diungkapkan dalam buku tersebut adalah tentang larangan minum kopi oleh otoritas gereja pada abad pertengahan. Meskipun tidak ada kutipan langsung dari buku ini, sumber lain juga mengkonfirmasi bahwa fatwa dari Vatikan pada tahun 1600-an melarang umat Katolik minum kopi. Alasan di balik larangan tersebut adalah keyakinan bahwa kopi merupakan minuman setan yang mengganggu pikiran dan menyebabkan kerusakan moral. Namun, larangan ini akhirnya dicabut setelah Paus Klemens VIII mencoba kopi dan menyatakan bahwa minuman itu sendiri bukanlah setan.

Baca juga: Kisah Kopi Negriku

Pihak otoritas Vatikan mencabut larangan minum kopi tentu karena keterbukaan generasi mudanya yang bergaul dengan tokoh muslim sperti Aviciena atau Ibnu Sina dimana ada diskusi sambil meminum kopi. Rekan-rekan selain muslim alias non Arab melihat kopi itu nikmat kenapa harus dilarang, akhirnya mereka menuntut untuk mencabut larangan tersebut.

Michael Pollan, dalam tulisannya "The Botany of Desire" yang menyoroti hubungan simbiosis antara manusia dan tumbuhan, termasuk tanaman kopi. Minuman kopi sering menjadi bagian dari ritual sosial, seperti pertemuan, percakapan, hingga diskusi keilmuan. Budaya kopi membentuk komunitas, tradisi, dan bahkan identitas tertentu di berbagai negara. 

Inilah kopi, jika menilik sejarah panjangnya mengalami dinamika yang menarik untuk diuraikan. Pernah dilarang di Eropa namun saat ini pusat perkembangan kopi paling pesat. Dengan laporan Asosiasi Kopi Dunia, konsumsi kopi global mencapai rekor tertinggi pada tahun 2021, dengan perkiraan 167 juta kantong kopi (satu kantong sekitar 60 kg) dikonsumsi. Semoga uraian sederhana ini memberi wawasan baru. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun