Menyayi buku-buku, kertas arsip .. hendak hendak turut memutar tasbihku .. jangan dulu! Di sini Amsterdam .. Akan ku kubur dendam sejarah  .. Sia-sia memberhalakan derita
 Puisi indah ini memperkosa imajinasi sejarah mengenang penderitaan sekaligus meguburnya agar menyongsong perdamaian dalam cita-cita konstitusi kita di UUD 45. Kelak kita mengaharapkan dan menengadah doa ada penyair sekaliber ini, menggores Indonesia dengan keIndonesia yang begitu kuat.
Lahirlah asa tentang alam literasi dan sastra. Sebuah langkah yang tidak bisa dikatakan kecil, upaya ini adalah langkah besar literasi demi sebuah investasi Panjang pada budaya, karya dan sastra sebagai penguak kepekaan dan kepedulianakan bangsa yang belakangan sering terlupa.
Dari saya salam hormat. Teruntuk pak rektor salam cinta penuh takzim dari sang murid fakir sekaligus pengemis ilmu dimuara kebodohan.
Albar Rahman,
Yogyarta, 3 Ramadan 1444 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H