Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menulislah dan Hidup untuk Peradaban

11 Januari 2023   12:52 Diperbarui: 11 Januari 2023   23:47 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lama tidak sharing perjalanan menulis. Kali ini kita urai secara sederhana saja. 

Seberapa penting menulis? Dan menuliskan perjalanan menulis haruskah? 

Pertanyaan di atas mendasar sekali. Mari kita kembali ke masa lalu berabad lamanya. Satu hal mengagetkan ketika wahyu atau perintah pertama turun adalah perintah membaca. 

Sedang masa itu 14 abad lalu Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang ummi tidak melek huruf bahkan ia bergetar menerima perintah membaca ini. Malaikat Jibril AS tetap melaksanakan perintah bahwa harus Iqro. Alias bacalah!Kata perintah dan tegas. 

14 abad lalu itu masyarakat Quraisy di dataran jazirah arab bahkan mayoritas tidak bisa baca tulis. Kenapa membaca begitu penting sebagai perintah dalam Islam. Sebuah pertanyaan kritis harusnya? 

itu sekelumit kisah 14 abad lalu. Gimana dengan hari ini. Jika saja wahyu dan perintah  Allah masih turun mungkin perintahnya adalah kewajiban menulis. 

Sebegitu pentingnya membaca bahkan menulis. Saya menulis sejak remaja kira-kira usia SMP kelas 2 lanjut di SMA hingga kuliah dan kini masih tetap menulis. Merasakan betapa menulis adalah kehidupan. 

Kawan-kawan terdekat saya bahkan turut merasakan keluhan saya jika beberapa hari saya tidak menulis. Pasti curhat bahkan "ngeluh" ke mereka. Resah kali. 

Hari-hari ini kita memiliki banyak media untuk menuliskan apa saja. Menulis sejatinya harus dipahami sebagai sesuatu yang amat penting. Sebegitu pentingnya saya selalu memilih tidak makan untuk beli buku bacaan guna menambah kekayaan sebuah tulisan. 

Saya selalu ditanamkan oleh Abi atau ayah bahwa menulis itu kerja peradaban. Dan kata Abi hidupkanlah peradaban dengan menulis. 

Selalu sedih ketika mendengar kisah Abi yang sejak kecil ingin jadi penulis. Karena keterbatasan ekonomi di masa sulit dulu. Abi tak sempat bersekolah dan menikamti kuliah melainkan terpaksa harus menjadi buruh asing merantau ke negri jiran alias Malyasia di tahun-tahun krisis moneter kala itu tahun 90an ke atas.

Ditambah latar belakang anak yatim dimana kakek harus pergi ketika abi baru saja berusia 7 tahun. Abi kala itu hanya bisa mengumpulkan bacaan dari majalah bekas. Nenek tidak punya penghasilan lebih karena hanya guru shalat bagi masyarakat kampung. 

Hari ini saya sebagai anaknya Abi diberi kemudahan sedikit untuk akses berbagai buku. Kuliah di kota pelajar sejak 2014 lalu hingga kini koleksi buku subahanallah banyak. Perpus banyak apalagi kampus saya. Referensinya kaya dan menulis apa saja jadi. 

Alasan untuk tidak menulis bagi saya pribadi. Harusnya tidak ada. Untuk itu semoga menulis akan terus jadi jalan panjang bagi sebuah warisan. 

Harta dan kekayaan bukannya akan habis juga sebagai warisan. Tapi tulisan sebagai warisan InsyaAllah akan abadi di peradaban. 

Bahkan Pramudya Anantatoer berpesan, menulislah agar kelak orang-orang tau bahwa engkau pernah hidup. Lebih dari ungkapan Pram, saya selalu meyakini bahwa tulisan ada warisan kekayaan paling berharga untuk generasi mendatang siapapun dia yang bersentuhan dengan aksara lagi. 

Selamat menulis untuk kawan-kawan yang juga ingin menulis dan hiduplah di peradaban. Dari saya salam aksara:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun