Kala Sapardi Djoko Damono membuat "Hujan di Bulan Juni" dan "Sadjak Natal"Â
Menginspirasiku untuk menggores "Sadjak Desember", dibulan berpenghujan lewat tinta pujangga sedikit nakal
Sedari tadi aku berpikir keras benarkah hujan itu romantis?Â
Aku mencoba melihatnya dari sisi berbeda bahwa hujan itu anarkis!Â
Sedikit ngelindur dan aku cuek lagi apatisÂ
Mengutuk hujan dan mengatakannya anarkis
Desember bulan berpenghujan tak seromantis bulan juniÂ
"Hujan di Bulan Juni" karya paling romantis sedang  "Sadjak Desember" entahhlah apaÂ
Hanya teman bagi siapa saja yang ingin "mengutuk" hujan kala hati berdukaÂ
Bukan untuk mereka yang menikmati kopi ditemani mendoan dan tersenyum manis sumringah
Desember dan hujannnya menyirat banyak luka   Â
Mengingat-ngingat kepergian dan dilanda duka pada bulan yang sama
Cerita tentang kawan ditinggal pergi dari sang kasihÂ
Ada kisah juga tentang hati yang patahÂ
Bukan hujan dan bulannya yang salahÂ
Tak salah juga penggal cerita dan kisahÂ
Biarkan saja Desember bertutur apa adanyaÂ
Hujan tak perlu diglorifikasi paling romantis biarkan jika hujan dingin dan bisu di urai sedihnya
Biarlah.. bertuturlah.. sedihlah... desember dan hujan memeluk bumi hingga pusara hati  yang berpengharap di penghujung petaka
Albar, 28 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H