Isu buruknya lapangan, local pride hingga dibantainya Timnas U-17 oleh Malaysia dengan skor 5-1. Ya kali ini kita akan bahas dengan santai dan mecoba menampar para pemangku kebijakan dengan keras.Â
Kekalahan Timnas U-17 bukan segalanya. Memang Malaysia adalah rival, derby melayu.Â
Namun pada usia 17 tahun timans kita kalah adalah hal paling wajar. Alasan terkuatnya mereka masih sangat beliau untuk memiliki mental tanding  yang matang.Â
Menariknya ketika saya amati di media sosial dan berbagai platform media tidak ada yang mempermasalahkan punggawa timnas kebanggan kita. Ada yang melihat kelelahanya pemain penyebab utamanya mental bermain punggawa bermasalah, nah yang menarik perhatian saya sekaligus kesal adalah kondisi lapangan licin, ditambah lagi pemahaman isu local pride yang "sempit".Â
Mari kita lihat bagaiman burukknya lapangan yang dipilh oleh PSSI yang masih saja belum mundur saat tragedi kanjuruhan yang hingga kini dukanya masih kuat untuk diingat-ingat lagi.Â
Baik, ini bukan tentang salah siapa baik di tragedi ataupun kekalahan timnas yang baru saja berlangsung 9 oktober 2022 malam itu. Saya melihatnya krisisnya kepemimpinan di kubu PSSI hingga keteladanan pelatih yang kurang dewasa melempar pernyataan ke publik terkait isu local pride.Â
Ditambah Lapangan, buruk menurut saya ini sangat mengecewakan. Negara kita harusnya menjadi negara yang memukau dengan bertabur bintang untuk menjadi punggawa timnas. Â Bila harus mengutarakan kekecewaan tanpa harus menyebut nama dan daerah lapangan dalam perhelatan laga sepak bola dunia untuk U-17 kali ini miris dan jauh dari kata layak.Â
Tidak hanya masalah lapangan. Local Pride menjadi isu mengecewakan datang berikutnya. Sempit sekali berpikir di dunia kepelatihan kali ini khususnya. Hingga Bambang Pamungkas seorang living legend di dunia sepak bola nasional pun menuliskan dengan judul Local atau Asing? denga hastage local pride.Â
Silahkan lihat ulasan BP terkait Local Pride. https://www.bambangpamungkas20.com/2022/08/26/lokal-atau-asing-localprideÂ
Agar tidak berpikir sempit Bambang pamungkas dalam tulisannya mengungkapkan,"siapapun orangnya baik local, asing, atau bahkan berasal dari planet lain sekalipun selama dia membawa nama bangsa dan negara lalu berhasil mengharumkannya dengan prestasi. Maka wajib hukumnya bagi kita semua memberi dukungan dan apresiasi setingi-tinginya. TITIK".Â
Ironisnya inilah yang jadi penyakit baru bangsa kita sekarang terlalu smepit berpikir dan tidak melihat realita secara utuh, ditambah lagi mentalnya pengecut. Tragedi ini harus diambil sikap jantan berani mundur para pemangku kebijakan di pucuk kepemimpinan sepak bola nasioan karena kecewanya pemirsa dan pecinta sepak bola tanah air.Â
Tulisan keras ini dan penuh emosional hanya sebuah tulisan. Jangan hanya karena tulisan dan suara keras kita dituding makelar atau apalah demi terjaganya segelintir kepentingan elit. Tolong luaslah berpikir bahwa ini adalah bentuk cinta yang diekspresikan dari sudut berbeda. Memilih menampar lebih keras agar mental kita sebagai anak bangsa terbangun.Â
salam olahrga untuk sepak bola tanah air.Â
Albar Rahman.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H