Mohon tunggu...
albarian risto gunarto
albarian risto gunarto Mohon Tunggu... Freelancer - saya datang saya lihat saya lalui saya tulis

bapak-bapak yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Iba Menjadi Kagum (Cerita Perjumpaan Dengan Anak Berkebutuhan Khusus)

14 Januari 2025   11:02 Diperbarui: 14 Januari 2025   11:02 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Ceria (Sumber: dok.pri)

Perjalanan Kebarat (Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso Surakarta)

Kantor Sentra Terpadu (sumber: dok pri)
Kantor Sentra Terpadu (sumber: dok pri)

Entahlah, sejak dari dulu, pasti ada perasaan "aras-arasen" jika harus bepergian Jumat pagi.

Karena ini tugas, maka saya tetap berangkat menuju Sentra Terpadu Dokter Soeharso di Surakarta sebuah lembaga milik Kemensos. Selain itu saya penasaran bagaimana bentuknya Sentra ini, karena seringkali personelnya datang kepada kami untuk berkoordinasi.

Dari Kota Santri ke Kota Solo ini tidak memakan waktu lama, sekitar 2,5 Jam sudah sampai tujuan. Dengan adanya Tol, memotong waktu perjalanan menjadi sepertiganya, dibandingkan dengan lewat jalan Arteri.

Sesampainya disana saya yang baru pertama kali datang, terkagum-kagum ternyata tempatnya luas dan bersih.

 Dipalak Tapi Bahagia

TKP Pemalakan (Sumber:dok pri)
TKP Pemalakan (Sumber:dok pri)

Setelah turun dari mobil dan berniat masuk keruang tunggu bersama Ka Sentra. Tiba-tiba saya di hentikan seseorang yang berlagak seperti tukang parkir.

"pak, Limangewu(Lima Ribu)" katanya sampil mengadahkan tangannya kepada saya. Saya sempat kaget, dan berhenti sejenak, sempat mau emosi. Setelah saya amati lagi, saya tersenyum, teman saya malah tertawa.

"Kanggo opo?"tanya saya sambil tertawa. "Tak kekno pacarku" jawabnya dengan serius. "engko ae ya, aku tak mlebu sik". Dia menjawab " Yoo"kemudian berlalu.

Saya pun mengikuti pertemuan dengan Ka Sentra didalam ruangan. Selesai pertemuan, karena panggilan alam, saya pun ijin untuk ke toilet. Sekeluarnya dari toilet, rasa penasaran  menuntun saya untuk keluar, melihat-lihat lingkungan sekitar.

Suasana asri, tampak terlihat pegawai dan penghuni lainnya yang selesai olah raga berkeliling. Ada juga rombongan beberapa ibu yang mendorong anaknya yang disabilitas menuju kantin.

Ternyata takdir berkata lain, saya kembali dipertemukan dengan "pemalak" tadi. Saya kira dia akan lupa, tapi saya salah duga, dia sengaja menunggu saya keluar.

"Ndi, limang ewu" menagih janji saya. Saya pun tertawa, saya buka dompet (kebetulan dompet saya hanya berisi 20 ribuan, Lima ribuan dan dua ribuan. Saya ambil 20 ribuan yang merupakan pecahan terbesar didalam dompet.

"Limang ewu!" katanya sambil menolak sodoran uang, Saya kaget,  membatin kok gak mau. Kembali saya buka dompet, dan mengambil lima ribuan, sambil bertanya  "arep nggo opo"? Tanya saya sambil senyum. "nggo tuku rokok" jawabnya sambil meringis senang,"omahku adoh" teriaknya sambil berjalan menuju kantin. Saya kaget, kok dia tahu yang akan saya tanyakan.

Pertemuan Yang Mengesankan

Awal perkenalan (Sumber: dok pri)
Awal perkenalan (Sumber: dok pri)

Peristiwa "pemalakan" tersebut rupanya diamati oleh seorang anak yang sedang duduk di kursi roda, karena menunggu ibunya sedang dikantin.

"Om, orang tadi minta uang ya?" tanyanya. "iya, minta uang" jawab saya sambil tersenyum. Ada rasa iba didalam hati ini melihat kondisinya.

"buat apa Om?", lanjutnya. Saya pun mendekat "gak tau, katanya buat beli rokok" tetap sambil tersenyum. Mendengar itu dia tertawa, saya ikut tertawa.

"om pegawai sini ya, kok gak pernah lihat?" tanyanya. "Bukan saya dari Jombang, bertamu kesini, menemui Pak siapa itu, kepala sini", saya benar-benar lupa nama Ka sentra yang baru, padahal tadi baru saja bertemu.

"oo, Pak Nova, baru itu om, dulu Pak Agung, trus diganti Pak Nova" jelasnya. Saya hanya tersenyum mendengar penjelasanya, awal kekaguman saya pada anak ini.

"Kamu kok disini, namamu siapa, rumahmu mana?" tanya saya basa basi. "Namaku Bagas om, rumahku Jawa timur, Trenggalek Om, saya disini sudah setahun lebih, mau pulang, saya disini buat terapi" jelasnya runtut dan sambil tertawa, tidak ada gurat kesedihan.

Mendengar jawabannya membuat saya mengamatinya, tampak di kedua dikaki ada tatakan yang membuat telapak kaki kembali kebentuk semula.

"Disini sama siapa?" tanya saya saya. "sama ibu om, tinggalnya di asrama putri yang dibelakang sana" sambil mengode dengan kepalanya. Saya paham yang dimaksudkannya.

"Saya disini sudah 4 kali operasi om"jelasnya, tanpa saya tanya. "hah?"(ekspresi sangat kaget). "iya om, kan saya disini terapi, trus gak kuat tulang saya" jelasnya dengan ceria, tanpa rasa sedih sama sekali.

"beneran?" jawab saya masih kaget dan kagum dengan kekuatannya. "beneran lah om"sambil tertawa. Kemudian dia menjelaskan bahwa pertama kali datang dia dioperasi di pinggul, kemudian dioperasi tangannya, trus kaki kirinya dan yang terakhir kaki kanannya.

Operasi pinggul sepertinya untuk meluruskan posisinya. Untuk tangannya mungkin juga sama, meluruskan atau meletakkan posisi. Sedangkan operasi kaki, penyebabnya karena otot belum terlatih, sehingga bertumpu pada tulang, kebetulan tulangnya rapuh akhirnya patah.

"Pen saya sekarang Dua Om" terangnya dengan bangga. Saya betul-betul kagum. Semua rasa iba sudah menyingkir. "Umurmu berapa sih Gas?" tanya saya. "Dua Belas Tahun Om" Jawabnya dengan tenang. "Saya lumpuh sejak lahir om, karena dulu saya lahir prematur" terangnya, tetap dengan keceriaan.

Suasana Ceria (Sumber: dok.pri)
Suasana Ceria (Sumber: dok.pri)

Karena keasyikan ngobrol, tak terasa matahari semakin menyengat menyinari kami berdua. Saya menawari untuk pindah tempat, dan dia mengiyakan. Saya gercep segera memegang kursi rodanya untuk memindahkan.

Karena ini kursi roda yang canggih, saya kesulitan menggerakkannya. Merasakan itu, Bagas kemudian memberikan arahan kepada saya, bagaimana cara menggerakkan kursi roda ini. saya hanya senyum-senyum menyenyumi ketidakmengertian saya.

Sambil mendorong kursi roda tersebut saya melihat sebuah HP dikalungkan di lehernya.

"wah punya HP ya Gas, buat apa HPnya, buat maen game juga?" tanya saya. "iya kadang-kadang om, biasanya main Mobil Lejen" jawabnya. "punya diamond banyak dong"tanya saya asal saja,padahal saya tidak tahu apa  itu diamond. "gak lah Om, daripada buat beli diamond mendingan buat beli jajan"jawabnya sambil tertawa.

Sesampainya di tempat lebih teduh, kami mengobrol tentang beberapa hal. Anaknya ekstrovert, sangat ramah, sopan, humble, ceria,kuat dan bahagia. Mengubah pandangan saya yang sebelumnya iba menjadi kagum, sangat kagum. Untuk anak 12 tahun dengan kondisi tersebut, dia istimewa.

Tak lama kemudian ibunya datang sambil membawa beberapa gelas Es teh dan makan kecil, untuk dirinya dan Bagas. Tak lupa dia mengucapkan terima kasih sudah memindahkan Bagas ke tempat teduh.

"Om kesana dulu ya Gas" pamit saya kepada Bagas. Dia tersenyum  dan melambai, kemudian sibuk minta sesuatu pada ibunya.

Perbincangan dengan Bagas mengingatkan saya pada Komika Dani Aditya, bahagia, ceria dan menghibur. Semoga sehat selalu Gas.

Sebuah perjalanan yang bermakna. Bertemu dengan dua orang yang sedang berjuang sembuh atau untuk  kondisi yang lebih baik. Tidak sia-sia mengalahkan kemalasan diri sendiri, ternyata ada hal besar yang saya peroleh.

Suasananya Asri dan Menenangkan(Sumber: dok.Pri)
Suasananya Asri dan Menenangkan(Sumber: dok.Pri)

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun