Rombongan mulai terpecah, tapi seperti biasa akhirnya bisa bertemu kembali di ujung tanjakan.
Ketika semakin ke atas dan tempatnya terbuka, tampak nyala senter barisan pendaki yang akan summit dari Pos 3. Angin juga semakin kencang bertiup sehingga beberapa kali kami harus menggigil kedinginan.
Di antara dinginnya malam Mas Andi yang ada didepan di kagetkan dengan "Bagas" (Babi Hutan) yang lewat menyeberang jalur. Untungnya lagi sang bagas gak nengok, dan tidak melihat kami, mungkin dia juga lagi buru-buru jadi gak sempat bersilaturahmi dengan kami.
Sedikit demi sedikit jalur mulai terbuka, ketika memandang di kejauhan tampak nyala lampu dari par pendaki mulai summit. Riuh suara pendaki juga mulai terdengar, juga ada samar-samar suara TOA yang tidak hentinya meminta pendaki untuk membawa sampah untuk turun. Kata Mas Yoko yang tiba-tiba menyahut, itu suara dari shelter, kita sudah dekat dengan POS 3.
Terbuktinya Keindahan Merbabu
Pos 3 ini merupakan sebuah lapangan luas dan ada bukit kecil tempat bangunan berbentuk segitiga berdiri. Bangunan tersebut ternayata sebuah shelter yang dibangun oleh salah satu brand outdoor dengan inisial REI.
Kami datang ketika angin sedang kencang-kencangnya bertiup. kami segera menyusup mencari tempat kosong diantara pohon edelweis untuk menahan dinginnya angin Merbabu. Rasa capek langsung hilang setelah menempuh 45 menit perjalanan dari Pos 2 digantikan menahan rasa dingin.
Badan menggigil dan tangan rasanya membeku selama beristirahat sambil menunggu masuk waktu Sholat Subuh. Sambil bergerombol kami memamakan bekal yang kami bawa.
Si Thole yang baru pertama kali sempat bertanya "Yah, tanganku kayak gak ada rasanya, gak pa pa ta ini?" Saya jawab sambil senyum "gak apa apa nanti hilang sendiri kalau sudah bergerak lagi". Diapun segera jalan kaki keliling dan melihat keadaan sekitar.