Gunung Ungaran Gunung Sejuta Umat
Menuju Base Camp Perantunan
Jam menunjukkan 20.30 WIB ketika elf yang kami (Tim ASPALA) tumpangi memasuki gerbang tol. Untuk menyusuri Jalan Tol Trans Jawa menuju ke barat bukan untuk mengambil kitab suci, tapi menuju Exit Tol Bawen kemudian lewat Ambarawa menuju BC Perantunan Gunung Ungaran.
Di dalam kendaraan semuanya kompak tertidur pulas, kecapekan akibat seharian bekerja. Karena memang hari keberangkatan kami bebarengan dengan malam Long Week End Hari Raya Waisak. Selain itu, driver elfnya juga enak membawa kendaraan jadi terasa nyaman.
Sesuai panduan keamanan berkendara di jalan tol yang wajib untuk istirahat tiap dua jam, kami berhenti di rest area Km 519 B memberikan waktu para penumpang dan driver untuk ngopi, ke kamar mandi dan meluruskan kaki. Saya sendiri sambil ngopi memesan juga mie goreng, untuk karboloading. Saya paksakan karbo loading jauh sebelum waktu pendakian, teringat di Merbabu yang saya muntah ditengah jalan karena makan berat sesaat sebelum berangkat.
Setelah 1 jam istirahat atau sekira jam 23.00 kami kembali bergerak menuju Pintu Tol Bawen. Walaupun long week end tapi kendaraan belum terlalu padat pada malam itu. Kami pun kembali terlelap di dalam kendaraan.
Saya terbangun ketika mobil terasa berjalan tersendat, ternyata sudah memasuki perkotaan Ambarawa. Kendaraan berjalan melambat sesekali berhenti karena sedang ada buyaran/bubaran pengajian.
Sesuai map, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Bandungan, tempat yang identik dengan hiburan malam. Tapi kami bukan kesitu, masih naik lagi melewati jalan menanjak tajam yang semakin keatas, lebar jalannya semakin sempit.Â
Tepat di ujung jalan, ada tulisan parkir mobil di kekiri, kami sampai di Parkiran mobil BC Perantunan. Mobil tidak bisa naik sampai di BC, harus parkir di tempat parkir lapangan voli dekat kuburan. Untuk elf malah harus parkir dibawah, disitu hanya drop penumpang setelah itu kembali turun. Sedangkan sepeda motor bisa parkir di parkiran BC.
Hilangnya Rasa Kantuk Dan Perubahan Rencana
Tengah malam lewat 1 jam ketika kami turun dari Elf untuk melanjutkan perjalanan ke BC Perantunan. Mata yang tadinya lengket terasa berbinar ketika kami menunggu ojek untuk melanjutkan naik lagi ke base camp. Dari parkiran mobil ke BC masih sekitar 1 km, dan jalannya naik.
Ada satu rombongan mobil yang tiba bersamaan dengan kami, mereka memilih jalan kaki. Kalau kami memilih memberdayakan masyarakat saja, berbagi rejeki dengan tukang ojek. Toh hanya 15 ribu rupiah sekali jalan.
Hanya 5 menit kami sudah sampai di depan BC Perantunan banyak motor berdatangan bersamaan dengan kedatangan kami. Cukup mengagetkan, ternyata tempat tersebut ramai sekali. Parkiran penuh dengan motor entah mendaki atau sekedar camping di tempat tersebut. Tidak menyangka jika Gunung Ungaran akan seramai ini.
Melihat kondisi yang ramai tersebut mata kami semakin terbuka lebar, rasa kantuk yang tadi masih sedikit menggelantung dimata entah hilang kemana. Badan jadi segar, sesegar udara disitu yang tidak terlalu dingin.
Kami yang ber 17 orang ini diarahkan ke Rumah kayu, karena sebelumnya sudah reservasi di camp Rumah kayu. Ini sengaja kami sewa untuk menaruh barang ketika mendaki dan istirahat sebentar, rencananya selepas Subuh baru berangkat mendaki.
Sekira jam 02.00 pagi ketika sampai di Omah Kayu, Mas Andi yang Ketua Aspala tiba-tiba mengajak kami untuk rapat mendadak sepulangnya dari Pos Penjagaan Gunung. Rapat itu untuk membahas apakah tetap naik selepas Subuh atau naik sekarang.
Kami yang sudah hilang rasa kantuknya akhirnya memutuskan untuk naik saja langsung daripada menunggu pagi. Toh temannya juga banyak, senter juga membawa walaupun tidak semuanya, cuaca juga sedang cerah, sinar bulan cukup membantu untuk sekedar menerangi jalan.
Walaupun secara kesepakatan akan berangkat saat itu juga ternyata satu jam lebih kemudian baru selesai bersiap-siap.
Pendakian Senyap Ramai
Untuk mendaki kami harus kembali melaluii pintu utama BC, terlihat semakin banyak yang datang, baru kali ini kami menemui gunung yang seramai ini. Warung-warung sekitar BC juga penuh dengan para pendaki yang bersiap untuk naik.
Kami meninggalkan base camp sekira Pukul 03.45 lebih. Menuju pos batas hutan. Masih landai jalan yang terbuat dari makadam, untuk berangkatnya saat kaki masih segar, tidak terasa menyakitkan. Tapi saat pulang sepertinya bakalan cukup menyiksa. Pemandangan sekitar tidak terlihat jelas, karena masih sangat gelap. Hanya siluet pepohonan dan bukit yang nampak.
Jam 03.53 , berarti hanya sekitar 10 menit kami sudah sampai di Gapura Pintu Rimba, lebih cepat 10 menit dari estimasi waktu yang tertera di peta. Banyak pendaki lain yang berhenti di sekitar tempat itu, entah menunggu temannya atau untuk mengistirahatkan kaki. Kami terus saja, tidak berhenti, masih belum berkeringat.
Selepas pintu rimba jalanan mulai menanjak, walaupun tidak kelihatan tapi ini terasa dari nafas kami yang semakin berat. Karena ramainya pendaki beberapa titik yang naiknya agak terjal, kami harus antri.
Jam 04.03 kami melewati Pos 1 Watu Omah, kami kembali tidak berhenti, karena sepanjang perjalanan tadi banyak berhentinya. Pendaki yang kami temui juga semakin banyak, dari wajah-wajah yang tidak sengaja tersorot senter, rata-rata masih muda muda.
Karakteristik pendaki yang masih muda biasanya berjalan cepat tapi kemudian diatas berhenti. Untuk pendaki pemula ketika berhenti tidak mau minggir sehingga yang naik kesulitan mencari jalan.
Jam 04.16 ketika kami melewati Pos 2 Watu Jajar, kami kembali tidak beristirahat. Seperti sebelumnya, kami di jalur banyak berhenti untuk antri maupun untuk tarik nafas.
Setelah 15 menit jalan dari pos 2 kami berhenti agak lama karena menunaikan Sholat Subuh. Suara adzan sudah terdengar dari permukiman penduduk jauh dibawah. Lebih dari setengah jam kami berhenti, membuat kaki jadi berat untuk mulai berjalan kembali.
Jam 04.56 kami melewati Pos 3 Watu Jajar, jalurnya mulai menanjak semakin banyak pendaki yang kami temui sedang beristirahat. Belum banyak yang bisa dilihat, hanya udara semakin tipis dan sesekali angin dingin menerpa kami.
Jam 05.26 kami melewati Pos IV Kolo Keciko, lebih lambat 15 menit, karena medannya yang semakin terjal terlebih ketika melewati Ondo Rante. Tidak jauh setelah Pos 4 ada percabangan, Jika lurus menuju Pos 5, jika belok kiri langsung ke Puncak Bondolan 1883 mdpl. Kami sesuai petunjuk dari Base Camp disarankan untuk Ke Bondolan dulu, akhirnya kami ambil belok kiri.
Matahari mulai bersinar, namun terhalang kabut yang cukup tebal. Vegetasi juga mulai berubah menjadi sabana. Semakin keatas pendaki semakin ramai. Beristirahat disepanjang jalur dan menghadap ketimur, sepertinya menunggu sunrise. Tapi sunrise pagi itu tidak nampak karena kabut yang cukup tebal.
Rombongan kami sudah terbagi. Para trail runner mendahului sejak tadi selesai Sholat Subuh. Saya seperti biasa sebagai sweeper, sabar berjalan di rombongan paling belakang, memastikan semuanya sampai tujuan.
Tiga Puncak Gunung Ungaran
Jam 06.03 WIB saya melihat plang papan nama Puncak Bondolan. Suasana Puncak Bondolan yang sekaligus Camp Area itu sangat ruaaaammmaiiiiii. Full dengan pendaki. Saya sampai terheran-heran melihatnya.
Ternyata naik gunung se-ramai ini, mirip pasar digunung. Untuk foto harus sabar mengantri, karena setiap orang mempunyai pikiran yang sama, mengabadikan kenangan.
Kami berhenti cukup lama, bukan karena lelah, tapi karena ingin mengantri untuk berfoto. Tidak apa-apalah, tidak setiap hari juga naik gunung.
Cuaca sempat cerah, dan kami melihat Jalur Punggung Naga hingga Puncak Botak dipenuhi orang-orang yang lalu lalang. Gunung Ungaran hari itu betul-betul ramai oleh pendaki.
Selesai berfoto kami segera beranjak menuju Puncak Butak yang menurut peta panjangnya 850 M. Medannya sabana, konturnya naik turun khas punggungan gunung.
Kita harus hati-hati disini karena jalurnya sempit, kanan kiri jurang. Harus sabar menunggu yang didepan atau menunggu orang yang bersimpangan. Apalagi cuaca juga sedang berkabut. Beberapa kali kami ketipu sudah akan sampai puncak tapi ternyata hanya puncak bayangan, aslinya masih jauh didepan.
Jam 07.11 akhirnya saya menginjakkan kaki di kawasan Puncak Botak, saya disambut oleh Si Thole yang sudah datang lebih dahulu. Bahkan katanya saya lama sekali, dia bahkan sudah selesai makan pagi.
Rombongan Aspala semuanya sudah berada disekitar Puncak Botak, namun belum berkumpul ditempat yang sudah disapkan oleh rombongan sebelumnya, mereka sedang berfoto-foto mengabadikan pemandangan yang cukup indah tersebut.
Disini kami beristirahat cukup lama, makan pagi, bikin konten bahkan ada yang tidur. Tidur bukan karena capek, tapi karena mengantuk gara-gara melewatkan tidur di setengah malam.
Dari puncak ini kelihatan beberapa gunung yang ada di Jateng. Bahkan akhirnya kami bisa melihat lautan awan untuk pertama kalinya. Kami juga berfoto bersama mas Dani Chika youtuber yang suka naik gunung dengan ber trail run. Dia juga menjadi inspirasi bagi anggota Aspala untuk tetap istiqomah naik gunung bahkan sampai di Jateng ini.
Di kejauhan tampak Puncak Banteng Raiders yang menjadi tujuan kami selajutnya. Nampak sangat jauh, harus turun dulu, kemudian melewati satu gunung kemudian baru puncak Banteng Raiders. Jauhnya membuat kami malas sekali untuk menuju kesana. Berat rasanya ketika harus berkemas dan melanjutkan perjalanan kesitu, terbayang capeknya.
Satu persatu dari kami mulai beringsut untuk turun. Ternyata untuk turun dari Botak membutuhkan kehati-hatian, jalurnya turunan terjal. Walaupun tanah tapi jika terpeset dan jatuh akan malu juga.
Setelah turunan terjal vegetasi mulai berubah menjadi hutan. Hutan yang bukan sekedar hutan biasa tapi hutan yang sangat tua. Pepohonan masih rapat dan sebagian besar ditumbuhi lumut. Turunnya kabut menambah kemistisannya, bagai masuk ke dimensi lain.
Di persimpangan yang kekiri naik puncak BR dan ke kanan untuk turun, kami menambil yang kekiri. Saya sengaja menunggu disitu untuk memastikan semuanya tidak salah arah.
Sebagian tim Aspala sudah kehilangan motivasi untuk naik ke BR, makanya mereka berjalan santai sambil membuat konten. Tim yang terdepan sepertinya sudah menunggu lama didepan.
Tapi ternyata itu fatamorgana, tanjakan dari pertigaan menuju Puncak BR nyatanya tidak seberat yang dibayangkan. Tanjakan agak tinggi hanya dari peersimpangan ke Watu Lumpang dan pohon avatar. Setelah itu masuk Lembah Jinten dan Ke Puncak BR cenderung datar.
Jam 09.00 kami semua sudah berkumpul di Puncak Banteng Raiders. disini jauh lebih lengang daripada puncak-puncak lainnya. Tidak lama kami disini karena panas sudah mulai menyengat. Tidak banyak aktivitas yang kami lakukan disini. Hanya foto-foto seperlunya serta konsolidasi.
Gunung Yang Bersih Dari Sampah
Akhirnya tujuan kami ke Gunung Ungaran tercapai, 3 Puncak berhasil kami tempuh. Sekarang tinggal persiapan untuk turun saja. Turun tentunya beda dengan naik. Tidak perlu waktu lama. Bahkan orang terdepan sampai kembali di Base Camp hanya 40 menit. Rombongan terakhir yang tiba Jam 12.00 an siang, dengan waktu tempuh 2,5 Jam.
Selama perjalanan turun kami bertemu dengan banyak orang. Bahkan banyak juga yang mengajak keluarganya untuk naik. Adapula akamsi dengan pakaian dan bekal seadanya kami temui di bawah Pos 4.
Pada hari awal long week end orang tidak ada putus-putusnya, mungkin kalau dibariskan bisa dari base camp sampai puncak. Bahkan kawasan yang bernama Lembah Hantu tidak tampak keangkeran seperti namanya, karena saking banyaknya orang yang mendaki maupun turun.
Satu yang membuat pendakian ini istimewa, kebersihannya. Sepanjang jalur hampir tidak ada sampah. Di tempat pemberhentian atau didekat pos biasanya terdapat gundukan sampah, disini tidak ada sama sekali. Padahal tidak ada pendataan sampah. Ini berbeda dengan Merbabu Via Suwanting, dibawah didata sampahnya, tapi nyatanya di berbagai tempat malah seperti TPS.
Pendakian gunung sepertinya sudah menjadi tren baru tersendiri bagi masyarakat. Banyak yang memilih naik gunung untuk mengisi liburannya.
Terbukti dengan banyaknya yang mendaki Gunung Ungaran lewat BC Perantunan. Tidak mengapa menjadikan gunung sebagai tempat liburan tapi yang jelas harus persiapan fisik dan mental dan yang paling penting bawa turun sampahmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H