Indomie Rasa Penasaran Berbumbu Niat yang diracik Dengan Kesabaran Pembelinya.
Di Google maupun di Youtube sudah banyak yang mereview tentang sebuah warung indomie yang mempunyai waktu penyajian sangat lama, bisa dua jam lebih.
Karena kami sedang acara di Kota Wisata Batu maka malam itu kami akan berusaha membuktikan keberadaan warung yang cukup misterius ini.
Percobaan pertama
Malam baru beranjak ketika kami membulatkan tekad untuk mendatangi Warung Indomie Cak Soden. Warung Misterius yang saya maksudkan. Misterius karena mempunyai daya magis menarik orang-orang untuk mau antri demi mencicipi masakannya.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk menuju tempat tersebut, karena berada di depan Hotel Selecta yang sangat terkenal sejak dulu kala (di Google sudah ada petunjuknya).
Sepi tanpa ada aktivitas apapun ketika kami sampai di parkiran tempat wisata yang legendaris ini. Kami memarkirkan kendaraan dan mulai mencari di mana warung yang dimaksud.
Nihil, tidak ada aktivitas mencolok di lokasi tersebut. Fix, warung legend yang terbuat dari kayu itu masih TUTUP.
Dari kejauhan tampak seorang satpam sedang mengawasi kami, cocok bisa untuk ditanyai. Dan seketika jawaban dari sang penjaga sungguh mengecewakan "Wah njenengan datangnya kesorean, bukanya nanti Jam Sembilan malam". Saat itu Adzan Isya sayup-sayup terdengar di angkasa Kota Wisata Batu.
Masih dua jam jika kami harus menunggu warung tersebut untuk buka. Belum lagi harus menunggu masakan dimasak, terlalu lama. Bukan pilihan tepat untuk menunggu, hawa dingin Hotel Selecta membuat perut kami keroncongan minta untuk diisi. Kami sudah melewatkan makan malam yang disediakan di penginapan.
Keinginan untuk mencicipi Indomie buatan Cak Soden harus tertunda. Masih ada satu malam lagi untuk challenge. Oke, tidak mengapa, malam ini kita makan ayam goreng tulang lunak saja dulu.
Percobaan kedua
Malam kedua kami sudah menyusun rencana, sengaja makan sedikit dulu untuk mengganjal perut. Agar nantinya masih ada sisa di lambung untuk menampung mi yang viral ini.
Maklumlah di usia yang tidak muda lagi, perut sudah tidak lagi mudah lapar. Makan malam juga "njagani" tenaga untuk menunggu.
Tepat pukul 21.05 WIB kendaraan yang kami naiki masuk ke tempat parkir seperti kemarin, depan Hotel Selecta.
Berbeda dengan kemarin, kondisi ditempat ini berbalik 180 derajat. Sangat Ramai, kendaraan roda 4 sudah terparkir rapi, penumpangnya keluar untuk mengobrol sesama mereka. Kendaraan roda dua sudah puluhan yang di tempat parkir.
Orangnya banyak sekali, memenuhi meja dan kursi di warung. Sebagian lagi tersebar duduk di kafe sekitarnya. Sebagian lagi lesehan duduk di tempat parkir sambil menikmati pemandangan Lampu Kota Batu.
Untuk memastikan saya menanyai tukang parkir apa betul itu warung Indomie Cak Soden. Jawabannya cukup melegakan "Nggih, betul mas, baru buka, baru mulai masak".
Saya tidak menanyai lebih lanjut tentang siapa orang-orang yang berada di situ. Karena sudah bisa dipastikan mereka itu orang yang mempunyai niat yang sama dengan kami. Orang-orang yang punya waktu luang, karena mau sabar untuk merasakan Indomie buatan Cak Soden.
Kami yang ada di situ memang aneh, sudah tahu waktu tunggunya lama, tapi tetap saja malam-malam antri Indomie viral ini.
Kami bergegas untuk memesan, agar tidak keduluan dengan rombongan lain lagi sehingga menunggunya terlalu lama lagi.
Cukup mengejutkan pas sampai di depan tempat pemesanan langsung disambut oleh mas-mas yang jaga. "Ini nunggunya satu jam lebih lho mas".
Setelah menyatakan kesediaan dengan kesadaran sendiri dan tanpa paksaan barulah dipersilakan untuk menulis di kertas pesanan.Â
Di kertas menu sudah tertera harga yang harus dibayarkan. Ternyata walaupun warungnya ramai, harganya juga tidak semena-dinaikkan.
Nomor antrian 37 yang kami dapatkan, ketika menyerahkan pakta integritas kertas pesanan. Padahal baru 10 menit dari waktu buka.
Sekilas saya baca di kertas pesanan rombongan terdahulu, Indomie Goreng 10, Indomie Godog 5. Hampir tidak ada yang kurang dari itu.
Rupanya mereka tidak mau rugi, sekalian pesan banyak. Karena pesan sedikit maupun banyak, sama saja waktu tunggunya.
Karena kursi di warung penuh, kami dipersilakan untuk mengambil tikar dan duduk di pelataran kafe yang berpaving, di bawah pohon Jeruk Lemon. Yang sedikit menghibur, dari tempat kami duduk kita bisa menikmati gemerlap lampu Kota Wisata Batu.
Setelah 1 Jam 13 Menit, petugas mulai mengantarkan minuman yang kami pesan. Di sini, ketika minuman pesanan sudah diantar menandakan bahwa tidak lama lagi mie akan segera datang.
Dan benar saja, sekitar 10 menit kemudian petugasnya menuju tempat kami duduk sambil membawa nampan berisi styrofoam putih yang di dalamnya ada mi pesanan kami.
Untuk informasi, sejak musim covid, warung ini tidak lagi menyajikan mie dalam piring. Diganti dengan styrofoam makanan. Saat itu untuk menghindari penyebaran covid.
Tetapi karena dirasa cukup praktis diteruskan sampai sekarang. Walaupun menimbulkan sampah.
Tak sabar, segera saja kami buka pada kesempatan pertama setelah kami menerima paket makanan tersebut. Saya mengira minya bakalan "mblothong"atau over cook. Tebakan saya salah, teksturnya mienya pas, masih kenyal.
Secara penyajian mungkin sama dengan warmindo lainnya. Tetapi karena kita sudah niat dan menunggu lama maka terasa nikmat sekali.
Tak butuh waktu lama, mi tersebut tandas. Tidak panas, karena hawa dingin kawasan itu mempercepat pendinginan makanan. Tidak perlu repot untuk meniup, angin yang berhembus melaksanakan tugasnya dengan baik.
Warung ini masih menggunakan sistem tradisional, pesan, makan kemudian baru bayar.
Jadi ketika membayar kita bisa mengobrol dengan satu-satunya Koki merangkap kasir sekaligus pemilik warung . Cak Soden bukan orang yang pelit bicara, sangat humble.
Dia akan dengan ramah menjawab pertanyaan dari orang-orang yang datang. Bahkan dengan pertanyaan yang sudah ditanyakan oleh ribuan konsumennya, sekali masak berapa porsi?
Para pembeli masih datang dan kebanyakan datang berombongan ketika kami beranjak dari warung tersebut.
Jam di HP saya menunjukkan 23.09 saat kami membayar tukang parkir untuk meninggalkan warung yang sekarang jadi salah satu ikon kuliner di Kota Wisata Batu.
Tips
Kalau punya waktu lebih dan kuat begadang, datanglah di atas jam sebelas malam. Warung yang ditangani tiga orang tersebut sudah mulai sepi, waiting list-nya sudah tidak banyak. Waktu tunggu bisa dipangkas hingga setengahnya.
Kenapa waktu tunggunya lama? Karena warung ini buka jam sembilan malam (di Google tertulis buka Jam 18.00 WIB, ini info sesat). Orang-orang yang penasaran berusaha datang duluan. Tapi karena semua sepemikiran akhirnya pesanan jadi menumpuk dan membutuhkan waktu untuk menyajikannya.
Wajar kalau lama, karena membutuhkan proses memasak. Beda dengan soto atau bakso yang makanan sudah jadi dan tinggal menata di mangkok.
Datanglah ke warung ini dengan tekad dan niat yang bulat, dan tentunya kesabaran. Tidak disarankan datang ke sini dalam keadaan lapar. Datanglah dengan perut sudah terisi setengah yang cukup memberi tenaga untuk menunggu.
Mungkin jika warmindo ini buka 24 jam niscaya waktu antrinya tidak akan selama ini. Tapi tidak akan punya kekhasan lagi.
Warung ini hanya untuk orang-orang yang sadar akan menunggu lama untuk mendapatkan seporsi makanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H